Late and Kiss || Part 4

73.3K 4.2K 100
                                    

Plot membosankan tanpa humor? Ini baru awal, kalau ingin tau lebih jauh. Silahkan lanjutkan partnya.


Silaunya pancaran mentari pagi membuat tidur lelap Vita terganggu. Diliriknya jam weker dimeja. 07:32 am.

Astaga! Dia telat lagi. Tanpa berbasa-basi Vita bergegas melakukan ritual paginya.

Lima menit dihabiskan Vita, diraihnya seragam baru dilemari. Setelahnya mengenakannya secara terburu-buru. Tanpa aksesoris berupa dasi dan Name tag.

"Non! Ini sarapannya gimana?"

"Gak sempat bi, Vita pergi dulu."

***

Larinya makin gesit saat gerbang hampir tertutup. Dan untung saja, nasibnya tak sesial kemarin. Pak Sam tidak sedang berjaga, jadi ia sempat memperbaiki tata letak rambut dan menuju kelas.

"Cek, cek. Diberitahukan kepada siswa dengan nama Avitha Grearya, dimohon untuk keruangan pak Derga. Sekali lagi, diberitahukan kepada siswa dengan nama Avitha Grearya, dimohon untuk keruangan pak Derga sekarang."

Suara sound speaker milik sekolah membuat rata-rata mata mengarah padanya. Dengan langkah gontai, rambut yang terbiasa ia urai kini ia ikat asal. Seragam yang selalu dimasukkan juga ikut dekeluarkan.

Baiklah, hari ini dia akan menjadi bad girl, peringatkan Vita, bahwa hanya sehari bukan selamanya. Dia tidak ingin sesuatu terjadi seperti di SMP-nya dulu, dikeluarkan dari sekolah hanya karena menghancurkan ruangan guru. Hanya... ya hanya.

Brak!

Pintu usang itu ditendang kasar, dengan malas Vita beranjak masuk dan kembali menendang pintu hingga tertutup rapat.

Tidak ingatkah Vita tentang kemarin?

"Kenapa lagi pak?"

"...."

Tidak ada balasan, Derga hanya menatap intens pada leher jenjang milik Vita. Vita sangat lelah, kemarin ia pulang agak sore. Bukan tanpa alasan, dia terpaksa oke garis bawahi Ter-pak-sa. Ia terpaksa membersihkan seluruh cat dimobil guru kesayangannya itu. Bahkan baunya tak jauh berbeda dengan bau bahan bakar mesin di POM bensin.

Vita beralih duduk, disofa yang terlihat baru saja dibeli. Kakinya terangkat menyilang, tangannya terlipat, menatap gurunya dengan alis terangkat satu. Petanda bahwa ia sedang menuntut jawaban.

Sepuluh menit tanpa pembicaraan, keduanya hanya saling menatap.

Vita memperhatikan setiap lekukan wajah Derga dengan teliti. Lagi-lagi telunjuknya mengarah pada bibirnya, dan mata yang memandang pintu usang. Dia sedang terpikirkan sesuatu.

'Dilihat dari sini, wajah pak Derga agak mirip dengan Tom cruise, aktor tampan idola bi Mina. Tapi Tom Cruise terlalu tua, atau aktor asal korea itu, namanya siapa yah. Pak Derga memiliki wajah baby face, tapi rahangnya kokoh, pipinya juga tirus. Mata pak Derga, tidak bulat tidak sipit, tapi netranya berwarna hitam kelam. Hidungnya mancung dan tampak tegas, apalagi sisa cukur kumis yang masih terlihat. Bibirnya, tebal pada bagian bawah dan warnanya pucat. Menurut penelitian, wajah pak Derga lumayan, tinggginya juga sepertinya 180 cm keatas. Padahal tinggiku 168 cm, tapi hanya sampai dadanya.' Manolog Vita dalam hati.

Tak menyadari kehadiran Derga yang tengah membungkuk menghadapnya yang masih memperhatikan pintu usang.

Tangan milik Derga menarik dagu Vita untuk menatap padanya. Membuat Vita terkesiap saat jarak keduanya hanya terhalang beberapa senti.

"Pak?"

Tangan kosong Derga, mengurungnya pada sofa. Tapi sekarang kedua tangannya malah mengurung Vita. Berdirinya Derga tapi masih mengurung Vita. Menatapnya tepat pada iris coklat Vita, hal itu membuat Vita tertegun.

Vita berniat mendorong sang guru agar tidak menghalanginya. Tapi, tindakan yang Derga lakukan selanjutnya membuat Vita menjerit.

Pinggangnya ditarik, digendong dan didaratkan pada meja. Lagi-lagi tangan Derga mengurungnya.

Keduanya tengah berbagi udara untuk bernapas. Wangi mint pada mulut Derga membuat jantung Vita berdegup kencang didalam, seakan mengejeknya.

"B-bapak mau ngapain?" Vita tidak tahan untuk tidak menahan rasa gugup. Dia tidak pernah seintens ini pada pria terkecuali almarhum ayahnya.

Keduanya makin intens saat Derga semakin memajukan wajahnya. Membuat mata Vita terpenjam dan sedikit memundurkan kepala.

"Kenapa? Kamu berharap saya cium?"

Mata Vita kembali membulat, Derga masih tetap mengurungnya, hanya saja badannya sedikit mundur. Membuat Vita mau tak mau bernapas lega.

"Muka bapak seram," tutur pelan Vita membuat Derga terkekeh.

Hal itu membuat Vita menggigit bibir bawah untuk menahan amarah. Itu juga kebiasaanya, bahkan ia sendiri tidak sadar bahwa bibirnya terluka karna digigit dengan kuat.

Dengan sedikit panik, Derga mencoba menjepit kedua pipi Vita agar bibirnya terlepas dari gigitan. Membuat bibir merah merona itu menjadi baju kedepan beberapa senti.

Dan....

Bibir Derga ikut mendarat, diatas bibir manis yang menjadi candunya, sehingga tidur malam pun ia tak mampu. Karena bibir inilah membuat degupan aneh pada jantungnya, dan karena bibir inilah First kiss Derga hilang.

Bisa dibilang, Vita adalah First kiss Derga. Dan Derga adalah First kiss Vita.

Sedikit melumat, membuat Vita merintih saat luka pada bibirnya tak sengaja terhisap.

Dilepasnya pangutan keduanya, dengan terburu-buru Vita bernapas dengan cepat. Begitu pula dengan Derga, masih ditatapnya bibir mungil milik Vita, sedikit diusap pelan pada luka yang membekas.

"Sebaiknya kamu kekelas," ucap Derga dan membuka pintu ruangan setelahnya berlalu pergi. Meninggalkan Vita dalam kebisuan.

"A-apa yang terjadi tadi?" tanya bingung Vita pada angin berlalu-lalang.

Ia beranjak keluar dan menuju kelas, mengabaikan tatapan tanya beberapa siswa yang tak sengaja lewat. Tentu saja heran, Vita berjalan dengan keadaan berlinang air mata.

Bukannya itu patut ditanyakan?

Late and Kiss [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang