Malam tanpa bintang bulan
Menautkan jiwa purnamu yang kudambakan
Manik sedalam lautan
Kehangatan sinar mentari pagi di pengunungan bersaljuBukan daksamu yang kuharap
Tapi sukmamu itu
Mematok inginku terlampau melangit dalam angan yang kurakit
Sekilas hadirmu mengubah banyak dariku
Dengan tuturmu yang merdu
Lakonmu yang berbudi
Membiusku hingga canduNamun, bukan daksamu yang kuingin
Melainkan keemasan tabiat itu
Melekat dalam standarku memandang jiwa-jiwa berkeliaran untuk memilah mata segara ituSegaraku, dalam balutan rindu
Kubisikan pada tiap bulir hujan yang saat ini menghujam atapku
Tak peduli ribuan tahun, aku mendambamu
Sebagai 'sosok' perspektifku
Kaulah cangkang yang kebetulan dihidupkan jiwa ituJiwa emas yang ingin kumiliki sepanjang hayat
Entah melebur dalam sifatku, atau jiwa pelengkap yang Tuhan pilihkan mendampingi perjalanan nafaskuDikala malam paling kelam, bertepatan rintik hujan, lengkap dengan keheningan mengudara, rindu kembali membiusku dalam kepingan doa-doa, serta harap-harap baik memenuhi setiap bagian paru-paruku
Jiwamu telah melekat dalam setiap denyut nadi yang berdetak sepersekian detik
Fakta bahwa aku menginginkai separuh hayat, itu benar.
Tapi, bukan daksamu, melainkan jiwamu.Yang hidup di dirimu, yang kutemukan dengan penyelaman yang utuh, yang ku dekati dengan filosofis.
Saintisku, ilmuwanku, sufiku, sebelum kaularikan daksamu itu, dan meninggalkan jiwa emasmu dalam benakku dan setiap degup jantung yang menyertai hidupku, tanpa sadar kautelah meninggalkan semesta di telapak tanganku, memberiku banyak kacamata untuk melihat alam semesta dengan lebih baik
Jiwamu mengajakku berkelana dalam gelutan aksara sastra, berpetualang dengan filsafat, mengajariku cinta abadi dengan cara paling aneh
Bukan daksamu yang kuingin, namun jiwamu yang mau kugenggam selamanya disisiku, sepanjang hayat.
Segaraku, nyanyianku sepanjang tahun, hanyalah repetisi kidung rindu untuk jiwamu, bukan daksamu.
XVII.
V.
MMXXI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euforia (COMPLETED)
PoetryKutulis puisi untuk diriku; himne menyambut sosok yang utuh. Kutulis puisi untuk diriku; biar menjelma menjadi mesin waktu, pintu untukku menyelam bersama kekuatan kata yang mengurung momentum waktu. Ini kisahku selama 2021; jika kalian membaca ini...