26. Tamu Tak Diundang (1)

145 29 0
                                    

Bukannya menjawab, Juan malah menyentuh kedua tangan sang istri. Dia menaruh telapak tangan Eisa di masing-masing pipinya, sampai Eisa menangkup wajah sang suami tanpa pembatas. Juan tersenyum, dan mengarahkan pandangan bola matanya ke kedua bola mata Eisa.  

Setelah itu, dia menggenggam erat punggung tangan Eisa yang berada di pipinya. Sampai Eisa bisa merasakan kehangatan dari tangan Juan. Begitu pula dengan debaran jantung keduanya yang saling bertumpang tindih, dan melengkapi satu sama lain. "Tatap mataku, dan jawab pertanyaanmu sendiri. Apa aku orang yang seperti itu?"

Eisa memberanikan diri untuk membuka mata, dan melihat keindahan bola mata Juan yang sebulat bulan purnama. Dalam pantulan bola mata Juan, hanya terdapat bayangan Eisa seorang. Namun, pandangan matanya seolah bisa berkata jika Juan bukanlah orang tak punya hati, yang bisa membahayakan nyawa orang lain untuk kepentingannya sendiri.

"Kau bukan orang seperti itu," gumam Eisa. Entah sejak kapan, tapi Eisa terhipnotis oleh mata teduh sang suami yang hanya menatapnya seorang. Setelah itu, kedua sudut bibir Juan terangkat ke atas. Dia mendekatkan wajah keduanya, lalu mencuri satu kecupan lembut di bibir sang istri.

Juan mengangguk, dan berpesan, "Ya. Kau benar. Mulai sekarang, jangan dengarkan kata-kata orang lain tentangku. Tapi dengarkan kata hatimu sendiri. Karena belum tentu apa yang mereka katakan itu benar-benar kenyataannya."

Eisa mengangguk memenuhi permintaan sang suami begitu saja. Sementara itu, Juan kembali tersenyum dan akhirnya mendekatkan diri untuk lebih lama menempel bersama sang istri. Dia menarik punggung sang istri untuk kembali mendekat, sebelum akhirnya menghubungkan kedua bibir dengan gerakan yang sangat pelan.

Juan membelai bibir sang istri penuh kehati-hatian. Dia menebarkan kasih sayang yang membuncah, sampai Eisa lagi-lagi terbuai dengan kenyamanan dan kehangatan yang dia rindukan. Detak jantung Eisa semakin berdetak kencang, apalagi ketika bibir Juan menyuruhnya untuk membuka lebih lebar, dan Eisa bisa merasakan Juan berada dalam dirinya untuk mengambil kewarasannya.

Bintang masih tetap bersinar terang, begitu pula dengan bulan yang masih duduk di tempatnya. Namun, hal itu tidak berlaku dengan Eisa yang sudah naik ke paha sang suami, untuk melingkarkan tangannya pada leher Juan. Dia memperdalam ciuman malam mereka, tanpa melepaskan bibirnya sebentar saja.

Gerakan lembut Juan berubah menjadi terburu-buru, setelah Eisa beradaptasi dan semakin ingin menyatu dengan sang suami. Jas putih Juan yang awalnya membungkus tubuh Eisa terjatuh ke tanah. Eisa membiarkan jari jemari sang suami mengusap lembut pinggangnya, mengalirkan getaran aneh yang semakin membuat Eisa mabuk dalam hipnotis Juan.

Keduanya menginginkan satu sama lain. Walaupun tak ada yang berbicara sedikit pun. Akan tetapi, gerakan tubuh dan pandangan mata dimengerti satu sama lain. Mereka memanjakan diri tanpa harus mengungkap keinginannya lewat kata-kata.

Jari telunjuk Eisa menandai dada Juan. Lalu turun ke perut, untuk memastikan tidak ada wanita lain yang bisa menempel sepertinya pada Juan. Dia hampir melewati batas, dengan jemari tangan yang tak sabar untuk melepas kancing baju sang suami. 

Namun, setelah Eisa melepas tiga kancing sang suami, wanita itu baru sadar jika dirinya sudah melewati batas. Dia terburu-buru untuk melepaskan bibirnya dari bibir Juan, dengan napas terengah-engah. 

Juan mengernyitkan kening, sembari membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit. Dia tersenyum melihat Eisa memeluk lehernya, dan menyembunyikan diri dalam dekapan Juan. "Kenapa berhenti?" tanya Juan sembari mengusap lembut punggung sang istri.

"Aku kelepasan. Seharusnya kita tidak boleh melakukannya di sini. Ini tempat umum, dan aku... aku... aku sedang mengandung. Bagaimana jika bayi kita terganggu, dengan kedatangan tamu tak diundang?" tanya Eisa sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang suami.

Juan tertawa sembari mendaratkan bibirnya pada leher Eisa. "Baiklah. Jika kau tak bisa membiarkan tamu tak diundang ini datang menyapa, izinkan aku memelukmu seperti ini saja," bisik Juan.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang