22. Rahasia Kecil (2)

159 30 0
                                    

Eisa dan Vio pergi ke toko yang sudah dipesankan ibunya Juan. Sepanjang perjalanan, Vio tak banyak bicara seperti biasanya. Dia mengantarkan Eisa pergi ke toko, dan memintanya membeli apa yang dia butuhkan sendiri. Sementara itu, Vio sendiri pergi ke toko tas untuk membeli tas keluaran terbaru.

"Dia meninggalkanku begitu saja? Padahal dia yang disuruh berbelanja alat-alat kebutuhan rumah tangga bersama para pelayan," gumam Eisa sembari menggelengkan kepala.

•••

Suara kendaraan yang berlalu lalang terdengar riuh di tengah kota. Toko-toko berjajar rapi, berdampingan dengan gedung-gedung perusahaan yang menjulang tinggi. Di balik keindahan dan keramaian tengah kota, terdapat pertengkaran yang terjadi di belakang gedung tua.

Beberapa pria bertubuh tinggi dengan pakaian berwarna hitam menyerang pemilik gedung tua tanpa aba-aba. Para penghuni gedung itu tak bisa menghubungi polisi, karena mereka sendiri diam-diam tengah menyembunyikan senjata berbahaya ilegal di dalam gedung. Jadi, ketika ada penyusup yang menyerang, mereka hanya bisa mengandalkan penjaga mereka sendiri.

"Penyusup! Ada penyusup! Jangan biarkan mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan!" teriak salah satu penjaga kunci ruang bawah tanah.

Terlambat untuk memberi peringatan, ketika senjata api sudah lebih dulu menghabisi setiap orang yang berjaga. Tak ada seorang penjaga yang bisa lolos dari maut, ketika pria dengan codet di kening menjentikan jarinya tanda keluarnya peluru dari tempatnya.

Pemimpin dari para penyusup melangkahkan kakinya ke dalam ruangan. Dia tak menyentuh senjata api, tetapi hanya dengan jentikan jari saja para bawahannya berhasil melenyapkan orang-orang yang menghalangi jalannya. Tak ada seorang pun yang dibiarkan hidup, selain orang yang tahu kunci dari apa yang dia inginkan.

Pria bercodet di kening itu melangkah ke arah salah satu penjaga pintu. Dia berjongkok, dan menyentuh pipi wajah penjaga, untuk membuatnya mendongak secara paksa. "Kau ingin memberikan kunci itu sendiri padaku, atau ingin aku rebut?" tanyanya.

Penjaga yang memegang kunci mengernyitkan kening, ketika matanya mengenali wajah pria di depannya. Dengan tubuh bergetar, dan cairan merah di kening, dia menebak, "Ju... Juan? Kau... Juan, anak pemilik perusahaan WJH?!"

"Juan? Hmm... " Pria bercodet di kening itu menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Dia menatap pantulan wajahnya di cermin, sembari membersihkan noda tetesan cairan merah di wajahnya. Pria itu berpikir beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, "Sepertinya begitu. Mulai sekarang, ingat baik-baik namaku, dan caraku merebut kunci rahasiamu ini."

Setelah itu, dia memukul belakang kepala penjaga, dan merebut kunci pintu rahasia. Tak perlu waktu lama, baginya untuk melempar kunci itu ke salah satu pengawal, dan memerintah, "Buka kuncinya dan dapatkan semua senjata ilegal ini. Aku ingin meniru, dan membuat senjata baru."

"Baik, Tuan." Salah satu penjaga mengangguk setuju. Namun, sebelum dia melangkahkan kakinya, pria itu sudah lebih dulu bertanya, "Tuan, pria itu masih menghirup dan mengeluarkan napas. Haruskah saya menghabisi---"

"Tidak, tidak perlu. Aku ingin dia hidup, dan menceritakan kejadiannya hari ini pada orang lain," jelas pria bercodet itu.

Setelah memastikan keinginannya terpenuhi, pria bertubuh tinggi itu berjalan menuju pusat kota. Niatnya adalah pergi ke toko untuk membeli pakaian baru. Namun, sebelum itu, dia pergi ke kolam yang ada di depan gudang untuk membersihkan tangannya.

Pantulan wajahnya di kolam kecil, membuat dia menurunkan sudut bibirnya. Rambutnya yang tertata rapi, dan setelan hitam mewahnya tidak cukup membuat dia merasa senang. Ada sebuah kekosongan yang selalu dirasakannya, meskipun dia berulang kali mendapatkan apa yang dia inginkan.

Ketika pria berbaju hitam itu ingin melepas baju dan menggantinya, suara panggilan menyapa indera pendengarannya. Dia mengernyitkan kening, lalu melirik ke belakang. Dia menemukan sosok wanita bermata runcing, dengan tangan yang memegangi boneka katak kecil.

"Juan?!" panggil Eisa.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang