(IUxJungkook) Comfort

628 82 12
                                    

Suara debum ringan pintu yang tertutup terdengar sayup dari dalam kamar. Sang pemuda yang baru saja menyelesaikan mandinya, berpaling mengambil pakaian untuk dikenakannya sementara ia menyimpan niatnya untuk menghampiri sang terkasih setelah berpakaian.

Namun belum ada 2 menit ia berpakaian, pintu kamar telah dibuka oleh wanitanya yang masih berpakaian rapi sekalipun raut lelah telah memenuhi wajah cantik itu.

"Baru pulang?" Lontarnya basa basi kala tatapan mereka telah bertemu. Angan sapaan yang selalu terbalas telah pupus, karena pandangan itu hanya bertahan selama 3 detik sebelum mata itu memutus lebih dulu diikuti kaki yang mulai berjalan menaruh tas tangannya di atas meja rias dan melepas beberapa aksesories yang dikenakan sebelum langkahnya berlanjut, berlalu masuk kedalam kamar mandi tanpa melihatnya.

Pria itu tidak berkomentar sekalipun rasa khawatir lebih mendominasi diantara kekecewaan akan respon nihil yang didapatnya. Dirinya terlampau mengenal wanitanya untuk menyadari jika suatu hal membuat suasana hati sang terkasih menjadi buruk dan ia tahu baik untuk bersikap disituasi seperti ini.

Sementara suara air terdengar dari kamar mandi, yang menandakan jika wanitanya sedang memulai mandinya, ia berlalu menuju dapur dan melihat bahan makanan yang ada yang mungkin dapat dimasaknya untuk makan malamnya hari ini. Mungkin memang karena terhitung dirinya dan wanitanya jarang masak ataupun makan di apartemen mereka, jadi tidak banyak bahan yang ada dan dia hanya mengambil pasta dan saus instan yang ada untuk dimasaknya menjadi makan malamnya hari ini.

Tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk menyelesaikan masakannya yang sengaja dibuatnya untuk 2 porsi. Mencoba menebak jika wanitanya yang mungkin belum makan malam, karena sudah menjadi kebiasaan mereka untuk makan malam bersama setiap harinya kecuali suatu hal menghambat.

Suara derit pintu kamar yang terbuka menarik atensinya yang baru saja selesai menghidangkan makanan dan minuman di atas meja ruang santai, dimana sofa besar dan televisi berada. Wanitanya keluar dari kamar, dengan pakaian yang telah berganti menjadi set pajama satin berwarna putih dan rambut panjangnya yang semula tercepol kini dibiarkan tergerai bebas. Kaki yang terbalut sandal rumah berwarna pink dengan model kelinci di ujungnya itu melangkah lambat menuju kearahnya.

"Aku memasak untukmu juga. Kamu belum makan malam kan?" Dia bertanya setelah wanitanya telah berdiri di dekatnya. Mata yang semula melihat pada meja yang telah tersaji 2 porsi pasta carbonara dengan minuman soda, mulai menaik menatapnya dan mengangguk pelan menjawabnya. Dia tersenyum dan dengan lembut menarik wanita itu duduk bersama di sampingnya dan menyantap makan malam bersamanya.

Tidak ada obrolan yang dilakukan. Suara sayup yang berasal dari televisi yang memutar film berikut dentingan garpu yang beradu mengisi keheningan yang ada.

"Temani aku disini." Ujar wanitanya saat dirinya yang hendak membawa piring kotor mereka ke dapur, harus kembali duduk karena tarikan pada ujung kaos hitam yang dikenakannya.

Menarik senyum, ia mengecup kening itu dan membalas, "Aku akan membersihkan ini sebentar." Dan sesaat rematan pada kaosnya mulai melonggar, ia bangkit dan berlalu membersihkan piring dan gelas kotor yang tadi dipakai mereka makan. Jika hari biasa, mungkin Jieun akan mengambil alih pekerjaan mencuci piring kotor saat dirinya yang memasak makan malam mereka, mengingat akan kesepakatan mereka untuk membagi tugas bersama. Namun hari ini bukan hari biasa, hari ini satu hari dimana dia akan membiarkan wanitanya beristirahat sementara dia melakukan pekerjaan rumah.

Dia baru saja kembali pada tempat didudukinya tadi ketika wanitanya mulai bergelut, menempel erat tanpa celah di tubuhnya, membiarkan kepalanya bersandar nyaman diatas dada bidang itu sementara lengan kecil itu melingkari posesif pinggang prianya. Dia membutuhkannya, kenyamanan yang hanya akan didapatnya dari prianya.

Sementara pria itu tidak merasa keberatan sama sekali, justru dia senang untuk memberikan kenyamanan pada sang terkasih. Merasakan bagaimana wanitanya membutuhkan kehadirannya untuk menenangkan batinnya. Dan dia hanya membalas merengkuh pinggang itu untuk merapat, sementara tangan lainnya memberikan usapan lembut pada puncak kepala hingga punggung wanitanya ketika ia merasakan basah pada kaosnya dan isakan lirih terdengar.

"Apa hari ini begitu berat?" Diantara suara percakapan yang berasal dari televisi, ia bertanya pada wanitanya. Ia tahu jika wanitanya belum terlelap sekalipun posisinya telah begitu nyaman dalam rengkuhannya.

"Hm." Hanya dehaman yang membalas. Dia tidak merasa keberatan sama sekali akan hal itu. Dia bukan pria penuntut yang akan memaksa wanitanya bercerita ditengah perasaannya yang masih buruk dan enggan untuk berbagi sebelum mood itu kembali membaik. Oleh karenanya dia hanya membuka suaranya, untuk berbagi cerita tentang hari yang dihabiskannya hari ini.

Membiarkan dirinya yang menjadi talkaktif sementara wanitanya memainkan tangannya, menyentuh buku jari-jari tangan kanannya yang memiliki ukiran huruf dengan ujung jarinya yang bergerak seringan kapas.

Bibirnya berhenti bergerak ketika dia merasakan pergerakan pada kepala wanitanya yang telah berpaling menatapnya. Tangannya tidak lagi menjadi mainan sang wanita dan mata bulat yang masih basah dari tangisan sebelumnya, menatapnya dengan mata sayu.

"Ada apa hm?" Dengan pelan, ia bertanya, menatap lembut pada wanitanya yang tampak terlihat begitu ringkih saat ini. Senyum tipis tertarik pada bibir itu diikuti gelengan yang dilakukan sebelum bisikan lirih mengikuti, "Tidak apa." Setelahnya kecupan mendarat di bibirnya, yang bertahan untuk beberapa detik sebelum bibir itu menarik diri.

Tidak ada kata yang terucap, selain mata yang saling meneliti setiap inci lekuk wajah satu sama lain. Tangan itu meraihnya, menyentuh lembut pipinya dan ia terpejam singkat menikmati afeksi kecil yang diberikan oleh wanitanya dan hanya diam menikmati setiap detik yang terlewat dalam rengkuhan hangat sang terkasih.

Kehangatan itu kembali seiring bibir itu meraihnya dan kali ini bergerak aktif, dengan dirinya yang membalas sentuhan yang sama, dalam usahanya memberikan afeksi lebih banyak pada wanitanya. Rengkuhan itu mengerat, seiring akan pergerakan yang semakin menuntun sekalipun kelembutan itu tetap dipertahankan.

Suara decapan yang berbunyi nyaring terdengar diantara suara sayup yang berasal dari film yang masih berputar di layar televisi kala bibir itu saling melepas, meninggalkan jejak air yang masih terpaut diantara keduanya sebelum akhirnya terputus diantara napas yang berhembus.

Bibirnya telah menarik senyum lebar kembali. Merasakan bagaimana hatinya yang berletup bahagia hanya dengan melihat wajah cantik tersebut yang terpejam dengan bibir yang sedikit membengkak oleh ulahnya. Cantik sekali dan rasanya dia tidak ingin melepas wanitanya barang sedetik hanya untuk berbagi pada orang lain.

"Sudah larut. Ayo kita tidur." Dia tidak lagi menunggu respon dari wanitanya, sebelum dirinya mematikan televisi dan dengan mudah mengangkat tubuh kecil itu untuk dibawanya ke kamar mereka. Biarlah cerita tentang hari buruk wanitanya tidak tersampaikan. Masih ada hari esok untuknya mendengarkan. Saat ini, ia hanya menginginkan ketenangan yang penuh bagi wanitanya. Dengan membiarkan wanitanya beristirahat sementara dirinya menjaganya dalam tidur lelapnya.

.
.
.

A/N : Agak bosenin memang, tapi aku lagi pengen buat cerita pendek yang hanya berisi kebersamaan mereka. Tanpa konflik yang terjabar selain dari alur ringan yang hanya terfokus pada kebersamaan mereka. Gak tau kenapa lagi kangen banget baca cerita mereka berdua.

IU's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang