Part-42

9.8K 1.2K 1.1K
                                    

Arya mondar-mandir di depan pintu. Menunggu dokter selesai memeriksa adik sepupunya. Dalam hati terus berdoa agar Freya baik-baik saja. Sungguh ia tidak membayangkan Freya akan pingsan setelah marah. Biasanya tidak seperti itu.

Selang beberapa menit,muncul Nadya beserta suaminya dengan tergesa-gesa. Wanita itu mengintip dari kaca transparan menyaksikan dokter memeriksa menantunya. Sedangkan Alex berusaha menenangkan Nadya yang terlihat sangat panik.

"Tenang ok. Dia akan baik-baik saja" gumam Alex menarik tubuh sang istri ke dalam dekapan nya. Nadya menyadarkan kepalanya di dada bidang suaminya. Berharap cemas akan kondisi Freya.

Arya menghembuskan nafas berat melihat keromantisan kedua orang tua dari Fino tidak tau tempat. Laki-laki itu memilih menghubungi adiknya serta sahabat kecil Freya. Tak lupa mengabari kedua orang tua dari Freya.

"Gimana dok?" tanya Nadya melepas pelukan suaminya. Memandangi wajah sang dokter.

"Nona Freya tidak papa. Hanya tekanan darah nona sedikit menurun. Mungkin karena nona terlalu banyak pikiran. Sekarang nona sudah sadar"

"Syukurlah. Terus menantu saya udah bisa di jenguk kan dok?"

"Sebenarnya sudah nyonya. Tapi nona hanya ingin bertemu dengan orang yang bernama Arya"

Sontak Nadya mengalihkan pandangan nya ke arah Arya. Ada rasa sedih ketika Freya tidak ingin menemui nya. Ya sudah lah mau gimana lagi pikirnya.

Arya mengangguk mendengar penjelasan sang dokter. Lalu masuk ke dalam ruangan adik sepupunya. Menyisakan Nadya dan Alex di depan pintu.

"Huftt punya anak satu bikin masalah mulu" dumel Nadya berkacak pinggang. Duduk di kursi tunggu bersama suaminya.

Di dalam ruangan,Arya memaksakan tersenyum guna membalas senyuman adik sepupunya. Laki-laki itu berdiri di sisi ranjang,mengusap rambut Freya dengan pelan. Matanya berkaca-kaca akan keadaan rumah tangga Freya yang tak kunjung selesai dari masalah.

Arya tak ingin menyalahkan Fino maupun Freya. Karena di sini keadaan yang membuat keduanya seperti itu. Dia hanya bisa berdoa hubungan Freya dengan Fino segera membaik seperti sedia kala.

"Sini peluk abang dulu" Arya beralih mendekap erat tubuh Freya. Mengelus punggung Freya naik turun agar mood adik sepupunya kembali baik "jangan sedih. Fino mungkin lagi kecewa aja sama kamu"

"Iya Lia tau. Bukan kak Axel namanya kalo enggak menyimpulkan sesuatu tanpa dengerin penjelasan dulu. Nanti Lia bakal jelasin semuanya ke dia. Semoga aja nanti hubungan kita segera membaik" ujar Freya pelan mendongak ke atas

Arya melepas pelukannya, "amin paling serius. Biar kamu bisa cepat bahagia nantinya. Abang gak suka saat Lia berubah sedih kayak gini. Keep strong cantik"

"Thank's abang" Freya menampilkan senyuman manis nya, "abang kapan nikah?" tanya nya

"Ck nanti kalo masalah kamu udah selesai. Lagian abang udah mulai persiapan nya. Tinggal nikah doang"

"Lah kapan? Kok Lia gak di kasih tau?"

"Udah lama. Saking mikirin masalah kamu sampai lupa mau bilang hehe" ujar Arya menyengir lebar

"Ya udah. Pokoknya nanti undangan jangan lupa"

"Sip lah jangan lupa datang"

"Ya gak--"

"Mommy"

Perkataan Freya terpotong karena suara seseorang. Wanita itu menoleh seketika dan mendapati sosok bocah cantik berusia 5 tahun tengah berjalan ke arahnya. Seseorang yang menjadi penyemangat Freya selama lima tahun belakangan.

Fino:After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang