Part-34

6.9K 969 204
                                    

Fino merenung di balkon kamar nya. Memikirkan perkataan Angga yang terus menghantui pikiran nya sejak tadi sore. Entah kenapa dia merasa Angga seakan tau sesuatu tentang istrinya. Walau sangat jelas bahwa istrinya sudah meninggal. Dan dia sudah membuktikan hal itu benar.

Namun mengapa semua orang terdekatnya termasuk papanya sendiri, seolah menyakinkan dirinya sang istri masih hidup. Satu pertanyaan yang kini masih belum Fino yakini jawabannya. Antara itu benar atau tidak.

"Jadi sebenarnya kamu masih hidup atau enggak Tha?" lirih Fino mendongak ke atas,memandang bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Berharap kegundahan hatinya sedikit menghilang.

Laki-laki itu membuang nafas pelan. Mencengkram kuat-kuat pembatas balkon ketika bayang-bayang sang istri mengalami kecelakaan kembali memenuhi pikiran nya. Membuat perasaan bersalah muncul dalam hatinya.

Sungguh momen itu tidak pernah Fino lupakan. Dimana tepat di depan matanya sang istri tertabrak mobil. Tanpa bisa menyelamatkan istrinya. Bukan hanya itu saja,bayang-bayang dirinya menyalahkan, membentak bahkan menampar sang istri tak luput dari pikiran nya. Seakan menunjukkan pada dirinya itu adalah sebuah kesalahan besar yang ia lakukan.

Dan ya faktanya memang begitu.

Fino sangat menyesali tindakan nya waktu itu. Akibat dari emosinya yang tidak terkontrol berimbas menyakiti sang istri baik fisik maupun batin. Hingga ia harus kehilangan sang istri untuk selamanya.

"Kamu berhasil Tha,menghukum semua kesalahanku dengan kepergian mu. Bahkan saat kamu pergi pun penyesalan ku akan tetap ada." gumam Fino sendu tanpa sadar menitikkan air mata. Laki-laki itu memukul-mukul dada nya yang terasa sesak diiringi isak tangisnya.

Ia spontan terduduk di lantai seraya memejamkan mata. Bibirnya bergetar, berulang kali mengucapkan kata maaf. Meremas kasar rambutnya menyalurkan rasa sesak dalam tubuhnya.

"Sakit Tha." lirih Fino sekuat tenaga berdiri,berpegangan pada pembatas balkon. Dirinya mendadak merasakan rasa pusing di kepalanya.

Dengan bersusah payah ia berjalan,memegang kuat-kuat kepalanya yang berdenyut. Hampir saja laki-laki itu terjatuh jika dirinya tak berpegangan pada tembok. Sungguh kepalanya tiba-tiba terasa sangat sakit.

Fino mendesis pelan saat pandangannya mulai memburam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fino mendesis pelan saat pandangannya mulai memburam. Dengan tertatih-tatih ia berjalan menuju ranjang mengabaikan rasa sakit di kepalanya. Selangkah lagi dia berhasil duduk di ranjang namun kakinya seolah tak kuasa menopang tubuhnya.

Brukk

"Maaf Tha." gumam Fino terjatuh di dekat ranjang, perlahan-lahan matanya mulai tertutup. Dan akhirnya laki-laki itu pingsan.

Di sisi lain, Faro membuka pintu kamarnya. Melangkahkan kakinya melewati kamar sang daddy. Bocah itu mengernyit dahi melihat pintu kamar sang daddy sedikit terbuka.

Ada perasaan tak enak hinggap di dalam hatinya. Faro berusaha berpikir positif dengan tetap berjalan. Tiba di tangga,ia merasa gelisah entah karena apa.

Fino:After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang