(IUxYooSeungho) Ideal Type

385 55 16
                                    

Inspired : Drama 'Producer' and Interview of Yoo Seung Ho and Park Shin Hye

.

Sebelum kau marah dan memaki seseorang ketika ia berbuat suatu kesalahan, sebaiknya kau mendengarkan terlebih dahulu penjelasannya. Karena saat kesalahan itu berbalik padamu, harga dirimu lah yang akan dipertaruhkan

-Jieun

.

Jari-jariku mengetuk stir mobil dengan tidak sabaran. Melonggok melihat lampu lalu lintas yang masih menunjukkan warna merah, sesekali mataku melirik gelisah pada jam digital yang terletak pada dashboard mobil. Syuting sudah selesai 10 menit lalu, setahuku. Akh! Mengapa aku begitu ceboroh? Kuharap ia belum pulang atau jika tidak, sia-sia saja aku pergi menjemputnya.

Beberapa menit setelahnya aku telah sampai, mobilku sudah terparkir manis di satu tempat kosong di depan mini market. Di kejauhan sana, terdapat salah satu aktor yang tengah melakukan syuting. Jarak mobilku dengan tempat itu sedikit berjauhan, membuatku sukar melihat jelas wajah orang tersebut. Mataku menyipit, berusaha melihat keadaan di sekitar lokasi syuting, mencari seorang gadis yang menjadi tujuanku datang kemari.

Tidak berhasil. Aku hanya mendesah pelan, menyerah untuk mencari di tempat yang cukup banyak orang. Dan kuputuskan untuk mengirim katalk padanya.

Kau dimana? Pergilah ketempat parkir, aku ada disana.

Send.

Aku menunggu balasannya. Mengetuk tidak sabar layar ponselku dan kembali menyalakan layar ponselku. Sedikit terkejut ketika mendapati pesanku telah dibacanya, aku bergumam pelan. "Ayolah Jieun, cepat balas!"

1 menit..

2 menit..

5 menit..

Apa-apaan gadis ini? Kenapa ia tidak membalas pesanku? Apa aku melakukan kesalahan?

Tuk tuk

Aku tersentak ketika sebuah suara ketukan terdengar dari arah kiriku. Menoleh cepat, keterkejutanku berkurang setelah melihat wajah familiar di kaca mobilku. Huh, mengapa ia tiba-tiba saja muncul? Membuatku terkejut.

Melupakan tentang masalah pesan tadi. Aku melirik kearah jok kosong di sampingku, memberinya isyarat untuk masuk. Jieun kemudian berjalan, melewati depan mobilku sebelum ia masuk dan menempati tempat kosong di sampingku.

"Syutingmu sudah selesai?" Tanyaku, mencoba berbasa-basi, menguji kebenaran tentang sikapnya yang tidak biasanya tidak membalas pesanku. Hanya gumaman kecil yang kudapat. Itu saja?

Aku menatapnya lekat, berharap menemukan suatu jawaban dari wajahnya namun hasilnya nihil. Mata itu tidak memandang kearahku, tidak, lebih tepatnya jika mata itu mencoba menghindari kontak mata dengannya. Ekspresinya muram, dengan raut datar yang menghiasi wajahnya. Entah perasaanku saja atau memang benar, jika Jieun memang sedang marah padaku.

Mencoba berpikir positif, aku kembali berbasa-basi. "Kau sudah makan?"

Ia melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya, menoleh sekilas dan memberikan balasan singkat. "3 jam lalu." Hanya itu. Dan ia kembali mengalihkan pandangannya dariku.

Jadi dia benar-benar marah? Tapi apa alasannya? Seminggu lalu saat kami berkencan ia baik-baik saja dan bahkan alasanku menjemputnya kemari karena dialah yang memintaku. Dia yang pertama mengirim pesan singkat pagi tadi, menyuruhku datang menjemputnya setelah syuting. Mengapa ia tiba-tiba bersikap aneh sekarang?

Ia bernar-benar mengacuhkanku dan hal itu cukup membuat emosiku melunjak naik. "Saat kau berbicara tataplah lawan bicaramu Jieun." Aku berucap dengan nada rendah, berusaha mengontrol emosiku.

IU's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang