28. Kembar (1)

215 32 0
                                    

Akibat mimpi aneh suaminya menjadi dua, Eisa tak bisa berpikir dengan jernih. Bahkan, ketika Juan mengajaknya untuk pergi memeriksa kandungannya pun, pikiran Eisa masih terbayang-bayang pada mimpinya. Wanita hamil itu tak sadar, ketika dokter memberitahu jika di dalam kandungannya ada dua bayi.

Eisa mematung, sementara Juan menarik sudut bibirnya ke atas. Pria itu langsung menggenggam erat tangan Eisa, sembari mengecupi punggung tangan sang istri. "Ternyata tebakanku memang benar. Anak kita kembar."

"Eisa?" panggil Juan ketika menemukan tatapan Eisa yang tidak biasanya.

Eisa melamun, sembari melihat ke arah hasil pemeriksaannya hari ini. Dia menurunkan sudut bibirnya, sembari mengusap perutnya dengan salah satu tangan. "Anak kembar, aku tak terlalu terkejut setelah mendengar tebakanmu sebelumnya. Tapi..."

"Suami dua? Sejak kapan Juan ada dua? Apa dia memiliki saudara kembar?" tanya Eisa bingung sendiri.

Juan mengernyitkan kening, melihat bibir tipis sang istri berkomat-kami tak berniat memberitahu masalahnya sedikit saja. Hal itu memancing rasa penasaran Juan untuk menghentikan langkahnya, dan menahan pergelangan tangan Eisa untuk kembali melangkah. Pergerakan Juan membuat Eisa berbalik, dan jatuh ke pelukannya tanpa permisi.

Hayalan Eisa buyar tanpa sisa, sementara itu kening Juan mengernyit. Pria itu bertanya, "Apa apa? Apa kau masih tak menerima anak kembar?"

Eisa langsung menggelengkan kepala, sembari tersenyum tipis. Dia menyentuh lengan sang suami, sembari memberitahu, "Tidak, aku... aku... aku hanya kurang fokus untuk hari ini."

Juan langsung menyentuh pinggang Eisa, dan menawarkan, "Kau ingin aku gendong?"

Eisa menggelengkan kepala, dan menolak, "Tidak perlu. Aku bisa sendiri. Lebih baik, kita langsung pulang saja. Ibu pasti sudah menunggu kabar terbaru tentang cucunya."

•••

Sesuai dugaan Eisa, ibu mertuanya menunggu di halaman rumah untuk mengetahui kabar terbaru cucunya. Awalnya wanita itu menyambut kedatangan Eisa dengan senyuman lebar. Apalagi melihat Juan yang tersenyum menunjukkan berita bagus. Sayangnya, senyuman ibu mertua Eisa tiba-tiba sempat terhapus, setelah Juan memberitahu, "Ada dua bayi di kandungan istriku, Bu. Ada dua pewaris."

Kabar bahagia yang dikatakan Juan diterima baik sang ayah. Meskipun awalnya sang ibu sempat termenung beberapa menit, tetapi setelah sang suami menepuk bahunya, ibu Juan langsung mendekati Eisa. Mata wanita itu berkaca-kaca, tanpa keraguan dia langsung berkata, "Juan sudah merepotkanmu dengan kehadiran anaknya, tapi... ibu harap kau menjaganya sepenuh hatimu."

Eisa mengangguk, dan berkata, "Baik, Bu. Tentu saja."

Setelah berbincang-bincang dengan sang ibu mertua, Eisa jadi tidak terlalu memikirkan tentang mimpinya lagi. Dia mencoba untuk berpikir jika Juan yang asing dan mimpinya tadi malam hanyalah hormon dari ibu hamil. Sehingga dirinya tidak perlu berpikir yang tidak-tidak tentang sang suami. Oleh karena itu, Eisa membiarkan Juan pergi bekerja begitu saja.

Ketika sang ibu mertua mengajarkan Eisa teknik menyulam benang, wanita paruh baya itu menunjukkan foto kanak-kanak Juan bersama sang kakak. Keduanya tumbuh besar dengan penuh kasih sayang, sampai akhirnya Eisa tersenyum melihat kedekatan kakak beradik di depannya.

"Yang ini Jean, dan ini Juan, suamimu. Keduanya dulu sangat sering bertengkar, tetapi setelah dewasa mereka saling melindungi satu sama lain. Meskipun... pada akhirnya Jean meninggal karena kecelakaan," jelas sang ibu mertua.

Eisa mengamati foto Jean dan Juan baik-baik. Keduanya memang adik kakak, tapi mereka tak mirip sedikit pun. Dari foto ini, Eisa menyimpulkan jika pria yang ada di mimpinya bukan kakaknya Juan. "Siapa sebenarnya orang itu? Kenapa dia bisa mempunyai wajah yang sama persis dengan Juan? Apa dia saudara kembar Juan? Tetapi kenapa fotonya tak ada di sini?"

Eisa awalnya ingin bertanya, tetapi tiba-tiba pintu rumah diketuk menyebabkan sang ibu mertua berdiri dari duduknya. Wanita itu berpamitan, "Ibu akan memeriksa siapa tamu yang datang terlebih dahulu. Kau bisa melanjutkan rajutan ibu dulu."

Sang ibu mertua pergi, dan Eisa tak berminat menyentuh jarum untuk merajut. Wanita itu hamil itu malah tertarik untuk mengambil foto yang disembunyikan di dalam bingkat foto keluarga. Hanya dalam satu tarikan saja, mata Eisa memelotot lebar. Dia ingin menanyakan foto ini pada sang ibu mertua, tetapi di halaman depan rumah terdengar suara keributan.

"Ada apa ini?" tanya Eisa bingung. Eisa mengambil foto dan memasukannya ke dalam saku jaket miliknya. Wanita itu terburu-buru melangkah untuk memeriksa keadaan sang ibu mertua. Eisa mengakhawatirkan keadaan wanita itu, tetapi yang Eisa temukan malah Giselle yang didorong Ayden ke tengah halaman rumah Juan.

"Juan! Kemari kau s*alan! Bisa-bisanya kau memberikanku sampahmu itu!" teriak Ayden

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang