23. Perasaan Asing (1)

141 27 0
                                    

Setelah ditinggalkan Vio bersama para pelayan, Eisa memutuskan untuk memenuhi permintaan sang ibu mertua pada Vio. Selain memilih barang-barang untuk bayi sekaligus ibu hamil, Eisa juga pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Dia juga sengaja membeli sabun baru yang aman untuk dihirupnya tanpa gejala ingin muntah. Lalu mendapatkan boneka katak kecil dari hadiah sabun khusus ibu hamil.

"Nyonya, jika Anda merasa bosan atau lelah, lebih baik Anda duduk dan beristirahat saja," balas salah satu pelayan.

Eisa menggelengkan kepala, sembari memainkan bonekanya dia menjawab, "Tidak. Aku memang merasa bosan, tapi aku ingin mempelajari pekerjaan rumah seperti ini juga."

"Berjalan-jalan mengelilingi supermarket tidak seberat yang aku bayangka---" Belum sempat Eisa menyelesaikan ucapannya, indera penciumannya mencium aroma yang tidak sedap. Wanita itu menutup hidungnya dengan jemari tangan, lalu melirik ke kanan dan ke kiri.

"Apa ada yang tahu di mana toilet?" tanya Eisa.

Salah satu pelayan mengantarkan Eisa pergi ke toilet toko, yang berada di bagian paling belakang. Selama perjalanan Eisa mencoba untuk menahan rasa tak enak yang dia rasakan. Lalu setelah sampai di bagian belakang toko, Eisa mengernyitkan kening. Tepat di balik jendela toko yang besar, dia melihat sang suami berada di dekat kolam.

"Juan? Sedang apa dia di sini? Bukannya tadi dia bilang sedang bekerja? Apa dia memiliki kerjaan di sekitar sini juga?" tanya Eisa.

Tak ada keraguan, saat Eisa berjalan ke pintu belakang toko, tanpa memberitahu pelayan yang mengantarnya. Langkah wanita itu dipercepat, ketika melihat sang suami mematung di tempat tanpa suara sedikit pun. Diam-diam Eisa mengkhawatirkan Juan, apalagi melihat pakaian tak biasa yang Juan kenakan.

"Juan?!" panggil Eisa.

Orang yang akan melepas bajunya, tidak jadi melakukannya. Pria itu berbalik ke belakang, lalu menemukan seorang wanita dengan tangan yang menggenggam erat boneka katak. Mata runcing wanita itu memincing ke arahnya, dia menurunkan arah matanya ke bawah, lalu naik terus sampai berada di ujung rambut si Pria.

"Juan, kau... kau... kenapa berpakaian seperti ini? Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Eisa.

Pria di depan Eisa malah memalingkan wajahnya ke arah lain, sembari tersenyum kecut. Dia ingin balik menatap Eisa dan menjawab pertanyaan wanita di depannya. Namun, Eisa sudah lebih dulu menjatuhkan boneka kataknya ke pinggir kolam, lalu menggunakan jari tangannya untuk menangkup wajah sang suami.

Mata Eisa menyipit, dia mendekatkan wajah keduanya, lalu menunjuk pada sedikit noda tetesan darah pada wajah orang di depannya. Spontan, pria itu sedikit mengernyitkan kening. Dia bisa mencium aroma parfum lembut dari wanita di depannya. Begitu pula dengan Eisa yang diam-diam bisa mengendus aroma darah dari baju pria di depannya.

"Aku mencium aroma darah di sini. Sebenarnya apa yang telah kau lakukan? Apa kau habis membantai satu klan manusia?" canda Eisa. Wanita itu mengambil sapu tangan di saku bajunya, lalu mengusap tetesan darah yang ada di wajah sang suami.

Pria dengan luka codet di kening tiba-tiba menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Dia kemudian menyentuh pinggang Eisa, dan mendekatkan tubuh keduanya, sampai pria itu bisa mencium aroma Eisa lebih lama lagi. "Ya. Aku memang baru saja melakukannya," bisiknya.

Suara bisikannya terdengar sama persis dengan suara sang suami. Namun, Eisa merasakan tubuhnya tak menerima sentuhan pria di depannya. Ada perasaan asing yang menyebar dari sentuhan dan embusan napas pria di depannya. Seolah-olah, dia bukan sang suami yang selalu lembut dan perhatian di depan Eisa.

Jelas saja, Eisa langsung mendorong pria di depannya untuk melepaskan pegangan tangannya pada pinggang. Eisa berkata, "Juan, jangan terlalu dekat seperti ini. Apa kau melupakan ada bayi kita di sini? Bagaimana jika dia merasa sesak?"

Pria di depannya tak meminta maaf, seperti yang biasa Juan lakukan. Dia malah menyentuh beberapa helaian rambut Eisa, lalu menciumnya tanpa permisi. "Ah, jadi kau sedang mengandung."

Eisa semakin mengernyitkan kening, dengan sikap Juan yang benar-benar aneh di matanya. Dia langsung menggunakan telapak tangannya untuk ditaruh di kening sang suami. "Juan? Apa kau sedang berakting, kerasukan sesuatu atau... kau..."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang