Late and Kiss || Part 42

12.3K 996 37
                                    

'Awali pagimu dengan sarapan, karena harapan untuknya tidak membuatmu kenyang.'

*Eakkk! Asik gak tuh? Jangan lupa kata-katanya disalin.



Kamu tau kenapa langit tinggi? Karena yang dalam adalah lautan. Kamu tau apa itu harapan? Yah itulah yang saat ini kamu lakukan. Berharap walau tau dia bukan untukmu. Dia punya mata, tapi tidak untuk melihatmu.

**

Walaupun tidak ada suara jangkrik, setidaknya malam ini suara angin masih menemaninya. Seharusnya, ya seharusnya ia telah menggandeng dan menggendong suami dan anak.

Tapi tidak ada yang tau takdir tuhan, rencana tidak akan pernah begitu sesuai akan realita. Sakit memang, tapi itulah seni kehidupan.

Vita terlena sesaat. Akan berapa lama lagi ia menumpang hidup bersama tantenya? Setidaknya ia harus menemukan pekerjaan tetap. Dan memulai hidupnya dengan nyaman.

Diam tenang tanpa gangguan, hanya bertahan beberapa waktu saat dering ponsel Vita mengacaukan kesendiriannya.

"Halo?"

'Dimana Vit?'

"Rumah."

'Kerumah gue, darurat!'

"Jam segini?"

'Ayolah, masih jam 9 juga.'

"On the way!"

Vita keluar hanya menggunakan piyama tidur, tak lupa membawa boneka pisang faforitnya. Berjalan menuju garasi mobil dan meluncur menuju jalan.

***

Begitulah nasib Vita saat ini. Hanya dipanggil saat dibutuhkan. Dan sekarang, ia tengah duduk manis diruang tamu rumah Tiara. Tapi kali ini ia tak sendiri karena nyatanya Gathan juga berada diruangan yang sama.

Entah kemana pemilik rumah.

"Ada apa sih?" Tanya Vita pada pria dihadapannya.

"Entah, katanya mau ngasih tau sesuatu."

Vita berdecak sejenak lalu berbaring pada sofa, ia memeluk boneka pisang dan menatap langit-langit rumah.

"Gue mau tau, alasan kalian nikah jadi beda gini. Apa yang sebenarnya terjadi? Maksudnya adalah, kalian ini emang aneh dari sononya. Tapi akar permasalahannya dimulai darimana?"

"Jadi gini-"

"Stop! Jangan cerita saat ini. Gue males denger," potong Vita membuat wajah Gathan kesal seketika.

"Babi lo nyet!"

Gathan dengan kuat melemparkan Vita bantal sofa. Yang tentunya tepat mengenai wajah cantik Vita.

Keduanya sempat saling lempar melempar hingga membuat rambut Vita berantakan.

"Lo mikir gak sih, Vit? Gue rindu masa sekolah. Setelah gue jadi suami sekaligus ayah buat anak gue. Kehidupan gue penuh tanggung jawab."

"Kadang gue mikir, makin tua makin besar rasa tanggung jawab dan segala macam jenis cobaan yang mesti gue hadapi." Sambung Gathan memulai curhatnya.

"Gue gak ada saran, karena lo tau sendiri. Hidup gue kayak gimana, gue masih numpang. Faktanya gue masih butuh orang lain dihidup gue," tukas Vita.

"Bisakah mesin waktu diciptakan?"

"Jangan bodoh, selain tinggi badan. Waktu juga gak bisa diubah."

"Gue masih pengen ngerasain ngutang tanpa bayar," kelakar Gathan mendapati satu lemparan bantal.

"Lo udah dewasa gak sih?"

Late and Kiss [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang