13. Boneka Hidup (3)

179 30 1
                                    

Awalnya Eisa hanya pasrah membiarkan Juan menyuapinya dan membantu Eisa minum obat. Namun, ketika keduanya ingin pulang, Eisa tiba-tiba meraakan rasa mual yang menjadi-jadi. Wanita itu hampir muntah sembarangan, jika Juan tak segera mengambil sapu tangan lalu menahannya tanpa rasa jijik.

"Ayo pergi ke kamar mandi," ajak Juan.

Eisa mengumpati Juan dalam hati, walaupun pria itu memang mengantarnya ke kamar mandi. Juan setia menepuk-nepuk punggung Eisa, dan mengusap perut sang sang istri dengan minyak hangat. Sementara Eisa yang tak berdaya, terus menerus mengeluarkan isi perutnya.

"Apa kau alergi dengan makanan tadi? Seharusnya kau mengatakannya padaku," ucap Juan.

Eisa berdecak. Jika dia tahu mulutnya tak akan mau bekerja sama untuk menerima makanannya, mungkin Eisa juga enggan memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Entah dari mana rasa mual ini berasal, tetapi yang pasti Eisa benar-benar muak dengan keadaan seperti ini.

"Mengandung anak itu benar-benar bukan hal yang mudah," gumam Eisa ketika dirinya sudah selesai mengeluarkan isi perutnya.

Juan menarik dan mengeluarkan napas panjang. Pria itu membantu Eisa berjalan ke luar kamar mandi, sembari mengusap wajah Eisa dengan sapu tangan miliknya. Meskipun akhirnya, usapan pada wajahnya dihempaskan Eisa. "Menyebalkan," kata Eisa.

"Maafkan aku, lain kali aku akan---" Belum sempat Juan mengakhiri ucapannya, terdengar suara keributan dari depan kamar mandi. Spontan, Juan berjalan lebih dulu, dan menyembunyikan sang istri di belakang tubuhnya. Namun, sebelum Juan melangkah lebih jauh lagi, kelopak matanya terbuka lebar, melihat Giselle ditampar dan disudutkan ke tembok, oleh Ayden.

"Wanita s*alan! Kau memang j*lang menjijikan! Beraninya kau mencari perhatian mantan kekasihmu itu, dan membuatku harus menunda pekerjaanku... hanya untuk memeriksa bayi yang bukan darah dagingku!"

"Seharusnya kau tak menipuku---" Ayden menjambak rambut Giselle, dengan kepalan tangan yang bersiap menampar pipi wanita itu. Lalu Juan yang melihatnya tak bisa tinggal diam, dan segera menahan pergelangan tangan Ayden. "Apa-apaan kau ini?! Dia wanita, jangan melakukan kekerasan seperti ini! Apa kau sudah tak waras?" gerutu Juan.

Eisa berdecak, sembari menggeleng-gelengkan kepala. Di saat rasa mual menghampirinya, dia sekarang harus melihat suaminya melindungi wanita lain. "Wah, aku tak menyangka jika hubungan antara Raja dan Tuan Putri tak seindah yang tadi aku lihat. Ternyata mereka menyembunyikan rahasia besar," gumam Eisa.

Ayden mengubah sasaran tinjunya ke arah pipi Juan. Juan mendapatkan pukulan di pipi, lalu Ayden juga mendapatkan tinju setelah Juan membalasnya dengan mata memerah.

"Tingkahmu ini lebih rendah dan menjijikan," sindir Juan.

Ayden menarik kerah baju Juan, lalu memberitahu, "Wanita s*alan itu menipuku! Kupikir dia hamil anakku, tapi ternyata dia sudah hamil sebelum menikah! Dia menerima lamaranku secepatnya, supaya bisa menutupi kehamilannya itu! Sekarang, bagaimana bisa aku menghormati wanita j*lang itu! Dia hamil di luar nikah!"

Eisa meneguk ludahnya sendiri, dengan tatapan tak percaya ke arah Giselle. Bahkan, wanita secantik angsa putih pun, memiliki keburukan yang tak beda jauh dari Eisa. "Lebih baik aku tak ikut campur masalah mereka."

"Meskipun begitu, kau tak boleh menyiksa seorang wanita!" peringat Juan, sebelum akhirnya memberikan satu tinju lagi kepada Ayden.

Ayden tersenyum kecut, dan mengusap cairan merah di bibirnya. Pria itu lalu menatap tajam ke arah Juan, dan memberitahu, "Kenapa kau begitu membela wanita j*lang itu? Aku curiga, jika sebenarnya anak yang wanita itu kandung adalah anakmu."

••• 

••• 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang