Warsa berganti warsa; detik berlari
Namun, kita ternyata masih disini.Menyumpal netra dan rungu dengan sejumput harapan, menyuap diri dengan mimpi hingga terkapar, anehnya masih terus lapar.
Menyanyikan elegi menyedihkan kala sendiri, berusaha berdiri meski ada ketakutan menghadapi esok hari.
Waktu-waktu non prediksi; berisi angkara-angkara langit.
Amukan buana masih mengikat kita pada bumi paling sedih.
Karena tak peduli seberapa jauh kita lelah berjalan berakhir tertatih; hasilnya silih.
Kita masih tersisih.
Terasing dari segala bentuk kasih.
Bersabar dalam perih dan pedih, berlatih percaya dalam nestapa; berduka dengan kehendak hati tak bernyawa, tak bernafas dalam larung paling terkutuk.
Dalam kegelapan kehendak langit, kita masih semenyedihkan adanya.
Bermimpi esokkan tertawa; merasakan renjana, dan bermimpi selayaknya makhluk paling merdeka.
Dengan menelan segenap ilusi, merasakan kehangatan hidup meski dengan imaji.
Masih, kita masih belum merdeka.
Desember hanya hitungan bulan belaka. Belum, aku masih belum bisa membebaskanmu.
Maafkan aku yang tak sempurna, diriku.
Kita tetap menderita dengan cara yang sama, bahkan lebih menyakitkan dari sebelumnya.
Sabar, ya.
xxiii.xii.mmxxi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euforia (COMPLETED)
PoesíaKutulis puisi untuk diriku; himne menyambut sosok yang utuh. Kutulis puisi untuk diriku; biar menjelma menjadi mesin waktu, pintu untukku menyelam bersama kekuatan kata yang mengurung momentum waktu. Ini kisahku selama 2021; jika kalian membaca ini...