CHAPTER 32

3.7K 331 49
                                    

HAPPY READING

Pagi hari telah tiba, matahari perlahan memunculkan sinarnya yang begitu hangat.

Seorang gadis cantik perlahan mengerjapkan kelopak matanya dengan perlahan karena terganggu dengan cahaya yang masuk kedalam kamarnya. Perlahan kelopak mata itu terbuka hingga menampakkan sepasang iris berwarna coklat madu yang begitu jernih.

Gadis itu, Aurel mengerjapkan kelopak matanya dua kali lalu duduk bersandar headboard. Aurel menutup mulutnya dengan tangan saat menguap, lalu merentangkan kedua tangannya untuk merenggangkan otot-otot tangannya.

"Eh tunggu, kok gue bisa di kamar sih? Bukannya kemarin gue ada di depan kamar Castro ya?" Gumamnya pada dirinya sendiri saat mendapati dirinya yang ada di kamar.

Setelah 15 menit berdiam dengan posisi yang masih sama, Aurel memutuskan turun dari atas tempat tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.

Setelah 30 menit di dalam kamar mandi, Aurel keluar dengan seragam yang sudah lengkap dan pas melekat di tubuhnya dengan handuk yang masih melilit rambut basahnya.

Aurel berjalan dan duduk di kursi meja riasnya, melepas handuk yang ada di kepalanya. Aurel mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Setelah kering ia menyisir dan menata rambutnya dengan rapi. Setalah itu memoles wajahnya dengan make up tipis serta pelembab bibir.

Aurel menatap pantulan dirinya di cermin memastikan tidak tidak ada yang kurang dari penampilannya. "Selalu Perfect." Gumamnya.

Setelah di rasa sudah tidak ada yang kurang, Aurel segera keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah dimana ruang makan berada. Saat sampai di ruang makan, Aurel dapat melihat para saudaranya sudah berkumpul di meja makan dan menikmati sarapan mereka masing-masing.

"Pagi." Sapa Aurel pada mereka.

"Pagi dek."

"Hm."

"Pagi kak."

Aurel duduk dan menoleh pada Castor yang sedari tadi hanya diam dan tidak membalas sapaannya. Aurel hanya menghela nafas pelan, sudah pasti adiknya yang satu itu masih marah padanya karena hal kemarin.

"Masih marah sama kakak?" Tanya Aurel pada Castor.

"Dek, kakak kan udah minta maaf. Kakak juga udah jelasin kan sama kamu." Ujar Aurel.

"Kakak udah bilang, Kenzo yang minta kakak buat gak ngajak yang lain karena Kenzo mau ngabisin waktu cuma berdua aja sama kakak, dan kakak juga udah terlanjur janji." Jelas Aurel sekali lagi agar sang adik mengerti. Tapi Castor hanya diam tak menggubris perkataan Aurel.

"Ya udah gini aja, setelah kakak selesai turnamen kita jalan-jalan. Cuma berdua, gimana?" Tanya Aurel, tapi Castor tetap saja diam membuat Aurel menghela nafas lelah.

Sedangkan para saudaranya yang lain hanya diam menyaksikan Aurel yang tengah membujuk Castor.

"Kalau kamu gak mau, kakak ajak bang Geraldy aja." Ujarnya yang berhasil membuat Castor menghentikan tangannya yang hendak menyiapkan makanan ke mulutnya.

Sedangkan sang pemilik nama langsung tersedak saat namanya di sebut oleh adik perempuannya. Geraldy menatap tak percaya pada Aurel. Ada sepercik kebahagiaan di hatinya saat Aurel ingin mengajaknya jalan-jalan bersama. Apalagi cuma berdua saja. Tidak tau saja kalau itu hanya alibi Aurel.

DIFFERENT SOULS (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang