Part-40

8.6K 1.2K 1.5K
                                    

Bandung, pukul 08.00

Fino menggeram marah melihat sebuah berita di layar tab miliknya. Saking marah nya,dia sampai membanting tab miliknya ke atas lantai. Hingga tab tersebut hancur tak berbentuk.

Ameera yang kebetulan di situ,memekik kaget. Gadis itu mengelus dada yang berdegup kencang karena ulah atasannya. Dalam hati banyak-banyak istighfar memiliki atasan yang suka marah-marah. Matanya menatap nanar sebuah tab yang sudah hancur di atas lantai.

"Hapus berita itu secepatnya! Bersihkan nama saya dan keluarga saya" titah Fino melotot ke arah Ameera

"Em bukannya saya tidak mau pak. T-tapi rasanya percuma kita menghapus berita itu. Saran saya mending bapak klarifikasi saja kebenaran nya. Mungkin dengan begitu media akan datang berhenti mencari tau pernikahan bapak" ujar Ameera mendekap erat-erat MacBook di tangannya saat Fino menatapnya begitu tajam. Bak elang yang akan memangsa mangsanya hidup-hidup.

"Kau bodoh atau tidak punya otak hah?!" sentak Fino kasar. Spontan Ameera mendengus mendengar nya. Merasa sakit hati atas perkataan Fino.

"Si bapak kalo ngomong pedas nya ngalahin Cabe-cabean"

"Anda salah satu contohnya!"

Ameera mencebik kesal, "efek di tinggal istrinya ya gitu. Kurang belaian. Makanya ngegas mulu" lirih nya sangat pelan

"Bilang apa kau barusan?!"

"Eh bukan apa-apa pak. Kembali ke topik awal,bapak tidak bisa terus-terusan menyembunyikan kebenaran bahwa ibu Freya telah tiada. Cepat atau lambat media akan tau hal itu. Nah daripada masalah nambah runyam,seperti saran saya tadi bapak lebih baik bilang sejujurnya"

Fino terdiam memikirkan omongan Ameera. Sedetik kemudian dia menghela nafas panjang. Memijit-mijit kepalanya yang terasa pening.

"Jadi gimana pak? Bagus kan saran saya?"

"Kumpulkan semua wartawan. Saya akan klarifikasi semuanya!"

Ameera tersenyum lebar, "baik pak. Gitu dong dari tadi. Saya pamit undur diri."

Fino mengangguk singkat menatap kepergian Ameera. Laki-laki itu melirik jam di pergelangannya lalu bangkit meraih jas hitam di sandaran kursi. Dia berjalan keluar dari ruangan nya.

Para karyawan tepatnya karyawan wanita memandang kehadiran Fino dengan tatapan memuja. Rambut acak-acak,lengan meja di gulung sampai siku,serta tatapan datar membuat sosok Fino sempurna di mata wanita. Belum lagi status Fino yang menjadi duda semakin membuat para wanita ingin memiliki Fino seutuhnya. Pasca mengetahui berita yang beredar.

Fino sendiri mengabaikan tatapan para wanita. Walau sebenarnya dia risih di tatapan seperti itu. Sungguh rasanya percuma saja. Sampai kapanpun Fino tidak berniat mencari pengganti istrinya. Selamanya sang istri yang tetap memenuhi ruang hatinya.

"Tuan"

Fino memutar bola matanya, "kenapa Max?"

"Tuan Alex ingin menemui anda di cafe sekarang"

"Papa? Si tua itu di sini?"

"Benar tuan. Ayah anda datang kesini ingin menyampaikan sesuatu yang penting pada tuan. Saya harap tuan datang ke sana"

"Ok, dimana?"

Max mengulum senyum, "di cafe dekat kantor cabang tuan. Ayah anda sudah menunggu di sana"

Fino manggut-manggut lalu melenggang pergi tanpa sepatah kata. Dia melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang terparkir di depan kantor cabang milik nya. Mendudukkan diri di jok,melempar asal jas di jok samping nya. Mulai menjalankan mobil dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan yang tampak lenggang.

Fino:After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang