Ketika bulan sabit berada di langit malam, sinarnya bekerja tanpa henti untuk menyinari bumi. Sayangnya, karena awan kelabu berserakan tak tahu arah, sinar rembulan tak bisa bekerja sepenuhnya. Lalu bumi yang tak melihat bulan, tak tahu jika bulan tengah bersinar terang.
Jarum jam pendek, dan jam panjang pada sebuah jam dinding bertemu di angka dua belas. Suara gelas yang berisi cairan merah, berpadu dengan suara langkah kaki. Dari balik pintu ruangan rahasia, muncul seorang pria bertubuh tinggi, yang langsung duduk di salah satu sofa.
Pria berbola mata bulat, menyerupai bentuk bulan purnama menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Saat bibirnya menyentuh gelas, dan meminum air berwarna merah kehitaman, terlihat tanda hitam kecil di atas bibirnya yang menawan. Setelah meneguk minumannya sampai habis, pria itu menaruh gelasnya di meja.
"Tuan, sesuai tebakan Anda... kerabat pemilik perusahaan WJH, sengaja mengirim orang untuk mengacaukan acara pernikahan. Lalu tanpa tahu malunya, pria itu masih menitipkan putrinya tinggal sekaligus memata-matai rumah," bisik seorang pengawal.
Bisikan pengawal membuat orang yang dibisik menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Matanya melirik ke arah jam di dinding, sembari mengusap rambutnya sampai keningnya terlihat jelas. Tepat di sana, terdapat bekas codetan yang tersembunyi di balik poni rambutnya. "Musuh di balik selimut. Aku muak berurusan dengan manusia seperti ini, tetapi jika musuh menyamar menjadi teman, kita juga bisa ikut menyamar dan memanfaatkan keberadaannya di wilayah kita."
"Meskipun pemilik perusahaan WJH seperti pria lembut dan pria baik-baik, tapi dia tak sebaik itu untuk membiarkan seseorang tinggal tanpa mencari keuntungan, " peringat pria itu.
"Lalu apa yang Anda ingin lakukan sekarang?" tanya Pengawal.
Orang ditanya berdiri dari kursinya. Setelah itu, dia menyentuh gelas miliknya, dan memandangi cairan merah di dalamnya. Dia berkata, "B*nuh gadis bernama Vio."
"Eh?"
"B*nuh gadis yang menjadi mata-mata di rumah," lanjutnya.
"Tapi... dia... dia... Anda tadi bilang, mungkin saja pemilik perusahaan WJH ingin memanfaatkan gadis itu sampai tinggal di rumah---" Belum sempat pengawal itu mengakhiri ucapannya, pria yang memegangi gelas sudah lebih dulu mengulang, "Aku bilang b*nuh."
"Tapi kenapa? Apa dia mengganggu Anda?" tanya pengawal itu.
"Menggangguku sih tidak. Aku hanya ingin membuat keributan dan kepanikan di dalam rumah saja," jelasnya.
Pengawal langsung melirik ke arah pintu. Dia tak mengerti dengan jalan pikiran sang Tuan, tetapi pada akhirnya kakinya melangkah sendiri menuju pintu keluar, untuk memulai rencana pemb*nuhan.
Pria dengan codet di kening menatap ke luar jendala. Matanya menyaksikan puluhan lampu bangunan di depannya bersinar terang, tetapi dia tak bisa melihat sinar dari rembulan sedikit pun. Setelah itu, matanya terpejam untuk beberapa menit. "Jika ingin menjadi orang kaya, harus siap juga dengan ancaman dari orang-orang yang ingin merebut kekayaan."
Di dalam bola mata pria itu, terdapat sebuah kabut pekat yang menutup penglihatannya pada sebuah rasa kasihan. Dia berdiri tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, hingga akhirnya salah satu pengawal lain datang dan memberinya informasi.
"Tuan, rencana untuk menggulingkan kekuasaan Mafia di kota ini sudah kami siapkan dengan baik. Setelah mereka tunduk pada kuasa Anda, kita bisa memulai penyeludupan obat-obat yang Anda inginkan. Selain itu, bisnis perj*dian yang Anda rancang juga bisa berkembang diam-diam, sesuai apa yang Anda inginkan."
Setelah mendapatkan informasi yang diinginkan, pria itu tersenyum lebar. Dia mengepalkan tangannya, dan bergumam, "Apa pun yang aku inginkan, harus aku dapatkan."
"Termasuk memenggal nyawa keluarga s*alanku sendiri. Tak akan kubiarkan mereka menghirup dan mengeluarkan napas tenang, setelah menumbalkanku."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMAFIA [Junhao] Republish
FanfictionCita-cita Eisa adalah menjadi seorang mafia disegani seperti sang Ayah. Namun, dia malah mengandung anak dari pewaris manja, yang sering dirisak saudaranya. Karena Eisa mengandung sebelum menikah, Eisa akhirnya diusir sang Ayah. Sementara orang yang...