Desau angin menutup tirai panggung demi panggung yang tertutup.
Pertunjukanku di babak ini telah selesai.
Semua menjelma menjadi serdak-serdak yang tak dapat kusentuh. Menjadi memori-memori nirbatas yang hanyut terbawa gelombang; walau indah-indahnya masih dapat kukenang. Dan saripati pengalaman memberiku pembelajaran.
Warsa berganti warsa namun inginku dan ingin-Nya masih asimtot maha tanya. Walaupun kuyakin semua pilihannya adalah sempurna; namun, penerimaanku yang hanya hamba tentu melalui proses berfilsafat dalam tanya; sejenak mendrama; sejenak merenung; sejenak belajar.
Nirbatas ilmunya, terbatas ilmuku. Distingsi tanpa pernah menemui titik egaliter.
Tapi tak apa, kuizinkan atmaku sejenak berduka.
Asal jangan lupa pada daun yang selalu menerima waktunya tatkala harus gugur, karang yang menerima selalu diterjang ombak hingga terkikis, matahari dan bulan yang selalu beredar pada peredarannya.
Begitulah seharusnya target sebagai hamba; memiliki pecapaian mindset sempurna sami'na wa atho'na.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euforia (COMPLETED)
PoesiaKutulis puisi untuk diriku; himne menyambut sosok yang utuh. Kutulis puisi untuk diriku; biar menjelma menjadi mesin waktu, pintu untukku menyelam bersama kekuatan kata yang mengurung momentum waktu. Ini kisahku selama 2021; jika kalian membaca ini...