Late and Kiss || Part 6

65.7K 3.9K 324
                                    

Membaca ini mungkin senyum kecil akan terbit dibibir manis kalian:)

(Avitha POV)

Hem, rasanya nyaman. Ralat, ini benar-benar nyaman, apa aku sedang berada di alam gaib? Bisa saja, saat aku tertidur penunggu pohonnya risih dan mencekikku sampai mati.

Dan aku berakhir disurga? Rasanya itu mustahil. Dosaku bahkan bisa saja setinggi gunung Bromo.

Tapi, ini sedikit aneh. Wangi mint yang tak sengaja terhirup indra penciumanku terasa asing. Dan juga, siapa yang tengah memeluk pinggangku?

Makhluk mana yang berani memeluk seorang wanita tanpa izin? Kecuali si pak guru itu. Aku menggeliat tak nyaman, mencoba melepas sesuatu yang terikat pada pinggang dan bahuku.

"Eughh...." Percayalah, itu bukan desahan. Itu hanya lenguhan seseorang yang tengah terbangun tidur.

"Bangun, Sayang."

Tunggu dulu, apa kalian mendengarnya? Bukankah itu suara yang tak asing? Astaga, apa yang aku katakan, bagaimana bisa kalian mendengarnya.

Basah, lembut dan tebal. Entah apa yang tengah mendarat pada kening, kedua pipiku dan... bibir?

Mataku terbuka paksa, dan berakhir memandang wajah tampan, yang entah mengapa sangat aku rindukan.

"Kyaaaaaaa! Apa yang bapak lakukan?!"

Ini tidak benar, tidak mungkin aku ditiduri guruku sendiri. Mau ditaro dimana wajahku ini!

Aku beralih menarik selimut menutup diri. Wajahku cemas, aku tidak mau menikah dengan om-om mesum seperti pak Derga. Tapi... kalau tampan, gak papa deh.

"B-bapak? astaga, apa yang bapak lakukan? Bapak mau anu saya ya, saya gak bisa diginiin. Bapak harus tanggung jawab!"

"Ya sudah, ayo kita menikah."

A-apa tadi? Menikah?

(POV end)

**

Vita menatap Derga tak percaya, bisa-bisanya melamarnya tanpa adegan romantis seperti di novel-novel yang sering Vita baca.

"Saya serius Vita, jangan melihat saya seperti itu."

"Gak bisa pak, apa kata dunia bila saya menikahi seorang bapak-bapak. It's not fine for my image."

"Bapak-bapak hem? Tapi bukannya bapak ini terlihat tampan."

Derga melipat kemejanya hingga menampilkan otot-otot tangan yang terlihat menggiurkan mata.

Ia juga membuka kancing bagian atas, dan menyusul hingga keperut yang... berbentuk kotak-kotak.

"Bapak, jangan macem-macem. S-saya belum siap!"

Vita menutup kedua matanya, tapi menyisakan celah. Mending gak usah sekalian nutup mata kali.

"Kenapa? Sebelum menikah, lebih baik melakukannya terlebih dahulu, bukannya itu bagus?"

"Bapak benar-benar mesum, apa jadinya anak yang saya kandung kalau menikah sama bapak?!"

Derga terkekeh pelan, ia semakin mendekat kearah Vita. Membuat Vita terpojok dan jatuh terbaring, disusul kedua tangan Derga yang entah mengapa, sangat hobby mengurung Vita.

Derga semakin mendekatkan wajahnya, ia menuju kearah telinga Vita dan membisikkan sesuatu.

"Sepuluh anak tidak masalahkan?"

Dan bibir Derga mengecup singkat telinga Vita dan sedikit menggigitnya.

"Aaaaaaa...! Hmphm-"

Teriakan nyaring itu terhenti, setelah Derga membungkamnya dengan... bibirnya. Tanpa menggerakkan, keduanya saling menatap dengan Vita yang mencengkram kemeja Derga.

Vita yang masih kaget, mendadak pingsan. Dia bahkan mimisan, membuat Derga panik tak karuan.

Ia dengan gesit menelpon seseorang dari telepon.

**

"Bagaimana keadaannya, Rina?"

"Dia hanya kekurangan tidur, dan juga pola makan yang tidak teratur."

"Apa... itu tidak baik?"

"Tidak baik jika itu sering terjadi, dia juga tampak lelah. Sebaiknya biarkan dia istirahat."

"Syukurlah...."

"Ada apa Derga? Saya tidak pernah melihat kamu sepanik ini? Apa dia sesuatu dihatimu hem?"

"Bukan urusan anda," ucapan Derga semakin menimbulkan kecurigaan dokter usia 29 tahun itu.

"Ah, sepertinya akan ada pernikahan meriah nanti. Kalau begitu saya permisi, dan jangan lupa memberikan obat tapi lebih baik makan bubur terlebih dahulu."

Derga mengabaikan dokter pribadinya. Ia maju menghampiri gadis yang masih terlelap dalam tidurnya. Apa ia tidak bosan tidur seharian?

"Bunda, ayah," gumaman Vita, dengan sudut mata yang basah.

Derga kian mendekat, ia kembali memeluk sang gadis. Menghapus setitik air mata, dan memeluknya makin dalam.

"Saya akan menjaga kamu Vita, biarkan takdir yang menyatukan kita."

Late and Kiss [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang