CHAPTER 35

2.4K 164 40
                                    

Kini Castor sudah sedikit tenang, Aurel juga sudah menceritakan semuanya dan Castor juga sudah menerima jiwa Aurora yang berada dalam raga sang kakak.

Kini mereka duduk di pinggir ranjang dengan Aurel yang ada di tengah-tengahnya. Gadis itu menggenggam masing-masing sebelah tangan kedua adiknya.

"Sekarang kakak jelasin kejadian yang tadi. Gak mungkin itu cuma drama kakak aja." Ujar Kenzo serius.

"Sebagian adalah drama dan sebagian lagi beneran." Ujar Aurel.

"Cerita soal aku hampir dilecehkan sama preman itu beneran. Kalau soal trauma, itu bohong. Kakak sengaja melibatkan trauma biar lebih terlihat dramatis. Biar buat si Vano tambah nyesel dan bersalah." Jelas Aurel.

"Jadi soal trauma itu cuma setting?" Tanya Castor memastikan.

"Ya iyalah, masa cuma segitu doang kakak trauma gak banget deh. Kakak kalian juga gak selemah itu hanya karena kejadian kayak gini udah trauma. Ya meskipun tadi kakak sedikit takut sih tadi, biar bagaimanapun kakak kan cewek, lawan tiga preman di tempat sepi, sendiri pula." Jelas Aurel membuat kedua remaja tampan itu mengangguk mengerti.

"Sebenarnya gue beneran takut meski gak sampai trauma. Biar gimanapun ini pertama kalinya gue mengalami kejadian kayak gini." Batin Aurel.

"Kalian harus siapin diri kalian karena, kalian akan terus menyaksikan drama-drama yang kakak buat. Mulai dari saat ini." Ujar Aurel tersenyum smirk.

"Ayo buat orang yang udah menyebabkan Aurel menderita merasakan balasannya." Lanjutnya yang di angguki kedua adiknya dengan wajah serius.

Tok~tok~tok

Suara ketukan pintu dari luar kamar membuat mereka menatap pintu kamar.

"Kayaknya dokternya udah sampai." Ujar Kenzo kembali menatap sang kakak.

"Kamu manggil dokter?" Tanya Aurel mengerutkan keningnya.

"Iya kak, salah ya?" Tanya Kenzo sambil mengusap tengkuknya.

"Gak kok, itu malah bagus. Kamu buka pintunya, drama akan di dari sekarang!" Ujar Aurel memberikan perintah. Dengan gesit dia membaringkan tubuhnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut di bantu oleh Castor hingga menyisakan kepalanya.

Aurel mengedipkan sebelah matanya pada Kenzo dan langsung di mengerti oleh remaja tampan itu. Kenzo bangkit dan berjalan ke arah pintu kamar sedangkan Aurel menutup matanya dengan tangan yang ada di genggaman Castor.

Klek~

"Selamat malam tuan muda, ada apa memanggil saya di malam hari begini?" Tanya dokter Lucy, dokter pribadi keluarga LAXANDER.

"Kakak perempuan saya sakit, tolong periksa." Ujar Kenzo membuka pintu kamar dengan lebar mempersilahkan sang dokter untuk masuk.

Dokter yang masih terlihat muda dan tampan itu akhirnya masuk kedalam kamar tidur bernuansa biru itu. Dapat ia lihat seorang gadis cantik yang dengan wajah pucat sedang tertidur di atas kasur besar dengan tangan yang di genggam sang adik.

Dengan cekatan dokter Lucy memeriksa keadaan dan kondisi tubuh nona muda keluarga yang ia layani ini. Saat hendak melakukan pemeriksaan terakhir dengan mengecek nadi Aurel, tiba-tiba saja Aurel bergerak gelisah dengan tubuh yang bergetar.

"Gak, gue gak mau tolong lepasin gue. Jangan sentuh gue, gue mohon hiks!" Lirih Aurel dalam tidurnya. Castor yang melihat itu dengan sigap menenangkan sang kakak. Remaja tampan itu menggenggam erat tangan sang kakak dan mengelus kepalanya dengan lembut sambil membisikkan kata-kata penenang. Setelah di rasa Aurel kembali tenang, Castor menyuruh dokter Lucy untuk kembali memeriksa keadaan sang kakak.

DIFFERENT SOULS (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang