CHAPTER 29

5.9K 499 127
                                    

Seorang gadis cantik dan imut sedang berjalan sambil menggandeng tangan seorang pria dewasa disebelahnya. Mereka adalah Aurel dan Dimas. Mereka kini tengah berada di dalam sebuah mall karena Aurel yang memintanya.

Flashback off

"A-aurel?"

Dimas menatap tidak percaya sekaligus kaget pada gadis yang ada di depannya saat ini. Sedangkan yang di tatap sibuk mengeluarkan bekal yang ia bawa untuk Dimas.

Dimas hanya diam dan terus menatap adik perempuannya yang sedang sibuk dengan kegiatannya yang menata bekal makan siang di atas meja kerjanya. Tak dapat di pungkiri bahwa saat ini hatinya merasa senang saat adik perempuannya yang sangat ia rindukan membawakannya bekal makan siang.

"Kenapa liatin aku gitu banget?" Tanya Aurel melirik Dimas yang menatapnya dengan pandangan syok.

"K-kamu ngapain di sini?" Bukannya menjawab, Dimas malah balik bertanya pada Aurel.

Aurel mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Dimas. Apakah abangnya satu ini tidak suka jika ia ada di ruangannya?

"Kenapa emangnya? Abang gak suka aku ada di sini?" Tanya gadis itu sambil menatap wajah tampan Dimas sepenuhnya setelah menata bekal makan siang untuk abangnya.

Dimas yang mendengar sebutan 'abang' dari mulut Aurel tertegun sesaat. Ia tak salah dengar kan? Aurel menyebutnya Abang? Seketika hatinya menghangat saat sebutan itu kembali terucap untuknya setelah sekian lama. Ia memandang wajah Aurel dengan penuh kerinduan di matanya.

"Kamu bilang apa tadi? Coba ulangi." Pintanya sambil menatap Aurel intens.

Aurel mengerutkan keningnya bingung, tapi tak urung ia mengulangi ucapannya.

"Gak suka aku di sini?"

"Bukan. Bukan yang itu. Yang sebelumnya." Ucap Dimas dengan pandangan yang terus terfokus pada sang adik.

Aurel terdiam sejenak, ia menatap Dimas yang juga tengah menatap dirinya.

"Abang." Ucapannya yang mampu membuat mata Dimas memanas.

"Sekali lagi." Pintanya dengan suara yang sedikit bergetar.

"Abang."

"Sekali lagi." Pintanya lagi dengan suara yang semakin melirih.

"Abang, Abang Dimas." Setelah Aurel mengatakan itu dengan cepat Dimas berdiri dan menarik gadis itu masuk kedalam pelukannya.

Dimas memeluk Aurel dengan sangat erat seakan Aurel akan pergi meninggalkannya.

"Abang gak salah dengar kan? Hm?" Tanya Dimas dengan masih memeluk Aurel.

Sedangkan Aurel, gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Dimas dengan perlahan.

"Um, Abang." Ucapannya membuat pelukan Dimas padanya semakin memberat.

"Maaf, maaf, maaf. Maafin Abang dek." Mendengar itu Aurel hanya diam tanpa membalas.

"Maafin Abang yang udah acuhkan kamu selama ini. Maafin Abang yang selalu bersikap dingin ke kamu. Maafin Abang yang selalu gak pernah anggap keberadaan kamu. Maaf, maafin Abang dek. Tolong jangan jauhin Abang, Abang gak bisa." Racaunya dengan terus memeluk adiknya.

Aurel hanya bisa diam dengan tatapan yang lurus ke depan.

"Lo telat! Gue buka Aurel!! Adek Lo udah gak ada!! Adek Lo udah mati!!" Jeritnya dalam hati. Ingin sekali ia berteriak seperti itu di depan wajah Dimas sekarang juga. Tapi, ia hanya mampu menelan kembali kata-katanya.

DIFFERENT SOULS (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang