Late and Kiss || Part 3

80.6K 4.4K 134
                                    

Jika cerita ini telah menarik perhatian kalian, saya sarankan untuk menyimpannya kedalam story faforit kalian.

Jangan lupa Vote:)

Aha... Vita ingat sekarang. Penjual ketoprak yang sering lewat didepan rumahnya juga bernama Bima. Apa mereka saudara? Oke abaikan.

"Pak, minta no WA boleh?"

"Hem itu privasi, jadi ada pertanyaan lain?"

Vita mulai mengangkat tangannya, semua mata bahkan menatap dia aneh. Apa ada yang salah?

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Vita mendengus saat melihat senyum manis Derga padanya.

"Apa yang seharusnya pria lakukan, saat ia mendadak mencium gadis SMA secara sengaja?" Pertanyaan konyol Vita mengundang tawa teman sekelasnya.

"Astaga Vit, cerita konyol dari mana itu?"

Tiara memegang perut menahan tawa, apa selucu itu? Diakan berkata dengan jujur.

Derga menatap intens pada Vita yang hanya menampilkan wajah datar. Sudut bibirnya terangkat menampilkan senyum miring.

"Apa yang seharusnya dilakukan?" tanya balik Derga. Namun, hanya dibalas anggukan.

"Tidak ada alasan untuk tidak melakukan kedua kalinya, bukan?"

"Jadi itu tidak salah, bukan kah itu termaksud pelecehan terhadap anak dibawah umur?"

"Tidak disebut pelecehan, jika gadis itu memancing."

"Prianya saja yang bodoh, bisa-bisanya terpancing pada gadis SMA," ucapan sakartis Vita membuat beberapa siswa lelaki tak terima.

"Memangnya, kucing mana yang menolak disodorkan ikan?"

Sorak-sorak para pejantan, membuat Vita memanas. Apalagi siswi yang awalnya mendukung Derga, beralih menyemangati Vita untuk memenangkan perseteruan.

Ibaratnya, Guru vs Murid.

Vita menampilkan wajah masam, jika saja berdebat dengan gurunya menghasilkan uang. Mungkin ia telah menjadi Milyader dadakan.

"Bukankah anda ini seorang guru, apa begitu cara mengajar ala guru baru kita ini?"

"Bukankah kamu ini seorang murid, apa begitu cara bertanya murid pada gurunya. Bukankah, kamu sendiri yang memulai?"

Vita kalah telak, mau tidak mau ia terbungkam.

"Baiklah, itu memang salah saya. Jadi pak Dergantara yang terhormat. Anda ingin melakukannya lagi?"

"Kamu memancing saya? Maaf, saya tidak berminat dengan kamu."

Kekehan terdengar dari segala penjuru. Beberapa siswa lain bahkan mengintip dari arah jendela dan pintu.

"Cih, bukannya itu kebohongan besar. Saya tidak yakin, bapak tidak berminat pada saya. Jadi apa harus dilakukan disini saja?"

Derga ikut memanas, rahangnya mengeras. Membuat Vita tertawa puas, dia tidak akan kalah dengan gurunya.

Namun, bunyinya bel petanda pergantian pelajaran. Membuat, beberapa siswa yang sibuk mengintip, berbalik sambil mendesah kecewa.

Derga memperhatikan lingkaran jam pada lengannya. 11:35 pm, ini waktunya ia berkemas untuk kembali ke ruangannya.

"Saya tunggu kamu diruangan saya sepulang sekolah," tutur kata Derga, membuat para siswa bersorak. Seakan merayu Vita yang tengah terduduk sambil melipat tangan.

"Anjir lo Vit, itu pak guru baru loh. Masa mesti dikerjain juga, cukup pak Sam aja deh. Pak Derga'nya jangan."

Vita menoleh menatap teman sebangkunya dengan malas.

"Bukan urusan gue," ujarnya dan kembali meringkuk tertidur dengan nyaman.

Seakan peringatan Derga tadi hanyalah angin lalu baginya. Murid nakal memang, dia bahkan tidak tau apa yang akan gurunya lakukan nanti.

**

Kringg... kringg....

Bunyi nyaring bel sekolah, membuat kerumunan siswa-siswi berhamburan keluar kelas.

"Vit, jangan lupa loh. Pak Derga udah nungguin," ucap Tiara diiringi tawa.

Lagi-lagi mendengus Vita lakukan, sepertinya guru barunya itu harus diberi pelajaran. Setidaknya, itu ucapan selamat datang dari Vita.

Dengan langkah tergesa, Vita menuju parkiran. Disebrangi jalanan, dan berlari pelan pada toko serba dihalaman sekolah.

"Bu, cat sama kuasnya ada?"

"Ada neng, mau warna apa?"

Diliriknya parkiran. Matanya menatap mobil dengan warna hitam, satu-satunya mobil yang berada disana.

"Warna kuningnya ada?"

"Bentar ya, neng."

"Ini neng, semuanya 35 ribu."

Vita menyerahkan uang sebesar 50 ribu, sisanya ia memborongi roti dan beberapa cemilan serta minuman kaleng.

"Makasih ya neng," ujar sang penjual.

Vita kembali menyebrang, ditatapnya mobil itu dengan senyum terpantri.

Cat kuning tai itu mulai ia buka, dicelupkan kuas dan dengan lihai tangannya sibuk berkeliaran nakal.

Setengah jam dihabiskan, sisa chatnya ia buang dengan enteng pada tanah. Tangan dan pakaiannya beberapa kali terciprat cat, membuat seragamnya kotor.

Kali ini ia berjalan puas memasuki sekolah menuju ruangan pak Derga. Sepertinya akan ada kemarahan besar nanti. Itu yang membuat Vita tak sabar, ekspersi wajah apa yang akan Derga tunjukkan.

Apa wajahnya akan memerah, telinga berasap dan mata yang keluar?

Saat tepat didepan pintu ruangan, Vita mulai mengetuk.

"Masuk," jawab seseorang dari dalam.

Vita melangkah dengan anggun, seakan ia tengah menggunakan sepatu kaca milik Cinderella.

"Apa yang terjadi dengan bajumu?"

"Nanti juga bapak tau. Jadi... ada apa pak?"

"Saya pikir, kamu lemah dipelajaran saya."

"Terus?"

"Saya akan memberikan kamu les, disetiap jam pulang sekolah."

"Bapak gak mencari kesempatan dalam kesempitan, 'kan?"

"Apa alasan kamu mengatakan hal itu?"

"Tidak ada alasan pak, wajah bapak seakan mengatakan bapak mencari celah untuk berbuat sesuatu kepada saya."

"Ck, dangkal sekali pikiran kamu. Mari pulang, saya akan mengantarmu pulang."

"Ini bapak sedang berusaha PDKT dengan saya yah?"

Derga berdecak, pikiran muridnya sepertinya benar-benar dangkal.

Derga meraih tas miliknya, dan mulai melangkah keluar diikuti langkah kaki Vita. Sesampainya diparkiran, mata Derga membelak kaget.

Late and Kiss [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang