Di dalam sebuah kamar apartement bernuansa abu-abu, seorang pemuda tampan baru saja terbangun dengan memegangi kepalanya yang terasa sangat berat dan pusing. Matanya menatap sekitar. Ini bukan kamarnya.
Argan, pemuda tampan itu mencoba mengingat apa yang terjadi padanya semalam. Seingatnya ia tengah minum di sebuah club terkenal milik temannya. Lalu bagaimana ia bisa ada di sini sekarang?
Argan turun dari kasur dan melangkah keluar dari kamar. Saat keluar ia mendapati pemuda yang seusia dengannya tengah bermain ponsel dengan beberapa makanan yang sudah tersusun rapi di atas meja makan.
Fathur mendongak saat merasa ada seseorang yang melangkah mendekatinya. "Akhirnya lo bangun, duduk sana."Ujarnya menggerakkan dagunya menyuruh Argan untuk duduk.
Argan hanya diam lalu mendekat dan duduk di depan Fathur. Bukan karena ia mau di perintah oleh pemuda itu, tapi ia hanya malas untuk meladeni. Lagipula kepalanya sedang pusing karena efek mabuk semalam.
"Sekarang lo makan, gue udah masakin sup pereda mabuk buat lo. Baik kan gue."Ujar Fathur dengan sombong di akhir kalimatnya.
Argan hanya diam dan memakan makanan yang ada di meja makan, namun sebelum itu kepalanya mendongak dan menatap Fathur. Fathur yang mengerti pun langsung menjawab.
"Udah lo makan aja, gue udah makan kok sebelum lo bangun tadi."Jelasnya.
Argan mengangguk dan mulai memakan makanan yang ada di meja. Fathur terus memperhatikan Argan yang hanya fokus pada makanannya. Mengambil ponselnya kemudian mengirim pesan pada Aurel kalau Argan sudah bangun serta mengirimkan alamat apartemennya.
Ting
Fathur membuka pesan balasan dari Aurel.
"Bentar lagi aku ke sana."
Begitulah balasan yang di kirimkan gadis itu. Meletakkan ponselnya, Fathur kembali mentap Argan yang kini memakan sup hangat pereda mabuk yang ia buat.
"Habis lo makan, ada yang mau gue omongin."Ujarnya membuar Argan mendongak. Mengangkat sebelah alisnya bingung seolah bertanya pada pemuda di depannya.
"Ini penting."Ujarnya sedikit menggantung. Argan terdiam dan kembali melanjutkan makannya yang tertunda seakan tidak peduli. Paling Fathur hanya ingin menasehatinya kembali seperti yang biasa pemuda itu lakukan saat ia selalu minum banyak alkohol dan berakhir mabuk parah. Namun kata selanjutnya yang keluar dari mulut temannya itu membuat ia tersentak dan mengehentikan suapan di mulutnya.
"Menyangkut Aurora."
Mata Argan menyorot tajam pada Fathur yang menatapnya dengan serius. Tangannya meletakkan sendok yang ia pegang masih dengan menatap penuh intimidasi pada teman yang lumayan dekat dengannya itu.
"Aurora?"
Fathur mengangguk. "Hm. Dan mungkin ini akan buat lo senang."Ujarnya membuat mata Argan berkilat merah.
Brak
Memukul meja depannya masih dengan menatap tajam pada sang teman. Fathur sebenarnya sedikit gemetar menghadapi Argan saat ini. Namun, ia pemuda itu sangat pandai menyembunyikan ketakutannya. Ia masih tetap menatap tepat di mata sang teman yang tengah menatapnya dengan tajam.
"Nothing would be nicer than seeing my living sister come back to life." Ujarnya dengan penuh penekanan.
Fathan yang mendengar itu tersenyum tipis. "Gue pastikan lo akan nangis saat itu juga saking bahagianya."Ujarnya membuat kening Argan mengkerut. Hatinya semakin bertanya-tanya apa yang di maksud teman dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT SOULS (HIATUS)
FantasyAurora Nathaline Xander memiliki paras cantik, mata bulat, kulit putih, pintar dan baik hati harus merenggang nyawa karena mengalami kecelakaan saat pulang sekolah dan saat dia terbangun ia berada di tubuh seorang queen bullying. Aurora Nathaline Xa...