22. Rahasia Kecil (1)

134 28 0
                                    

Setelah tiga kali bertanya, Eisa bisa mendengar suara lembut Juan menyentuh telinganya. "Tidak ada masalah," jawabnya.

Eisa mengeluarkan napas panjang. "Kalau tidak ada masalah, kenapa kau meneleponku?"

"Memangnya suami tak bisa menelepon istrinya tanpa ada masalah?" tanya Juan.

Eisa menjawab, "Aku tak tahu, karena aku sebelumnya tak mempunyai suami."

Suara tawa Juan terdengar, sampai pria itu membalas, "Tidak ada masalah, tapi aku merindukanmu. Dan aku ingin tahu keadaanmu saat ini."

"Bagaimana dengan bayi kita? Apa dia sudah makan? Kau sudah memberikannya makanan yang kusiapkan?" tanya Juan.

Eisa menatap buah-buahan yang ada di depan matanya. Dia menjawab, "Aku sudah menerimanya, tapi belum memakannya. Nanti aku akan memakannya."

Setelah memastikan keadaan sang istri, Juan akhirnya memberi pesan, "Jangan lupa dimakan, dan jangan buat kedua anak kita kelaparan lagi," sebelum akhirnya memutuskan sambungan teleponnya.

Eisa menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia menusuk potongan buah mangga, dan memasukkannya ke dalam mulut. Giginya sibuk mengunyah, sementara otaknya berpikir, "Pria selembut Juan, mempunyai rencana menghabisi orang lain, atau bahkan kakaknya sendiri? Ini tidak masuk akal. Vio benar-benar penggosip yang tidak melakukan riset sebelum berbicara."

Kesibukan Eisa dalam mengunyah buah-buahan baru selesai, ketika matanya melihat sang ibu mertua meminta Vio untuk pergi berbelanja. Awalnya Eisa masih diam, dan mengunyah makanannya sesuka hati. Namun, tiba-tiba ibu mertuanya melirik ke arahnya, dan menghampiri Eisa dengan sudut bibir melengkung ke atas.

"Mau apa ibu mertua datang ke sini?" gumam Eisa.

Ibunya Juan tersenyum pada Eisa, dia kemudian memberitahu, "Selain ingin memberimu barang-barang bayi yang masih bisa dipakai, ibu juga ingin membelikanmu alat-alat bayi baru."

"Tapi hari ini ibu harus pergi ke acara arisan dulu. Jadi, bagaimana jika kau pergi bersama Vio saja? Dia bisa membantumu jika kau kesusahan," kata sang ibu mertua.

Vio merotasikan mata malas. Dia masih terkejut mengetahui isi dalam perut Eisa. Namun, dia juga tak bisa menolak ketika sang Bibi memintanya untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga bersama para pelayan. Vio masih ingin hidup enak, meskipun harus melakukan beberapa permintaan pemilik rumah.

Ibunya Juan mendekat ke arah Eisa, dan berbisik, "Ibu dengar, tadi Vio heboh dan mengumbar-ngumbar tentang kehamilanmu pada orang terdekatnya."

"Jadi, pergi keluar dan tunjukkan saja kehamilanmu itu. Lagi pula kau sudah menikah," jelas Ibunya Juan.

Eisa tak mengerti dengan jalan pikiran sang ibu mertua. Dia mengernyitkan kening, kemudian berkata, "Tapi, Bu... bagaimana jika..."

Ibunya Juan mengusap perut Eisa, sembari tersenyum. "Tidak apa-apa. Ibu sebenarnya ingin memanas-manasi kerabat ayahnya Juan, karena sekarang ibu akan mempunyai cucu."

Izin yang diberikan, akhirnya membuat kaki Eisa melangkah pergi berbelanja. Dia tak berdua dengan Vio saja, karena di belakangnya terdapat banyak pelayan dan para pegawai yang menjaga Eisa.

Kehadiran Eisa di samping Vio, membuat Vio merotasikan matanya dengan lengan bersilang di depan dada. Wanita itu memalingkan wajahnya ke arah lain, tanpa berniat mengucapkan sepatah kata ejekan pada Eisa kembali.

Vio hanya berani berkata-kata, ketika Eisa tengah memalingkan wajahnya ke arah lain. "Wanita pengganti ini ternyata perayu yang andal. Entah bagaimana cara dia membujuk Juan untuk mau menghabiskan malam pertama sebelum menikah."

"Tapi aku tak yakin jika anak yang dikandungnya benar-benar anak Juan," lanjutnya.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang