Late and Kiss || Part 1

102K 5.4K 187
                                    

Jika anda merasa part sebelumnya membosankankan, atau tak sesuai dengan selera kalian. Bacalah part lebih lanjut.

Jangan lupa Vote:)

Vita, gadis itu menunjuk sebuah ruangan menggunakan dagunya. Pintu dengan warna coklat yang terlihat pudar.

Tanpa berbasa-basi, dibukanya pintu ruangan yang tidak terkunci dengan satu hentakan. Karena pintunya memang macet.

Langkah kaki Vita memasuki ruangan minimalis, dengan satu meja dan juga lemari tempat menyimpan kertas yang entah apa isinya.

Sedangkan Derga, hanya memperhatikan tingkah muridnya yang tengah terduduk pada kursi satu-satunya dalam ruangan kecil ini.

Karena agak kesal dengan tingkah murid yang seenaknya itu, Derga sedikit menutup kuat pintu usang yang mestinya telah diganti dengan yang baru.

Vita yang sibuk melihat kertas ujian yang berantakan dimeja, memang menghalangi pandangan matanya.

Ia sedikit terkaget saat mendengar, hentakan keras dari arah pintu. Tapi, melihat siapa penyebabnya, ia mendengus melihat tingkah sang guru.

"Napa pak?" tanya heran Vita, saat melihat tatapan menusuk Derga padanya.

"Ini yang disebut sopan-santun?" Lagi-lagi Vita terkekeh kecil.

"Sopan-santun ya? Makanan jenis apa itu?"

Derga sedikit menggeram, urat-urat dibagian lehernya bahkan telah terlihat. Gadis ini begitu lihai membalikkan pertanyaan, dengan pernyataan yang konyol.

Diliriknya sedikit kearah Name Tag yang selalu dikenakan Vita.

"Avitha Grearya," panggilnya dengan napas dingin.

"Hadir?"

"Apa orang tuamu, tidak mengajari tentang prilaku sopan terhadap orang tua?"

"Jadi bapak merasa, bapak sudah sangat tua?"

Meskipun kesal, Derga sedikit tersenyum dengan kecut.

Vita memutar matanya bosan, berdebat dengan gurunya bisa saja menghabiskan waktu seharian. Sedangkan perutnya, telah berdemo menuntut makanan.

"Lagian orang tua saya sudah mati pak," ucapan sakartis milik Vita sedikit membungkam Derga.

Ah, dia mengerti sekarang. Tingkah Vita yang terlihat urakan dan sering berbuat masalah. Ternyata ada hubungannya dengan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap dirinya.

Tapi tak membuat Derga iba. Bukannya, disekolah juga murid punya orang tua, bukan? Guru adalah orang tua kedua di sekolah.

"Saya minta kamu keluar," titah mutlak dari Derga yang langsung dituruti Vita karena ia memang lapar.

Dengan langkah yang terkesan lambat, Derga sedikit mencibir. Sepertinya ia tengah diejek oleh muridnya sendiri, murid yang bahkan berspesies perempuan. Perempuan yang lemah bagi Derga.

Vita mulai mencapai gagang pintu, dicoba untuk membuka. Namun, bukannya terbuka bergerak saja'pun tidak. Derga yang memperhatikan itu, mengerut heran. Apa dia lagi-lagi dikerjai?

Dengan tatapan teduh, Vita menatap tepat pada iris kelam milik Derga.

"Pintunya macet, pak."

Setelah mengatakan hal itu, Vita berbalik dan kembali terduduk pada meja. Ia malah kembali sibuk, melipat kertas lainnya menjadi kerajinan kertas.

Sedangkan Derga, ia hanya menatap pintu itu dengan kesal. Dicobanya menghentakkan berulang kali dan terus mendobraknya. Tapi, selalu berakhir sama, pintunya tak terbuka.

Satu-satunya cara adalah menelpon seseorang. Derga meraih tas dan mulai mencari ponsel genggam miliknya.

Tapi, beberapa menit mengobrak-abrik bahkan mengeluarkan isi seluruh tasnya, ia tidak menemukan benda canggih itu.

Sekarang diliriknya Vita yang tengah berputar pada kursi yang memang memiliki roda.

"Vita."

Dengan telaten, Vita berdiri dari duduknya. Ia menghampiri sang guru dengan cengiran.

"Iya pak?"

"Kamu bawa ponsel?"

Vita menaruh telunjuknya pada bibir, ia tampak berpikir untuk meminjamkannya atau tidak. Tapi Derga malah berpikiran lain.

"Kamu mau saya cium dulu?"

Late and Kiss [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang