15. Rumah Benalu (1)

500 88 3
                                    

Juan menawarkan, "Eisa, apa kau mau menghabiskan malam pertama di sini, bersamaku sampai pagi?"

Mata Juan tertuju hanya pada kedua mata Eisa. Helaian rambut pria itu bergerak-gerak, tersapu angin malam. Sementara objek pandangan Juan sendiri, merasakan wajahnya memanas, sampai rona merah di wajahnya bisa ditemukan Juan. Telapak tangan Juan tergerak untuk menyentuh bagian memerah di wajah Eisa, meskipun Eisa kembali ke dunia nyata dan mendorong tangan sang suami untuk berhenti menggodanya.

Dengan napas terengah-engah, dan wajah memerah, Eisa memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia mencoba untuk menenangkan jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat, dengan tarikan dan buangan napas. Namun, Juan tak membiarkan Eisa tenang begitu saja. Pria itu kembali menyentuh dagu sang istri, sampai Eisa kembali menatap wajahnya.

Juan berkata, "Jangan palingkan wajahmu ke arah lain, saat aku sedang bertanya. Aku hanya ingin mendengar jawaban langsung dari bibirmu."

Eisa akhirnya memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, sampai bola matanya bertemu dengan Juan. Bukannya Eisa dulu sangat berani untuk menatap Juan, ataupun merayu pria itu lebih dulu? Sekarang, apa susahnya untuk menjawab pertanyaan Juan, seperti biasanya? Ini hal mudah, bukan?

Sangat mudah, jika saja Juan tidak menarik sudut bibirnya ke atas, dan mengusap lembut rambut Eisa, sembari menatapnya tanpa berkedip. Tindakan kecil yang dilakukan suaminya membuat Eisa tak bisa menghentikan rona di wajahnya yang terus muncul. Apalagi ketika mata Eisa menatap ke bibir sang suami, yang terkunci rapat untuk mendengar jawabannya.

Bukannya memikirkan jawaban dari tawaran Juan, Eisa malah memikirkan lembutnya cumbuan Juan untuk menenangkan hatinya yang panas oleh api cemburu. Eisa menjawab, "Jangan berpikir yang tidak-tidak. Siapa juga yang mau menghabiskan malam di tempat seperti ini! Aku sedang mengandung, tidak baik jika kita... kita... itu... ya... jadi.."

Eisa mengumpat dalam hati, ketika bibirnya terbata-bata untuk mengucapkan apa yang ingin dia sampaikan. Sejak kapan, Eisa menjadi seorang kucing penakut dan tergagap seperti ini? Harusnya menolak ajakan Juan bisa dia lakukan hanya dengan satu kalimat tanpa perlu berbelit-belit dulu.

Lalu Juan yang melihat sang istri tergugup, malah memajukan wajahnya ke depan. Pria itu mengusap lembut pipi Eisa, sembari melanjut ucapan Eisa, "Jika kita bercinta untuk menghabiskan malam di sini?"

Juan mengatakan isi pikiran Eisa tanpa harus berpikir puluhan kali seperti sang istri. Hal itu membuat Eisa memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia bersumpah, jika ini bukan karena keinginannya sendiri, melainkan karena bayi yang di kandungnya mempengaruhi perasaan dan pikirannya.

Eisa melanjut, "Ya! Itu tidak baik! Dokter bilang, kita tidak boleh melakukannya di saat kandunganku masih lemah! Lagi pula, kau... kau... kau... "

"Kadang terlalu bersemangat dan sedikit kasar," gumam Eisa merendahkan suaranya.

Eisa merendahkan suaranya, sementara Juan tak bisa menahan suara tawanya. Dia baru kali ini, melihat sang istri yang biasanya menggoda pertama kali, berubah menjadi kucing malu-malu yang bahkan tak berani menatapnya lebih dulu. Hal itu membuat Juan ingin semakin memancing sikap tersembunyi yang disembunyikan Eisa di balik topeng penyamarannya.

Suara tawa Juan membuat telinga Eisa ikut memerah. Eisa mengepalkan kedua tangannya. Jika saja, Juan adalah salah satu penjaga yang biasa menjaganya ketika menjalankan misi, Eisa pastikan kepalan tangannya akan melayang pada pipi Juan. Dia juga akan memastikan supaya Juan tak menertawakan ucapannya seperti ini. "Aku serius," ucap Eisa.

Juan menyangga salah satu pipi dengan tangannya. Matanya masih tertuju pada Eisa, sementara bibirnya berbisik, "Tapi kau menyukainya. Itu permintaanmu saat kau berada di puncak hawa naf---"

Eisa menutup bibir Juan dengan telapak tangannya. Untuk kali ini, Eisa masih bisa menahan rasa amarah untuk tidak meninju Juan, setelah Juan berkelahi dengan Ayden. Dia berkata, "Sudah, jangan dibahas lagi. Intinya aku tak mau menghabiskan malam pertama di sini, lagi pula kita sudah melakukannya sebelum menikah."

Setelah mengatakan hal itu, Eisa menurunkan tangannya dari bibir Juan. Sementara Juan sendiri masih melengkungkan bibirnya ke atas. Pria itu berkata, "Sepertinya kau salah menerjemahkan tawaranku."

"Apa maksudmu?" tanya Eisa.

Juan memperbaiki posisi duduknya, kemudian merenggangkan tubuhnya sebentar. Setelah itu, matanya tertuju ke depan parkiran. Sebelum akhirnya berbisik, "Aku memang memawarkanmu untuk menghabiskan malam pertama di sini sampai pagi. Tapi, maksudku bukan menghabiskannya dengan bercinta semata."

"Aku masih waras, dan aku juga mendengarkan dokter saat pemeriksaanmu berlangsung. Jadi, tidak mungkin aku memaksamu melakukannya ketika usia kandungan anak kita masih lemah," jelas Juan.

Eisa mematung, kemudian mengernyitkan kening. "Jadi...?"

"Jadi... Maafkan aku... jika di malam pertama kita, mungkin tak seperti malam pertama orang lain. Aku awalnya ingin, di malam pertama ini kita bisa mengobrol dan membagi cerita tentang diri kita bersama-sama."

"Tapi sepertinya... kau terlalu lelah dan perlu banyak istirahat, apalagi setelah insiden mengejutkan tadi. Maafkan aku," jelas Juan.

Ucapan Juan membuat detak jantung Eisa menenang secara perlahan. Dia menarik dan mengelurkan napas panjang, mendengar niat tulus suaminya untuk mengenalnya lebih baik. Meskipun pada kenyataanya, Eisa tak mau terlalu menunjukkan dirinya yang sebenarnya pada orang seperti Juan.

"Tidak perlu meminta maaf, lagi pula aku sudah terbiasa merasakan ketegangan yang terjadi antara manusia," balas Eisa sembari menyilangkan tangan di depan dada.

Eisa memang terbiasa melihat kepanikan ataupun ketegangan akibat perkelahian. Namun, yang tidak membuatnya terbiasa adalah debaran aneh, dan wajahnya yang memerah, hanya karena belaian atau pun suara perhatian suaminya.

Juan kembali berkata, "Aku ingin mengenal dirimu lebih jauh lagi. Selain mengenal dirimu sebagai Elsa."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang