Part-32

7.9K 999 391
                                    

Keesokan harinya.

Fino sudah di perbolehkan pulang. Laki-laki itu saat ini sedang duduk di jendela
apartemen miliknya.

Otaknya di penuhi berbagai pertanyaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Otaknya di penuhi berbagai pertanyaan. Dia bertanya-tanya siapa orang yang telah melenyapkan Carissa.

Kabar yang Fino dengar,Carissa sudah tidak bernyawa waktu melakukan pemeriksaan medis di rumah sakit. Carissa di temukan tewas dengan sekujur tubuh kaku dan membiru. Pihak rumah sakit belum tau pasti apa penyebabnya.

Satu sisi Fino bahagia mendengarnya. Namun di sisi lain dia sangat bingung di buatnya. Hatinya sangat penasaran siapa orang yang telah menyiksa Carissa.

Belum lagi Fino juga bingung kenapa dirinya bisa berada di rumah sakit kemarin. Laki-laki itu berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin namun tidak bisa. Sungguh dia ingin tau apa yang terjadi kemarin.

"Aneh" gumam Fino tak habis pikir. Dia beranjak dari duduknya mengambil ponselnya guna menghubungi seseorang. Laki-laki itu berjalan mondar-mandir menunggu panggilan telfon nya tersambung.

"Dimana?"

"..."

"Ke apartemen saya sekarang!"

"..."

"Saya tunggu"

Fino melempar ponselnya ke atas ranjang. Kakinya berjalan keluar kamar menuju ruang tamu. Setibanya Fino di kejutkan akan keberadaan sang putra yang berdiri di dekat sofa.

Gimana caranya Alen masuk? batin Fino bingung.

"Alen di sini?" tanya Fino mendekati putranya. Tak di duga,Faro berlari seraya merentangkan tangannya. Bocah itu memeluk kaki sang daddy membuat tubuh Fino menegang.

Secepatnya Fino mengendalikan diri. Dia melepas pelukan Faro lalu jongkok di depan sang putra. Lagi-lagi tubuh Fino menegang saat Faro beralih memeluk leher nya begitu erat.

"Maaf" bisik Faro di ceruk leher sang daddy. Fino terenyuh mendengar bisik putranya. Dia tak menyangka Faro akan berkata demikian.

"Putra daddy kenapa hm?" tanya Fino lembut mengelus punggung putranya. Faro menggelengkan kepalanya, "Alen gapapa dad. Alen cuma mau minta maaf karena udah marahin daddy"

"No boy. Alen gak salah. Harusnya daddy yang minta maaf. Maafin daddy karena daddy gagal menjaga mommy kamu" tutur Fino berkaca-kaca saat mengingat mendiang istrinya.

Faro tersenyum di balik pelukannya. Entah apa maksud dari senyuman itu. Yang pasti bocah itu sedang merencanakan sesuatu.

"Daddy jangan sakit lagi. Alen cuma punya daddy. Alen gak mau kehilangan daddy juga. Alen sayang sama daddy'

Fino mengangguk singkat, "daddy jauh lebih sayang Alen. Maaf telah merenggut kebahagiaan Alen"

Faro melepas pelukannya. Bocah itu mengulum senyum memandang wajah Fino. Sementara Fino sedikit bingung melihat tatapan putranya. Hatinya merasa curiga dengan perubahan sikap Faro.

Fino:After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang