CHAPTER 9

9K 741 36
                                    

Setelah kejadian di kantin tadi Aurel memilih pergi dari sana. Aurel juga sudah mengabari sahabatnya untuk tidak mencarinya karena dia ingin sendiri.

Saat ini Aurel sedang berjalan di koridor sekolah yang sepi karena jam pelajaran kedua sudah di mulai 10 menit yang lalu.

Aurel tidak tau mau kemana. Tiba-tiba sebuah tempat terlintas di pikirannya. Aurel berjalan hingga akhirnya ia sampai di depan pintu sebuah ruangan.

Aurel mendongak dan membaca tulisan di atas pintu ruangan tersebut yang bertuliskan 'ruang musik'. Ya yang sekarang ini Aurel berdiri di depan pintu ruang musik seperti yang ia pikirkan tadi.

Aurel kemudian membuka pintu ruangan itu dengan perlahan lalu masuk ke dalam tak lupa untuk menutup pintunya lagi.

Aurel berjalan ke arah piano yang ada di sana. Aurel sebenarnya bisa memainkan hampir semua jenis alat musik, tapi saat ini ia sedang ingin memainkan alat musik piano.

Aurel duduk di kursi depan piano lalu jari-jari lentik miliknya mulai menekan tuts piano di depannya dengan lincah seperti seorang profesional.

Karena terlalu fokus dan mendalami lagu yang ia bawakan, Aurel sampai tak menyadari jika ada dua orang yang memperhatikan dirinya dengan tatapan yang sulit di artikan atau bisa di bilang tatapan....benci dan sinis

Saat Aurel sudah menyelesaikan permainannya suara tepuk tangan mengagetkan dirinya. Refleks Aurel berdiri dan melihat ke arah pintu. Ternyata di sana sudah ada dua perempuan yang sedang berjalan kearahnya dengan tatapan meremehkan milik mereka.

Jika kalian berpikir mereka adalah Nasya dan Nadia?, maka kalian benar.

"Gue gak nyangka ternyata Lo bisa juga main alat musik." Ucap Nasya sinis.

"Iya gue kira juga dia gak bisa, secara kan dia anak yang gak punya bakat sama sekali. Gak berguna." Ucap Nadia meremehkan.

Aurel hanya menatap mereka tanpa berniat membalas perkataan mereka. Toh buat apa? Buang-buang tenaga. Mulutnya terlalu suci untuk membalas perkataan dari kedua perempuan sok polos seperti mereka.

Karena merasa di abaikan, Nasya dan Nadia merasa kesal.

"Heh, Lo tuh dengerin kita gak sih dasar jalang." Ucap Nadia kesal.

Aurel mengangkat sebelah alisnya lalu menghendikkan bahunya acuh "jalang kok teriak jalang, aneh." sindir Aurel pelan tapi masih bisa di dengar oleh Nasya dan Nadia.

"Apa Lo bilang" bentak Nasya.

Aurel hanya acuh dan berniat untuk pergi dari sana dan hendak pergi dari sana.

Tapi saat hendak meninggalkan ruang musik Nadia menarik tangannya kasar membuat Aurel membalikkan badannya kembali berhadapan dengan dua perempuan ular itu.

Aurel dapat melihat sebuah seringai licik muncul di bibir mereka. Sedetik kemudian mereka berdua menampar dan menjambak rambut mereka sendiri hingga membuat pipi dan rambut mereka jadi memar dan juga berantakan, lalu menjatuhkan diri mereka kelantai berhadapan dengan Aurel seolah-olah merak habis di aniaya oleh Aurel. Aurel menatap mereka berdua dengan bingung.

Tiba-tiba pintu ruang musik di tendang dengan keras hingga membuat pintunya hampir rusak.

PLAK
PLAK

Suara tamparan yang keras menggema di ruangan musik yang sunyi itu. Aurel memejamkan matanya merasakan sakit dan panas yang menjalar di pipinya.

"APA YANG UDAH LO LAKUIN KE NASYA DAN NADIA BANGSAT!!!" bentak Vano

DIFFERENT SOULS (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang