25. Harapan dan Kenyataan (2)

166 31 0
                                    

Juan mengernyitkan kening, begitu pula dengan Eisa yang menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Dia terus mengamati dua orang manusia yang memiliki hubungan jauh dengan Juan. Sebelum menarik kesimpulan tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Juan menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia lalu berkata, "Untuk apa aku melakukannya? Lagi pula, kenapa kalian menuduhku begitu saja? Apa kalian memiliki bukti, jika aku pelakunya?"

Pria yang berstatus sebagai paman Juan tertawan renyah. Dia kembali mendekati Juan kemudian menarik kerah baju Juan sekuat tenaga. Setelah itu dia berkata, "Kami berhasil menangkap penculik yang terjebak dalam reruntuhan. Lalu setelah diwawancarai, mereka bilang kau yang memerintahkan mereka untuk memb*nuh putriku!"

Juan mengeluarkan napas panjang, kemudian menjelaskan tanpa mengeluarkan amarahnya, "Aku bahkan tak tahu jika istriku pergi bersama Vio ke tengah kota, lalu kalian menuduhku melakukan pemb*nuhan? Untuk apa aku melakukannya? Semua ini tak berguna untukku."

"Jangan berpura-pura b*doh! Kau pasti diam-diam tengah tertawa lebar, untuk membalas dendam padaku, bukan?!" tanya paman Juan.

Juan bertanya, "Balas dendam apanya? Aku tak tahu apa yang Paman bicarakan."

"Jangan sok b*doh! Kemarin kau menghancurkan bisnis keluargaku, lalu sekarang kau mencelakai putriku!" teriak paman Juan.

Semakin pria di depannya berbicara, semakin Juan mengernyitkan kening karena tak mengerti. Dia ingin mencoba untuk menenangkan sang paman, dan berbicara baik-baik. Namun, pria di depannya tiba-tiba mengungkap, "Kau menghancurkan bisnis keluargaku, setelah menuduh bahwa aku yang mengacaukan acara pernikahanmu!"

"Padahal aku tidak melakukannya, orang yang jelas-jelas memiliki kemarahan pada perusahaan ayahmu lah yang melakukannya!"

"Tapi kau memporak-porandakan bisnis dan bahkan ingin menghabisi putriku?!"

Juan menepuk-nepuk bahu sang paman, lalu mengingatkan, "Tenang dulu, Paman. Jangan menyampaikan semuanya dengan emosi seperti ini. Lagi pula aku tak pernah merusak bisnis Paman."

Peringatan yang dibalas Juan masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Pria di depannya masih tetap memelototkan mata ke arah Juan, kemudian berkata, "Tadi malam kau mengirim surat ancaman untukku. Hanya karena kau tahu, jika aku yang menyembunyikan uang pembelian tanah, kau menganggapku sebagai dalang dari keributan. Padahal bukan aku yang---"

Paman Juan membongkar aibnya sendiri di hadapan semua orang. Kemarahan membutakan semuanya, begitu pula dengan mulut yang tak bisa berhenti menuduh Juan. Juan menjawab, "Jadi, Paman yang sudah membawa lari uang untuk penyusup di acara pernikahanku?"

Beberapa orang di rumah sakit langsung berbisik-bisik. Sementara itu, ayah Juan yang baru sampai, langsung meminta anak buahnya untuk menangkap adiknya sendiri. Beserta dengan istrinya. Pria itu tak banyak bicara, tetapi sekali bertindak, sang adik langsung memohon ampunan. "Kak, ini tidak seperti yang kalian pikirkan! Bukan aku yang mengambil uang, aku hanya tak sengaja menaruhnya saja!"

Ucapan Paman Juan diabaikan. Begitu pula dengan istrinya yang meminta untuk dilepaskan. Dia beralasan jika putrinya di rumah sakit, dan harus dirawat. Namun, para pengawal menulikan indera pendengarannya, dan terus berjalan tanpa melihat ke belakang.

Mereka dibawa paksa, dan Eisa merasakan ibu mertuanya mengapit lengannya dan mengajak Eisa untuk pergi ke tempat yang lebih tenang. Eisa mengangguk, dan mengikuti ke mana pun sang ibu mertua membawanya. Namun, kepalanya sendiri mulai bertanya-tanya, tentang sosok Juan yang dibicarakan pamannya.

"Paman Juan bilang, jika Juan mengirim surat ancaman, menghancurkan bisnis, dan bahkan menyuruh para penculik untuk memb*nuh Vio."

"Tapi Juan... tak mungkin melakukan hal seperti itu. Kecuali, jika dia... adalah Juan asing yang aku temui di kolam.... apa itu, bukan hayalanku semata?" tanya Eisa bingung.

Eisa mengalami perdebatan batin yang cukup rumit. Bahkan, setelah pergi makan bersama sang ibu mertua pun, Eisa masih mempertanyakan apa yang terjadi. Oleh karena itu, ketika Juan mengajaknya untuk pulang dari rumah sakit, Eisa malah mengajak Juan pergi ke taman rumah sakit, untuk beristirahat sejenak.

Bintang-bintang bersinar terang di atas langit malam. Angin dingin mulai menusuk ke kulit, tapi Eisa masih kukuh tak ingin pulang ke rumah hari ini. Dia menunggu penjelasan dari Juan, hingga akhirnya Juan melepaskan jasnya untuk membalut tubuh Eisa.

"Juan... apa yang dikatakan Paman sebenarnya benar? Kau sebenarnya sengaja memancing amarah Paman, supaya dia mengakui perbuatannya sendiri?" tanya Eisa.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang