Late and Kiss || Part 2

90.9K 4.8K 48
                                    

Masih merasa bosan? Atau kalian sedang tersenyum sendiri. Sebaiknya lanjutkan part.

Jangan lupa Vote:)

Mata Vita membelak tak terima. Yang benar saja, ia sedang berpikir. Karena menaruh telunjuk pada bibirnya, bukan berarti minta dicium, itu sudah menjadi kebiasaan jika dia sedang berpikir.

"Memangnya bapak berani mencium saya?"

Skakmat, Derga terlihat kaget dengan pertanyaan muridnya.

'Berani sekali' pikir Derga manampilkan smirk. Mengerjai murid sendiri, tidak apa, bukan?

"Kenapa, kamu benar-benar ingin saya cium?"

Vita memutar malas bola matanya, seakan guru dihadapannya ini tengah bercanda. Tapi, siapa yang tau, tindakan apa yang akan Derga lakukan selanjutnya?

"Bukannya bapak sudah hampir mencium kening saya tadi, jadi dibagian mana berikutnya? Disini atau disini?" Vita menunjuk pipi bagian kiri dan kanannya secara bergantian.

Dengan santai yang memiliki niat terselubung, Derga mulai melangkah mendekati Vita yang telah mentok pada meja.

Tangan Derga menjulur menyentuh bagian bibir tanpa polesan lipstik milik Vita.

Ia mulai berucap, "Bagaimana jika... saya maunya disini."

Vita mendengus, ditariknya dasi menjuntai bebas Derga. Membuat wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti.

Vita tau, gurunya ini hanya ingin mengerjainya. Dan dia bahkan tau, gurunya belum pernah merasakan bibir seorang gadis. Jadi tidak mungkin gurunya berani bertindak sesuatu padanya.

Namun, yang terjadi selanjutnya. Mengejutkan keduanya. Meja yang Vita jadikan sandaran dan kedua tangan Derga yang menapak pada meja, membuat mejanya bergeser.

Vita yang juga ikut tergeser, dan tak sengaja menarik dasi milik Derga. Membuat hidung keduanya, bertabrakan. Dan bibir Derga yang menempel tanpa sengaja tepat pada ujung bibir Vita. Hanya diujung bibir.

Kedua netra itu saling memandang dan terkesiap secara bersamaan. Derga menarik diri dan merapikan dasinya.

"Ekhem, anggap saja ini tidak terjadi."

Setelah mengatakan itu, Derga mulai merapikan kekacauan yang ia buat. Dimasukkan kembali satu-persatu barang yang Ia hambur kedalam tas miliknya.

"Dasar mesum," gumam kecil Vita masih dapat Derga dengan.

Vita sibuk membersihkan bekas, ya... kalian taulah. Ia menggunakan tissue kering yang selalu tersedia disaku bajunya.

Tidak terima, Derga berbalik dan menatap Vita tajam. Seakan tatapannya dapat membuat Vita mati terbunuh.

"Apa yang kamu katakan?"

"Kenapa? Saya benarkan, pak." Vita membalas tatapan Derga tak kalah tajam.

Keduanya tengah beradu tatapan, sampai tak sadar jika jarak keduanya makin mendekat. Vita yang hanya sebatas dada pria berumur 26 tahun dihadapannya, sedikit mendongak.

Cup!

Kali ini kecupan itu tepat dibibir, Derga yang memulai. Itu hanya naluri lelakinya, siapa suruh jarak keduanya begitu dekat. Ini bukan salahnya, 'kan?

"Pak Derga!" Geram Vita, ia meluncurkan gumpalan tangan pada perut Derga. Derga yang tidak siap, menarik tangan Vita kedalam pelukannya.

Suara terbukanya pintu, membuat keduanya menengok secara bersamaan dengan wajah geram Vita dan wajah nakal Derga.

"Ah, maaf saya mengganggu. Saya pikir pintunya lagi-lagi macet, kalau begitu saya permisi."

Vita menghembuskan napas lega, itu hanya petugas piket sekolah. Dengan kuat ia mendorong Derga dengan kuat, tapi bukannya terjatuh. Derga hanya termundur beberapa langkah.

Derga terkekeh pelan, menyusul Vita yang ternyata berlalu terlebih dahulu.

Saat Vita berjalan dikoridor kelas, semua mata tertuju padanya. Jam istirahat bahkan telah berbunyi. Tapi, bukan sesuatu pada Vita yang menarik perhatian, tapi seseorang yang berjalan tepat dibelakang gadis cantik itu.

Siapa lagi kalau bukan Derga.

'Astagfirullah, gurunya cakep mak'

'Gue gak nyangka, tuh guru cakep bener'

'Gantengnya MasyaAllah'

'Satu kulkas berjalan aja dinginnya minta ampun, lah sekarang udah ada dua. Lagi bonus beli satu gratis satu ya?'

Bisikan tetangga itu membuat Vita kesal, lagi-lagi ia menjadi pusat perhatian. Sangat sulit memang menjadi orang cantik, apa-apa digosipkan.

Tepat dikelas 11 IPA'2, Vita masuk yang ternyata isinya hanya beberapa orang siswa. Ia melangkah menuju bangkunya, disana Tiara menyambutnya dengan gembira. Sedangkan pak Derga, ia masuk dan mengucap salam, setelahnya terduduk rapi dikursi guru.

Membuat sekitar 10 siswa itu menatap penasaran dan kagum padanya.

Beberapa menit berselang, bel berbunyi. Kerumunan siswa masuk perlahan, apalagi guru tampan yang terduduk manis membuat beberapa siswa histeris tertahan.

Karena semuanya duduk ditempat masing-masing. Derga mulai menulis namanya pada papan tulis.

"Saya Dergantara Abima."

Vita mengerutkan kening heran, Abima?
Bukankah itu nama yang tampak tak asing.

Late and Kiss [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang