Seolah musim semi yang tunawisma rindukan di musim dingin
Saat cuaca tak pernah bagus, kamu adalah orang pertama yang kubayangkan mengirim sebuah pesan.
Mengatakan bahwa kamu akan membawaku lari dari dunia ini. Melukis galaksi berbeda lalu menyusun bintang-bintangnya sesuka hati.
Kamu mengajakku berlari tanpa tujuan, melakukan perjalanan tak berujung tanpa perlu merasa khawatir dan tertekan oleh apapun.
Jika pertanyaannya apa aku mencintaimu? Maka kujawab tidak.
Ini bukan romantisasi cinta.
Adalah harapan dalam alam pikiranku, dan kamu selalu menjadi objek yang kuimpikan saat cuaca tak pernah bagus, feeling blue.
Dengan tangan imajinasimu kamu akan mengenggam tanganku, lalu kita berlari dan terus berlari di padang hijau dengan angin sepoi-sepoinya.
Kamu memakai kemeja putih dengan rompi cokelat, celana kain berwarna cokelat, rambutmu tersapu angin. Aku dengan rambut panjangku berwarna pirang bergelombang setengah punggung dengan ikatan pita, aku memakai gaun putih.
Kemudian kamu dan aku menuju sungai, menggunakan perahu menyusuri sungai diiringi kicauan burung dan matahari yang baru menanjak.
Definisi kamu bisa siapa saja. Sebagai wujud aku bisa membayangkannya. Meminjam beberapa wujud individu.
Hanya saja sudah kubilang, bukan daksanya melainkan jiwanya.
Itu sebuah ingatan-
Dari hal-hal yang tak pernah ada dalam bukuku.
Ya, aku seperti merindukan hal-hal yang tidak pernah kumiliki.
Realitas semakin mengacaukanku yang mencoba tenang.
Aku menyelamatkan diriku dengan bermimpi-
V.
VII.
MMXXI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euforia (COMPLETED)
شِعرKutulis puisi untuk diriku; himne menyambut sosok yang utuh. Kutulis puisi untuk diriku; biar menjelma menjadi mesin waktu, pintu untukku menyelam bersama kekuatan kata yang mengurung momentum waktu. Ini kisahku selama 2021; jika kalian membaca ini...