13. Boneka Hidup (1)

170 26 0
                                    

Dibanding membiarkan Juan melucuti gaunnya, sembari meneliti tubuh sang istri, Eisa lebih memilih memakai gaun merah muda pilihan Juan. Dia harus mengerahkan semua kesabarannya, ketika Juan memakaikannya baju hangat berbulu, sarung tangan, sampai kaos kaki. Semuanya membuat tubuh Eisa merasa gerah, akan tetapi dengan santainya Juan menggenggam erat tangan Eisa, lalu berjalan beriringan di lorong rumah sakit.

"Juan, lain kali aku tak akan meminta bantuanmu lagi. Seleramu benar-benar buruk," gerutu Eisa ketika melihat bayangannya di cermin rumah sakit.

Komentar Eisa tentang baju pilihannya malah membuat Juan menarik sudut bibirnya ke atas. Pria itu masih setia mengeratkan pegangannya pada jemari tangan sang istri, sembari berkata, "Malam semakin dingin, tak mungkin aku membiarkan istri baruku kedinginan, bukan?"

"Aku kepanasan," balas Eisa.

"Tidak masalah, dibanding kau membeku karena kedinginan. Anakku perlu kehangatan," jelas Juan.

"Kau pikir bayi ini adalah telur ayam yang perlu dierami?" Eisa merotasikan matanya, tak ingin berdebat dengan Juan kembali. Kakinya hanya bisa melangkah sesuai dengan tuntunan langkah sang suami. Hingga akhirnya, langkah Juan terhenti ketika di depan matanya berdiri seorang wanita berperut berisi, bergandengan tangan bersama suaminya.

"Juan?" panggil Giselle.

Tak butuh waktu lama, untuk Eisa mendongak dan memperhatikan pasangan suami istri di hadapannya. Ketika melihat kedua orang itu berdiri bersampingan, mata Eisa tak bisa menahan diri untuk tidak berbinar. Dia belum pernah melihat kombinasi pasangan dengan aura mahal, yang sanggup membuat dirinya merasa sangat rendah.

"Pantas saja dia meninggalkan pangeran Juan. Rupanya, suaminya adalah seorang raja," bisik Eisa sembari menggeleng-gelengkan kepala.

Juan terdiam, tetapi sudut bibirnya masih terangkat ke atas. Begitu pula dengan jemari tangannya yang masih setia menggenggam erat jemari tangan Eisa. Pria itu tak mencoba menyapa Giselle, karena suami Giselle sudah lebih dulu tersenyum lebar, dan berkata, "Terima kasih karena sudah membawa istriku ke rumah sakit. Sepertinya aku berhutang budi padamu. Lain kali, jika kau butuh bantuanku, katakan saja."

Eisa terdiam, sembari mengamati mata pria di depannya, lalu melirik ke arah mata Juan. Ucapan pria itu terdengar bersahabat, dengan sudut bibir melengkung ke bawah. Namun, matanya tak menunjukkan aura persahabatan sedikit saja. Apalagi ketika pandangan matanya bertubrukan dengan Juan. Ada sebuah tusukan tajam, yang tak bisa dilihat oleh mata telanjang.

Juan hanya tersenyum, dan menyindir, "Tidak masalah ini bukan masalah besar. Lain kali, jaga istrimu baik-baik. Jangan lupa selalu perhatikan dia baik-baik."

Eisa kembali melirik ke arah Juan. Dia mengernyitkan kening, dengan bibir terkunci rapat. Ini pertama kalinya, Eisa merasakan aura serius yang terpancar dari perasaan benci milik Juan. Apalagi tujuan kebencian ini tertuju pada suami Giselle, Ayden.

Ayden tersenyum lebar, kemudian membalas, "Kau juga, seharusnya memperhatikan istrimu baik-baik. Bagaimana bisa kau meninggalkan istrimu ketika acara pernikahan kalian kacau karena penyusup? Aku curiga, sebenarnya kau lebih mementingkan istriku dibanding istrimu sendiri."

Eisa awalnya hanya menjadi pengamat antara dua orang yang sedang berdebat lewat pandangan mata dan mulut. Lalu sekarang? Namanya dibawa-bawa, sampai tangan Juan mengepal kuat. Jika Juan tak bisa menahan emosinya, mungkin satu kepalan tangan sudah mendarat di pipi Ayden. Lalu Giselle yang mengetahui kebiasaannya, langsung mengubah topik pembicaraan mereka.

Giselle berkata, "Kalian berdua mau apa ke rumah sakit? Apa Eisa juga mengalami luka-luka?"

Pertanyaan Giselle terdengar seperti doa atau harapan supaya Eisa benar-benar terluka. Eisa ingin menjawab, tetapi Ayden sudah lebih dulu menambahkan pertanyaan, "Ah, kau benar sayang. Seharusnya pasangan suami istri ini menikmati malam pertama mereka. Bukan malah pergi ke rumah sakit, lalu berjalan menuju dokter kandungan yang baru saja memeriksamu."

"Kalian mau apa? Mau periksa kandungan juga?" tanya Ayden setengah meledek.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang