23. Perasaan Asing (2)

170 28 1
                                    

Belum sempat Eisa selesai berpikir, tiba-tiba seorang pelayan memanggil-manggil namanya dari kejauhan. Eisa langsung menjatuhkan telapak tangannya dari kening Juan. Dia melirik ke arah pelayan, dan tersenyum sembari melambaikan tangan tanpa rasa bersalah.

Lalu setelah Eisa melihat ke belakang, Juan sudah tidak ada. Pria itu menghilang begitu saja, bersamaan dengan boneka yang Eisa taruh di pinggir kolam. Semuanya tidak ada, meninggalkan daun-daun kering yang telah terjatuh dari pohonnya. "Loh? Ke mana Juan? Biasanya dia suka berpamitan jika pergi. Pria itu juga terbiasa mencium kening dan perutku saat dia ingin pergi. Tapi sekarang? Ke mana dia?"

Pertanyaan Eisa dibalas tarikan pada lengannya. Seorang pelayan mengajak Eisa untuk kembali masuk dan memperingati, "Nyonya, Anda tak seharusnya berada di gedung kosong seperti itu. Bagaimana jika Anda terkena reruntuhan bangunan?" tanyanya.

Eisa menjawab, "Tadi aku melihat suamiku berada di---"

Belum sempat Eisa mengakhiri ucapannya, pelayannya sudah berjerit dengan mata berkaca-kaca. Dia meneguk ludahnya sendiri, lalu memperingati, "Nyonya! Tuan Juan sedang bekerja di gedung WJH. Sepertinya yang Anda lihat bukan Tuan Juan."

"Bukan? Aku melihatnya sama persis seperti Juan, walaupun rasanya memang berbeda. Jika bukan Juan, lalu siapa?" tanya Eisa bingung.

"Itu... sepertinya hantu penghuni gedung!" jawab pelayan.

Eisa tertawa tak mempercayai ucapan orang di depannya. Dia menggelengkan kepala, dan menjawab, "Tidak mungkin. Aku tak mempercayainya."

"Nyonya! Pokoknya jangan pergi ke sana lagi," peringat pelayan.

"Tunggu," kata Eisa.

"Kenapa lagi Nyonya?" tanya Pelayan.

Eisa melirik ke arah tangannya, dan tidak merasakan keempukan dari boneka katak kecil gratisnya lagi. Dia melirik ke arah kolam, dan berkata, "Bonekaku tertinggal."

"Nyonya, tidak apa-apa. Biar saya belikan boneka baru!" jelas pelayan.

Eisa menggelengkan kepala, lalu berbalik ke arah kolam lagi. "Tidak. Bentuk boneka tadi berbeda dari yang lainnya. Aku menginginkan boneka yang berbeda dari yang lain, walaupun bonekanya memang gratis."

"Tapi Nyonya---"

"Ini permintaan anakku, bukan aku," tunjuk Eisa pada perutnya sendiri.

"Kalau begitu, biar saya panggilkan pengawal Anda dulu. Lalu Anda, tunggu dulu di sini, " jelas pelayan sebelum berlari pergi memanggil pengawal.

"Panggil saja, dan biarkan aku pergi sendiri," kata Eisa lalu berbalik pergi ke belakang toko.

Awalnya mata Eisa melirik ke kiri dan ke kanan untuk menemukan boneka sekaligus sang suami. Dia tak menemukan boneka katak hijau kecilnya, tetapi yang Eisa temukan malah seorang wanita yang sedang diseret oleh beberapa orang.

"Tolong! Tolong aku!" teriaknya sebelum mulutnya disumpal oleh kain.

Eisa melirik ke arah para penculik. Dia tak berminat mengurusi masalah mereka dengan wanita itu. Namun, saat matanya mengenali siapa wanita yang ditangkap, Eisa langsung mengernyitkan kening. "Vio?"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang