14. SGS

9.7K 796 9
                                    

***

Keadaan Nefa sudah sangat membaik, buktinya hari ini ia memutuskan bersekolah, meski ia tau resiko apa yang akan ia hadapi nanti jika memutuskan bersekolah kembali.

Mobil sport warna biru memasuki gerbang SMA Merah Putih, pintu terbuka menampilkan sosok wanita cantik memakai Hoodie putih bertuliskan Queen Nefa dibelakang punggungnya itu turun sambil melepaskan kacamatanya dan melemparnya sembarangan ke dalam mobil.

Nefa melihat sebentar ke arah Rendi yang juga baru sampai dan baru turun dari mobil sedan hitamnya, ada rasa rindu, senang, dan marah yang tak bisa Nefa jelaskan saat melihat Rendi.

Mencoba tak menghiraukan keberadaan Rendi yang sedang menatapnya lekat, gadis itu memilih berjalan masuk ke sekolahnya dengan tangan yang dimasukkan ke saku hoodienya, Rendi yang melihat itu langsung berlari mengejar Nefa, sungguh Rendi ingin membalikkan keadaan dimana dirinya masih bersama Nefa dan menyandang status 'pacar Nefa'.

"Nefa tunggu!" seru Rendi sambil menarik tangan Nefa yang membuat gadis ber-hoodie putih itu langsung berbalik badan kearahnya.

"Apalagi?!" ketus Nefa sambil melepas cekalan tangan Rendi.

"Aku cuman mau nanya, gimana keadaan kamu? Aku khawatir banget kemaren liat kamu pingsan didepan aku, kamu gak papa 'kan? Gak ada yang luka?" tanya Rendi sambil memandang Nefa sendu, tercetak jelas rasa khawatir disana.

"Gue gak papa, please! Gak usah sok peduli sama gue, dan berhenti untuk ganggu gue," jawab Nefa sambil memutar bola mata malas, mulai sekarang ia harus bisa bersikap lebih tegas pada Rendi, harus bisa!

"Kamu kok jadi kasar gini sih Nef? Dulu kamu gak pernah ngomong kasar gitu sama aku meskipun kamu lagi marahan sama aku, sumpah aku gak ngerti sama kamu! Kamu berubah tau gak?" cowok yang memakai Jersey basket SMA Merah Putih itu memandang Nefa lekat, tersirat rasa kecewa dimatanya saat melihat perubahan sikap gadis yang masih sangat ia cintai.

"Lo fikir gue berubah karna siapa? Elo Rendi! Elo yang buat gue berubah kayak gini, lo lupa? Apa yang udah lo lakuin sama gue? Perlu gue ingetin hah?" tanya Nefa dengan rasa sakit dikepala dan dadanya yang tiba-tiba muncul, saat Nefa mengingat masa lalunya.

"Karna masalah itu? Kamu bener-bener gak percaya sama aku Nef?" tanya Rendi dengan suara serak. "Nefa, kamu masih inget 'kan? Perjuangan aku untuk dapetin kamu gimana? Logikanya gini Nef, buat apa aku khianatin orang yang aku sayang, khianatin gadis yang sangat penting di hidup aku, apa aku cowok bodoh? Yang mudah ngelepasin gadis yang aku perjuangin dengan susah payah? Gak pernah terlintas dipikiran aku buat khianatin kamu Nef."

"Susah untuk aku  dapetin kamu dulu, aku harus bersaing sama banyak cowok yang juga suka sama kamu, aku harus berusaha keras untuk dapetin perhatian dari kamu, setelah aku bisa miliki kamu, kamu kira aku bakal buang kamu gitu aja, setelah melihat perjuangan aku yang gak mudah? Kamu masih bisa mikir aku khianatin kamu?" Rendi menghela nafas panjang. "Aku punya alasan kenapa aku ngelakuin itu sama Katara, aku bakal jelasin tapi enggak sekarang, aku nunggu kamu percaya dulu sama aku! Baru aku akan kasih tau cerita yang sebenarnya tanpa ada kebohongan, i'm promise!"

Rendi menatap Nefa sendu, kenapa hubungan dia dan Nefa harus renggang? Padahal dirinya sangat menyayangi gadis yang sedang berdiri di hadapannya ini.

"Udah ngomongnya? Kalok udah, gue pergi dulu mau kekelas," ucap Nefa sambil ingin melangkah pergi tapi perkataan Rendi membuat Nefa berhenti seketika.

"Kamu berhenti dari basket? Why Nef? Bukannya kamu sangat suka sama basket, kenapa tiba-tiba berhenti? Apa karena aku?" tanya Rendi sambil berjalan pelan ke arah Nefa dan langsung berdiri dihadapannya.

"Bukan karna elo, gue bosen aja main basket makanya gue berhenti," jawab Nefa santai.

Rendi tersenyum smrik. "Bullshit Nef! Aku tau kamu suka banget sama basket, gak mungkin kamu ninggalin basket cuman karna bosen, itu pasti karna aku 'kan? Jujur dikit napasih?"

"Itu bukan urusan elo Rendi, mau gue keluar atau enggak sekalipun, itu bukan urusan elo, please! Jauhin gue dan gak usah ikut campur dalam hidup gue!" sentak Nefa sambil menatap Rendi tajam.

"Tapi aku itu pedu---"

"Lo budek apa gimana sih? 'kan Nefa udah bilang jauhin Nefa, lo gak ngerti bahasa Indonesia?" tanya Marvel tiba-tiba membuat perkataann Rendi terpotong.

Rendi memutar bola mata malas, kenapa harus ada Marvel sih? Susah lagi nih pasti jelasin ke Nefa.

"Bukan urusan lo!" ketus Rendi sambil membuang muka kearah lain.

"Lo tau 'kan siapa gue? Berani banget lo ngomong gitu ke gue, gak ada sopan-sopannya lo sama gue." Marvel menatap Rendi tajam, entah kenapa saat melihat Rendi bawaannya ingin menonjok Rendi saja.

"Marvel Alexander, ketua geng Blue Boy's yang kini sudah berganti nama menjadi Archelon, siapa yang gak tau elo? Tapi meskipun elo ketua geng Archelon gue gak akan pernah takut sama lo, SAMPAH SEKOLAH!" ucap Rendi yang berhasil membuat emosi Marvel naik.

"Brengsek!" Marvel menonjok wajah Rendi, membuat pria tinggi itu langsung tersungkur ke lantai.

"Marvel udah! Gak usah cari masalah!" Nefa menarik tubuh Marvel menjauh dari tubuh Rendi jika tidak begitu, sudah dipastikan Rendi akan berakhir di rumah sakit.

"Siapa yang elo sebut sampah sekolah hah?! Elo tuh, cowok brengsek yang udah khianatin cewek dengan cara sampah! Lo fikir lo lebih baik dari gue? LO ITU PENGECUT RENDI PENGECUT!" teriak Marvel sambil menatap nyalang ke arah Rendi.

Bugh!
Satu pukulan langsung diterima Marvel dari Rendi, cowok tinggi itu tak terima bila dirinya dikatakan pengecut.

"Rendi! Marvel! Stop!" teriak Nefa sambil berdiri ditengah-tengah mereka, membuat Marvel tak jadi membalas pukulan Rendi.

"Jauhin Nefa! Atau gue dan Archelon akan turun tangan sendiri dan ngebuat elo hancur ditangan gue, gue gak pernah main-main sama ancaman gue Rendi, jadi lebih baik lo hati-hati sama gue!" kata Marvel sambil menarik tangan Nefa pergi dari hadapan Rendi.

"BANGSAT!" umpat Rendi sambil menendang pot bunga, membuat tanah dalam pot bunga itu berserakan di lantai.

Marvel berjalan dengan emosi yang masih belum redup, sepertinya ia harus mencari musuh untuk menyalurkan amarahnya.

Ting!
Satu pesan masuk diheandphone Marvel, membuat lelaki itu mengernyit, siapa pagi-pagi begini mengirimkan pesan? Tidak ada kerjaan.

          Leonardo Artamevia
[Vel, geng Alpha nantangin Archelon untuk tawuran di lapangan dekat markas Alpha]

Marvel Alexander
[Terima, gue juga lagi emosi butuh orang untuk gue buat babak belur😏]

Marvel tersenyum smrik, akhirnya ia bisa menyalurkan amarahnya dengan bebas.

"Vel!" panggil Nefa sambil menyentuh lengan Marvel yang terbungkus jaket.

Marvel menoleh, dan langsung mendekap istrinya itu dengan erat.

"Jauhin Rendi! Gue gak mau liat lo deket-deket lagi sama dia!" bisik Marvel tepat ditelinga Nefa.

Suamiku Gangster Sekolah [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang