Late and Kiss || Part 28

25.2K 1.8K 98
                                    

Sebelum memulai, sebaiknya kalian mendengarkan instrument piano yang mengandung bawang.



Senyum Derga masih berteger saat ia sibuk dijalan raya. Laju mobilnya makin naik, saat bayangan Vita tengah kesal menunggu terlintas dipikirannya.

Namun, kehadiran salah-satu truk pengangkut barang yang melaju kencang datang dari arah berlawanan, mau tak mau menabrak kendaraan Derga yang tengah berbelok dipersimpangan jalan.

Bruuaaaak!!!!

Tabrakan beruntun tak terelakkan. Untuk pertama kali, Derga benar-benar merasa bahwa, apakah impiannya tidak akan terwujud dengan mudahnya? Apa ia belum ditakdirkan untuk bahagia dulu?

Waktu terasa lamban, Derga masih sempat tertawa perlahan sampai kesadarannya memburam dan menghitam, dia tak sadarkan diri. Derga benci melihat tangis Vita, keadaan saat ini begitu jahat, itu akan membuat gadisnya menangis. Senyum Vita akan sulit melengkung lagi untuknya.

**

Disaat yang berbeda, Vita tengah bersenandung mengikat tali sepatunya. Sampai ponselnya berdering berulang kali, mengambil benda tersebut didalam tas. Wajah Vita tersenyum cerah mendapati panggilan dari Derga.

"Halo, pak?"

Perlahan wajah senyum itu terganti, menampilkan wajah syok bukan main, ia tak sengaja menjatuhkan ponselnya dalam keadaan panggilan masih tersambung. Dan dengan nafas memburu berlari menuju Gathan yang masih sibuk menikmati sarapan.

"Gathan, antarin gue kerumah sakit sekarang!!" Teriak lirih Vita, tak sadar telah menjatuhkan tetesan bening diujung mata.

Melihat keadaan Vita, Gathan kalang-kabut mengambil kunci motornya tanpa bertanya ada apa gerangan. Mereka dengan mulus meluncur ditengah jalan.

***

Sebelum berhenti dengan benar, Vita melompat turun dari motor membuat sang pengendara kaget. Ia dengan langkah tergesa-gesa menuju kedalam rumah sakit.

Sempat bertanya pada salah-satu suster, Vita berjalan menuju ruangan yang telah ditunjuk sang suster. Namun, ruangan itu kosong hanya ada seorang suster lain yang merapikan selimut.

"Sus, pasien disini dimana ya?" tanya Gathan mengambil alih, Vita yang tengah menahan tangisnya lebih dalam.

"Pasien telah dipindahkan, dan sekarang tengah menjalani operasi."

Rasanya, ada yang berdenyut sakit. Hati Vita merasakannya, ini adalah perasaan yang sama saat kedua orang tuanya meninggalkan dia dengan mudahnya. Vita tidak mau lagi, ia dengan histeris menyalahkan dirinya.

Membuat Gathan, menarik Vita dalam pelukannya. Ia menenangkan bahwa semua baik-baik saja, mereka hanya cukup menunggu dan mengabari keluarga lainnya.

Bunda Derga datang dengan wajah pias, menatap Vita melihat gadis itu tengah terisak dikursi. Dihampiri Vita, membawanya dalam pelukan.

"Jangan nangis lagi ya, Derga kuat kok," lirih Anara.

"V-vita jahat bunda, Vita buat mas Derga kecelakaan. Vita anak sial, bun. Vita pembawa sial," kedua wanita itu saling merengkuh setidaknya mereka merasakan sakit itu bersama.

"Ini takdir Sayang, jangan menyalahkan diri sendiri ya. Gak boleh, Derga gak suka!" Tutur Anara meyakinkan Vita.

Mereka tengah menunggu tepat didepan ruangan yang menjadi tempat Derga menjalankan operasi. Tante Maura tengah berada dalam perjalanan dari Bali, setelah melakukan pekerjaan bisnis disana.

Sampai suara pintu terbuka membawa Anara mendekat, ia bertanya dengan sedikit tergesa.

"Anak saya gimana, dok?"

"Pendarahan pada kepala cukup hebat, tapi bersyukur bahwa pasien masih bisa selamat. Namun, pasien mungkin akan mengalami lupa ingatan ringan, dan akan mengalami koma dalam jangka waktu tertentu. Kalau begitu saya permisi," undur diri sang dokter. Walaupun Anara mencoba, tetap saja air matanya dengan lancang meluncur bebas.

Tangis Vita semakin pecah, apa itu salahnya? Itu memang salahnya, harusnya ia tidak menyuruh Derga datang dan berakhir seperti ini. Apa Derga akan melupakannya, apa Derga akan benar-benar meninggalkannya?

"Vita, Derga baik-baik aja 'kan. Bunda yakin anak bunda selalu jadi yang terkuat, dibanding bunda sendiri." Ucapan Anara terhenti saat Vita menjatuhkan diri tak sadar.

Itu seperti mimpi, Vita yakin. Ia tengah berada dikelas dan tertidur seperti biasa, dan sebentar lagi guru akan membangunkannya dan memberinya hukuman. Sebentar lagi, Derga akan menjewer kupingnya, dan melaporkan Vita pada tante Maura. Dan dia akan dimarahi. Ini pasti mimpi, Vita yakin ini mimpi.

Biarkan ini menjadi mimpi, biarkan ini menjadi mimpi.

****

Dua bulan berjalan, pria itu masih dengan enaknya tertidur dengan lelap. Mata pria itu tak mudah lagi ia lihat, wajah dengan senyum jahil itu telah lama menghilang.

"Mas Derga, Vita udah gak nakal. Udah ngerjain tugas dan Vita gak nyontek, hebatkan? Kata bunda, Vita harus pintar baru mas Derga bangun. Sebenarnya Vita pinter, cuma males aja liat muka pak Agus, udah tua hidup lagi. Mending liat muka mas Derga, ya walapun mas Derga udah gak berorot ya gak papa." Vita dengan riang berceloteh disamping pria itu, layaknya sepasang ayah dan anak.

"Oh iya, hari ini Vita bawa bunga mawar. Soalnya Gathan protes mulu kalau Vita bawa bunga melati, katanya ruangan mas Derga jadi serem. Aneh bangetkan?"

Cerita Vita terhenti saat seseorang masuk kedalam kamar, menghampiri Vita dengan bekal ditangannya.

"Vita, makan dulu ya."

Ia menggeleng dengan malas, "Gak."

Tiara menghembuskan nafas berulang kali, emosi Vita tengah terganggu saat ini. Dikelas dia akan bertingkah dingin, menatap mereka dengan tajam. Lalu itu akan berubah saat ia terduduk disamping Derga, dengan mudah menceritakan segalanya, seakan-akan ia menjalani hidup dengan bahagia.

Rasanya Tiara ingin menjambak rambut Vita. Melemparkannya kedalam lautan bebas.

"Tiara, kamu bisa pergi?"

Lihat, ia bertingkah lebih dingin sekarang. Tiara dengan pamit undur diri, tak lupa menaruh bekal ditempat yang selalu sama. Meninggalkan Vita, mengintip dibalik pintu. Vita masih dengan riang menceritakan segalanya. Membuat Tiara menggigit bibir menahan tangis.

Sahabatnya tidak boleh seperti ini.









Sebenarnya, Author tidak merencanakan plotnya seperti ini. Tidak ada dalam benak sekalipun, tapi gak tau kenapa author mimpi kalau Derga ngalamin kecelakaan dan Vita yang nangis histeris. Jadi dengan kecepatan 10 kilo perjam, saya nulis dan selesai dalam waktu 20 menit.










Late and Kiss [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang