Part-20

10.6K 1.2K 1.4K
                                    

Huek huek

Freya memejamkan mata merasakan perutnya terasa mual. Berulang kali dia ingin memuntahkan sesuatu namun tidak kunjung jadi. Hal yang Freya alami setiap pagi.

Wanita itu menatap penampilan nya dari pantulan cermin wastafel. Mengamati tubuhnya yang sedikit berisi terutama bagian pipi. Dia menghembuskan nafas berat sembari mengelus perutnya.

Entah kenapa pikirin nya tiba-tiba tertuju pada Fino. Namun mengingat apa yang sudah terjadi,Freya segera menepisnya. Wanita cantik itu tanpa sadar tersenyum kecut.

Tok tok

"Lo gapapa Ya?" suara ketukan pintu di iringi pertanyaan memenuhi indra pendengaran Freya. Bumil satu itu menarik nafas dalam-dalam lalu melangkahkan kakinya keluar.

"Lo mual lagi?"

Freya mengangguk pelan, "i-iya Do"

"Ya udah lo duduk aja" Aldo menggiring Freya duduk di sofa kamar wanita itu, "mau gue buatin sesuatu? Teh mau?"

"Boleh kalo enggak ngerepotin"

"Gak lah. Lo tunggu sini! Jangan kemana-mana" titah Aldo mutlak lalu berlari keluar dari kamar wanita itu

Freya geleng-geleng sejenak mulai beranjak dari duduknya. Dia berjalan ke arah balkon kamarnya guna menikmati hembusan angin pagi.

Pikirannya kembali melayang pada kejadian di rumah sakit waktu itu. Sebuah kejadian yang selalu berputar di otaknya. Yang sampai sekarang masih menjadi bayang-bayang hitam untuk hidupnya.

"Kamu apa kabar,kak?" lirih Freya menerawang ke depan.

Dia masih ingat jelas bagaimana tangan Fino menampar pipinya. Dan momen suaminya di cium oleh perempuan lain. Demi apapun Freya tidak akan bisa melupakannya. Sangat menyakitkan.

"Jangan melamun Ya! Gak baik buat kesehatan anak lo"

Freya spontan menoleh. Mendapati Aldo yang sedang membawa secangkir teh di tangannya. Laki-laki itu segera menyuruh Freya untuk meminumnya.

"Makasih Do"

Aldo manggut,manggut, "masih mikirin laki-laki brengsek itu?" tanya nya

Freya hanya diam memilih menikmati teh buatan sepupunya. Atau lebih tepatnya bingung mau menjawab apa. Karena sejujurnya setiap saat dia selalu memikirkan Fino.

"Kok diem? Tebakan gue bener kan?" kata Aldo tepat sasaran

"Gue lagi gak mood. Please jangan bahas dia"

"Mau sampai lo kayak gini Ya? Gak cukup lo nyakitin diri sendiri?"

Dahi Freya berkerut, "maksudnya?"

"Percuma lo sedih kayak gini cuma gara-gara laki-laki brengsek itu! Buang-buang waktu. Yang ada lo cuma nyakitin diri sendiri dengan terus mikirin dia"

"Gitu ya?" ujar Freya pelan tersenyum miris

Aldo menghela nafas, "c'mon Ya! Berhenti sedih-sedih gak jelas kayak gini. Mending lo lakuin sesuatu. Balam dendam misalnya?"

"Balas dendam?" ulang Freya tak paham

"Yaps balas dendam. Lo emang nya gak mau balas perempuan ular itu? Secara dia udah bikin rumah tangga lo di ambang kehancuran" Aldo berdiri di pembatas balkon. Memandang pemandangan di depannya.

"Oh shit!" umpat Freya spontan. Wanita itu seakan tersadar apa yang Aldo katakan. Seketika menyesali tindakan nya yang terus merasa sedih belakangan ini. Hanya karena satu laki-laki brengsek.

Fino:After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang