(IUxGD) Sweet Jerk

588 74 7
                                    

Special edition of IU's 24th Birthday

.

Percayalah padaku. Di dunia ini hanya 2 orang wanita yang sangat kucintai yaitu ibuku dan kau, Lee Jieun

-Kwon Jiyong

.

"CUT! IU-ssi, aktingmu sangat bagus." Puji sutradara padaku. Aku tersenyum tipis, menggumamkan kata terima kasih dan pamit untuk pergi mengganti bajuku.

Selagi penata riasku membantu menghapus riasanku, aku melirik pada ponselku. Tetap sama. Kosong. Tidak ada satupun pesan atau telepon masuk darinya.

Aku menghela napas. Perasaan sesal diantara rasa rindu menghinggapiku. Ini pasti karena kejadian itu. Kejadian 2 minggu lalu saat kami bertengkar karena suatu hal yang sebenarnya sepele.

.

'GD kembali tertangkap kamera sedang berkencan dengan kiko' adalah berita yang baru saja kubaca pagi tadi saat aku selesai sarapan.

Foto yang kini tertampang di layar ponselku seorang pasangan yang mengobrol dengan posisi yang sangat dekat. Sangat dekat karena salah satu foto yang ada sang wanita tampak sedang membisikan sesuatu pada sang pria.

Dadaku sesak dan perasaan sakit yang begitu jelas menghimpitku. Aku juga marah atas dirinya yang mengabaikan peringatanku untuk menjauhi wanita itu.

Dengan perasaan berkecamuk aku segera bersiap-siap dan pergi dengan terburu-buru. Amarah menguasaiku hingga aku mengabaikan ibuku yang bertanya atas tujuanku. Aku tidak memperdulikan apapun selain berita itu. Tujuanku saat ini adalah apartment pribadinya. Aku tahu ia ada di sana, mengingat kemarin malam ia memberitahu tentang kepulangannya dari Jepang.

Dengan tidak sabaran aku menekan bel apartmentnya. Butuh waktu 2 menit bagiku untuk terus menekan bel itu sebelum pintu itu terbuka dan menampakkan sosok yang menjadi alasanku datang kemari.

"Bisakah kau sabar? Aku baru saja tidur 3 jam yang lalu." Ia berseru dan menatapku dengan tatapan menusuk yang seolah siap membunuhku. Mungkin jika hari lain aku akan mundur beberapa langkah dan memilih menghindar dari tatapan mengerikannya. Namun kali ini aku dalam keadaan marah. Aku tidak perduli akan tatapan atau seruan kerasnya padaku, yang aku inginkan adalah sebuah penjelasan darinya saat ini juga.

Mengacuhkan tata krama untuk membiarkan tuan rumah mempersilakan lebih dulu, aku memilih untuk melangkah masuk dan melewatinya. Bukankah sudah kubilang aku sedang marah sekarang?

Aku berhenti saat kakiku telah berada di ruang tamu. Berbalik menghadapnya yang baru saja masuk setelah menutup pintu apartmentnya.

"Mengapa kau masih menemui wanita itu?" Tanpa basa-basi aku mengajukan pertanyaan padanya. Ia bungkam untuk beberapa saat.

"Siapa?" Tanyanya seraya menatapku seolah meminta penjelasan dan aku menyadari jika ia masih tidak mengetahui topik yang kubicarakan.

"Mizuhara Kiko. Kau terlihat sedang bersamanya di suatu pesta." Jelasku kemudian.

"Ia mengundangku." Jawabnya singkat lalu berlalu pergi. Mengacuhkan keadaanku.

"Kau bisa menolak. Mengapa kau harus datang kepestanya?" Aku mengekor padanya yang memasuki dapur dan mengambil air putih untuk diminumnya.

"Bisakah kau berhenti membahas itu? Aku lelah, aku tidak ingin berdebat saat ini." Ia bergumam dan kembali berlalu pergi meninggalkanku.

Aku menghembuskan napasku kesal atas sikap acuhnya. Aku kembali mengekorinya yang kini tengah terpejam seraya menyandarkan badannya pada sofa dengan kaki yang berselonjor di atas meja.

IU's Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang