25. Harapan dan Kenyataan (1)

128 25 0
                                    

"Juan, apa tadi kau pergi ke gedung kosong dengan pakaian hitam?" tanya Eisa.

Pertanyaan Eisa dibalas dengan usapan lembut pada punggung tangannya. Pria itu memberi kecupan pada tangan sang istri, sebelum membuka suara untuk menjawab, "Tidak, aku tidak pergi ke sana. Aku sejak tadi terlalu sibuk bekerja, sampai tidak sempat memeriksa keadaanmu lagi. Maafkan aku, seharusnya aku lebih teliti lagi."

Dari sentuhan dan suara lembut Juan, Eisa tahu jika sang suami tidak berbohong. Oleh karena itu, dia menundukkan kepala dan bergumam, "Tidak, seharusnya aku yang lebih teliti dalam mengenalimu."

"Memangnya ada apa? Apa ada sesuatu yang membuatmu resah?" tanya Juan.

Eisa menggelengkan kepala, lalu membalas, " Sepertinya akhir-akhir ini aku terlalu banyak melamun dan berhayal. Ini... ini bukan masalah besar."

Juan menarik dan mengeluarkan napas panjang, kemudian menggenggam erat tangan sang istri. Dia berkata, "Apa kau ingin aku mengantarmu untuk pergi ke dokter?"

Eisa menggelengkan kepala lagi. Dia menjawab, "Tidak perlu. Lagi pula kita sudah membuat janji besok, bukan? Dan... kau sibuk bekerja. Jangan pedulikan aku, dan bekerja lah."

Akhirnya Juan bisa menenangkan diri, setelah melihat sang istri berdiri dengan keadaan baik-baik saja. Setelah itu, dia berniat untuk mengantar Eisa pergi untuk memberinya makanan. Telapak tangannya menggenggam erat tangan Eisa, dan membimbing sang istri untuk keluar dari rumah sakit.

Namun, sebelum Juan dan Eisa benar-benar pergi dari rumah sakit, Juan bertemu dengan ayah dan ibu Vio. Kedua orang itu berjalan terburu-buru ke depan Juan, hingga akhirnya pria yang berstatus sebagai paman Juan mendaratkan satu pukulan ke pipi Juan.

"Pria s*alan!"

Satu pukulan mendarat tepat di pipi Juan, itu pun tepat di depan mata Eisa. Jelas saja, pegangan tangan Eisa pada tangan Juan melepas. Wanita itu langsung mengernyitkan kening, dan menahan tangan pria yang berusaha untuk memukul suaminya lagi. "Apa-apaan ini? Kenapa Paman memukul suamiku begitu saja?" tanya Eisa tak mengerti.

Pria di depan Eisa menghempaskan tangan Eisa. Dia ingin mendorong tubuh Eisa untuk tidak ikut campur dengan urusannya. Namun, sebelum dia berhasil mendorong tubuh Eisa sedikit pun, Eisa sudah lebih dulu mengesampingkan tubuhnya. Sampai pria itu terhuyung, hampir jatuh ke lantai rumah sakit.

Juan menegakkan tubuhnya, kemudian meminta Eisa untuk memundurkan langkahnya dan menjauh dari sang Paman. Sementara itu, wanita yang berstatus sebagai istri dari paman Juan berdecak kesal. Dia membantu sang suami untuk berdiri tegak, sebelum menunjuk tepat ke arah Juan. Itu pun di hadapan semua orang.

"Kau! Kau pasti orang yang sudah mencelakai putriku, bukan?!" tanya bibi Juan dengan mata memelotot.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang