PROLOG

1K 80 12
                                    

Sunyi dan senyap. Begitulah seharusnya keadaan sebuah desa di pedalaman kota Sukabumi.

Namun malam ini, kesunyian yang hangat dengan suara jangkrik, tak lagi terdengar. Kesunyian ini dingin, dan menyeramkan.

Suara kresek-kresek dari rumput yang terinjak dari kaki yang terseret terseok-seok kalut berusaha berlari menghindari pria besar yang mengikutinya.

Perempuan itu tersungkur ketika pria tadi berhasil meraih tubuh kurusnya. Derai air mata tak bisa ditahan lagi ketika tubuhnya dihantam ke atas tanah oleh laki-laki yang menangkapnya.

Bibirnya ingin berteriak atau setidaknya memohon untuk dilepaskan. Tapi pergerakannya terkunci dan ia sama sekali tak bisa mengucapkan sepatah katapun selain menangis.

"Jangan... Tolong-"

Pipinya ditampar dengan keras hingga berdarah oleh pria yang sudah  menyibak roknya ke atas.

Kakinya terus meronta tapi tenaga pria itu begitu kuat hingga ia tak bisa melakukan apa-apa selain menangis.

Tangannya mengepal dan ia menggigit keras tangan pria yang sedang membekapnya itu.

Kejadiannya begitu cepat. Pria itu terlalu sibuk melecehkan perempuan muda yang menangis kesakitan hingga ia tak menyadari ada sosok lain yang berdiri di balik kegelapan hutan.

Kemudian, bunyi dan nyala flash dari kamera membuatnya terkejut dan terpaksa untuk menghentikan aktifitas bejatnya itu.

Ia sontak segera menoleh ke arah suara dan sinar flash ke arahnya tadi, raut wajahnya memerah marah. Namun sosok itu sudah berbalik dan berjalan dengan tenang meninggalkannya yang masih sibuk memakai celana-nya lagi.

Pria itu segera berlari ke arah sosok yang ia perkirakan baru saja memotretnya dengan panik dan kalut.

Namun, sejauh mata memandang, yang ia lihat hanya rumput dan pohon-pohon di tengah kegelapan malam.

Karena kesal tak menemukan orang itu, ia segera kembali kepada perempuan yang sudah ia lecehkan tadi.

***

02 Mei 2015, Sukabumi.

Pepatah bilang, "Manusia adalah ladangnya kesalahan."

Bertahun-tahun aku mempercayai kalimat itu sampai saat ini, diusia 20 tahun, aku menyadari bahwa kalimat pepatah itu telah berubah menjadi, "Perempuan adalah ladangnya kesalahan."

Jangan salahkan aku, semua pikiran ini terbentuk berdasarkan lingkungan disekitar ku.

1. Ketika anak perempuan dilahirkan, sudah menjadikan penyesalan orang tua yang terobsesi untuk memiliki anak laki-laki. Apa ini kesalahan sang anak? Bukan.

2. Ketika perempuan remaja mengaku kalau ia mendapatkan perilaku pelecehan. Dianggap terlalu berlebihan. Siapa yang disalahkan? Perempuan. Bukan pelaku pelecehan.

3. Ketika sebuah pemerkosaan terjadi, perempuan melapor kepada keluarga terdekat. Siapa yang disalahkan dan dihukum? Lagi-lagi perempuan. Dengan segudang alasan mulai dari pakaian terbuka, terlalu dekat dengan laki-laki, disalahkan kenapa tidak melawan dan disama artikan dengan ikut menikmati. Konyol memang.

4. Ketika orang tua berlomba-lomba mengirimkan anak laki-laki mereka untuk bersekolah tinggi, tapi bagaimana dengan anak perempuan? Tidak. Kamu akan menjadi perempuan yang lupa diri.

5. Ketika seorang istri, mendapatkan kekerasan dari sang suami. Siapa yang disalahkan? Ya, betul. Pasti sang istri dibilang pantas mendapatkannya karena melawan suami.

6. Ketika seorang istri dikhianati, siapa yang disalahkan? Tentu sang istri yang dibilang tak pandai merawat diri, tak pandai menyenangkan hati suami.

7. Ketika seorang istri bersolek setiap saat dan disukai oleh pria lain. Apakah pria itu yang disalahkan? Tidak. Sang istrilah yang dianggap sengaja mengundang pria lain untuk menyukainya.

8. Ketika seorang istri disibukkan dengan mengurus anak, mengurus pekerjaan rumah, dan mengurus suami secara bersamaan. Tapi tetap disebut oleh suami tidak melakukan pekerjaan apa-apa.

9. Ketika seorang istri meminta sebuah perceraian, siapa yang disalahkan? Tentu istri. Apa tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah? Padahal kondisi sang istri sudah setengah gila dan sekarat.

10. Ketika seorang laki-laki memberikan janji untuk tak pernah meninggalkan. Tapi laki-laki itu mengingkari, siapa yang disalahkan? Tentu perempuan. Siapa suruh mudah percaya?

Stop. Jangan berkomentar, jangan menghujatku. Inilah pandangan yang kuterima selama ini, inilah kenyataan yang terjadi pada sudut pandangku. Mungkin kalian memiliki sudut pandang yang berbeda, yang lebih menyenangkan dan berbunga-bunga. Oh, aku tidak yakin. Karena disini, kasih sayang dan cinta yang berbunga-bunga hanyalah fiksi.

Black Shadow.

LOVE ME, HEAL METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang