24. Permintaan Tolong (2)

138 31 0
                                    

Nyonya, apa yang telah terjadi?" tanya seorang pelayan.

Eisa berpura-pura menyentuh kepala, sembari mengernyitkan kening. Dia berkata, "Aku ingin menunggumu di toilet, tapi tadi aku melihat Vio diculik oleh orang-orang itu."

"Lalu tadi... ada orang yang menolong Vio, sekaligus menangkap para penculik. Sepertinya orang itu adalah penunggu tempat ini, alias... hantu yang kau tebak tadi," bisik Eisa yang membuat pelayannya memelototkan mata, percaya begitu saja.

•••

Para pengawal membawa Vio ke rumah sakit, setelah wanita itu tak kunjung bangun dari pingsannya. Lalu Eisa sendiri berdiri di depan ruang pemeriksaan sembari memainkan ponselnya. Dia ingin bertanya pada Juan tentang sosok yang tadi ditemuinya. Namun, setelah Eisa mengetik pesan dan ingin mengirimnya, dia mendengar panggilan dari pria yang saat ini berlari ke arahnya dengan napas terengah-engah.

"Eisa!"

Belum sempat Eisa menjawab panggilan Juan, tubuh Eisa sudah merasakan dekapan hangat sang suami. Pria itu menarik sang istri ke pelukannya, sembari mengusap lembut rambut Eisa dari belakang. Dia menutup kelopak matanya erat-erat, seolah-olah Eisa akan menghilang jika dia tak mendekapnya.

Sentuhan lembut, helaan napas, dan pegangan erat. Meskipun Eisa merasa sesak, tetapi dia menemukan kenyamanan di balik pelukan sang suami. Pria itu tulus memeluknya karena panik, sementara pria yang tadi ditemuinya berbeda dua kali lipat dari pelukan yang saat ini Eisa rasakan. Termasuk dengan aroma parfum Juan yang kali ini ingin dihirup Eisa lebih lama lagi.

Setelah memastikan Eisa berada dalam pelukannya, Juan baru melepaskan pelukannya pada sang istri. Dia menyentuh kedua bahu Eisa, sembari sedikit membungkukan tubuh untuk meneliti keselamatan sang istri. "Kau terluka? Kenapa kau sampai berada di tempat berbahaya? Bagaimana jika nyawamu melayang?"

Mata berkaca-kaca, dengan kening mengernyit dan setelan jas putih rapi. Bukannya menjawab, Eisa malah menyentuh dasi sang suami. Dia mengernyitkan kening, kemudian menatap Juan dari bawah hingga ke atas.

"Aku tidak apa-apa. Lagi pula yang jadi target adalah Vio," balas Eisa.

Setelah mata Eisa menelusuri penampilan Juan dari bawah hingga ke atas. Eisa mengingat, jika Juan tampil seperti ini juga saat pergi dari rumah. Wanita itu semakin mengernyitkan kening, dan menyentuh pipi sang suami dengan telapak tangannya. "Tapi..."

"Tapi kenapa?" tanya Juan. Juan menyentuh punggung tangan Eisa yang ada di pipinya. Jemari tangan pria itu bergetar, sampai Eisa bisa merasakan kecemasan Juan saat ini.

"Juan, apa tadi kau pergi ke gedung kosong dengan pakaian hitam?" tanya Eisa.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang