Prolog

53.1K 3.5K 246
                                    

Cantika adalah gadis yang terkenal dengan kemalasannya. Satu kompleks pun tahu betapa rajinnya dia bermalas-malasan. Normal memang jika remaja yang baru tumbuh terkadang bermalas-malasan. Tapi tidak jika level kemalasan Cantika melebihi batas wajar yang bisa membuat orang disekitarnya sakit kepala.

Tak jarang tetangga Cantika menemukannya tergeletak di jalanan setelah pulang sekolah. Tidak, dia tidak pingsan. Dia hanya tidur. Capek katanya. Padahal sekolahnya tak jauh dari rumah. Bahkan terkadang dia ditemukan tidur di depan gerbang rumahnya. Banyak yang bertanya kenapa dia tidak tidur di rumah saja padahal sudah sampai depan gerbang rumah. Dan jawabannya selalu sama 'ngumpulin tenaga', yang membuat banyak orang gemas ingin mengunyahnya.

Ada beberapa yang tak suka akan kemalasannya. Namun selain itu Cantika tak pernah membuat masalah dengan siapapun. Alasannya tentu karena dia malas untuk melakukan sesuatu yang menurutnya merepotkan. Marah itu melelahkan.

Pernah dulu sempat ada yang mencoba merundung Cantika. Namun tak sampai 1 bulan acara perundungan berhenti dengan sendirinya. Mereka capek dan sakit hati karena tak pernah diladeni.

Cantika tahu dia cukup terkenal di sekolah sehingga dia dirundung. Salah satu penyebabnya tentu karena sifat malasnya dan alasan lainnya adalah karena dia sahabat dari orang paling terkenal di sekolahnya, Riana. Riana adalah social butterfly yang berteman dengan siapapun dan selalu menaikkan mood dimanapun dia berada. Ditambah Riana juga cantik dan pintar yang membuatnya semakin terkenal.

Cantika paham betul jika orang-orang menganggapnya sebagai bayangan Riana. Aksesoris dari seorang Riana. Meskipun dia tak kalah cantik dan juga pintar, namun semua itu tertutupi oleh kecemerlangan Riana. Banyak yang mengasihaninya karena hal itu. Itu yang mereka tahu. Yang mereka tak tahu adalah bahwa Cantika memang menginginkan kehidupan seperti ini. Menjadi bayangan Riana sudah menjadi keinginannya sejak pertama kali mereka bertemu di bangku SMP. Dan Riana dengan gampangnya mengiyakan. Pikir Riana toh dia tidak akan rugi hal apapun.

Semua itu karena Cantika tidak ingin berurusan dengan orang lain jika dirasa tidak perlu. Cemburu, marah, sedih dan emosi lainnya, Cantika tidak paham mengapa orang-orang mau merasakannya. Semua itu terdengar melelahkan bagi Cantika.

Sayangnya Cantika sebagai manusia diharuskan untuk bersosialisasi. Dan bersosialisasi merupakan hal merepotkan yang tidak disukainya. Manusia itu rumit, antara satu dengan yang lainnya tak sama. Jika dirinya melakukan satu hal yang meskipun itu baik tak menjamin semua orang akan setuju dengan tindakannya. Dan semua itu terdengar sangat melelahkan bagi Cantika.

Dia hanya butuh satu teman saja. Teman yang tak akan menjauhinya meski dia tak mau diajak jalan-jalan dan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk tidur. Teman yang tak akan meninggalkannya bahkan jika Cantika tak merespon ucapannya. Teman yang selalu memakluminya tanpa meminta untuk dimaklumi.

Dan dia sudah mendapatkannya, orang yang mengijinkannya untuk menjadi bayangan dari orang tersebut, Riana. Gadis teraneh yang pernah ditemuinya. Dia tak marah saat dia bicara berjam-jam namun tak diberi respon oleh Cantika. Tak marah saat telponnya tak diangkat. Tak marah saat pesannya tak dibaca. Riana adalah teman yang selalu diimpikannya. Bahkan terkadang dia berharap untuk menikahi sahabatnya itu.

Riana adalah satu dari tiga hal yang paling berharga dalam hidupnya. Dua hal yang lainnya adalah keluarganya dan kasurnya.

Cantika bersyukur dia dilahirkan di keluarga yang dapat menerimanya meskipun dia hanya menjadi beban keluarga. Meski terkadang ibunya cerewet minta ampun, ayahnya yang membuat lelucon-lelucon yang tak lucu sama sekali, kakaknya yang nyebelin, dan adiknya yang kadang usil.

Over all, dia menjalani hidup yang bahagia dengan keluarganya dan ditambah dengan Riana. Cantika tak pernah berhenti bersyukur atas semua yang diberikan padanya. Kehidupan bahagia ini meski dirinya hanya seorang pemalas.

"Ngelamunin apa? Kesambet setan ya?"

Cantika yang tengah asyik bersyukur atas kehidupannya, merasa terganggu dengan celotehan sahabatnya.

"Cepetan makan. Bentar lagi bel masuk bakalan bunyi. Mana baru dimakan dikit lagi"

Riana maklum akan sahabatnya satu ini yang merasa tak perlu repot-repot untuk menjawab perkataannya. Dia sudah bisa diabaikan. Dia strong.

"Apa mau gue kunyahin biar bisa langsung lo telen?"

Sekejap tatapan datar Cantika berubah menjadi tatapan jijik pada sahabatnya itu. Dia emang pemalas tapi dia bukan orang jorok.

"Nggak mau? Padahal kunyahan gue lembut banget lho, kadang bisa lebih dari 32 kali kunyahan"

Walaupun seharusnya Riana yang marah karena tak diladeni oleh Cantika, tapi Riana sama sekali tak keberatan. Dia selalu dan akan selalu memaklumi Cantika. Sekali lagi Cantika merasa bersyukur memiliki sahabat yang menerimanya apa adanya. Meski sahabatnya ini otaknya selalu ditinggal di rumah.

"Nanti malem gue dateng ke rumah lo ya. Gue mau bacain lo novel yang bikin gue rasanya pengen bakar rumah lo. Tenang rumah lo nggak akan gue bakar beneran"

Dan ini salah satu hobi Cantika. Mendengarkan novel yang dibacakan oleh Riana. Cantika tahu banyak cerita novel dari yang terasa sangat geli hingga yang sangat menakjubkan, meskipun dia tak pernah membacanya secara langsung. Terima kasih banyak pada sahabat terbawelnya itu yang dengan senang hati mau repot-repot membacakan untuknya.

QodoQ Lu

"IKAAAAA, BELIIN BUNDA MICIN DI WARUNG DEPAN KOMPLEK" teriak ibu Cantika dari arah dapur.

Cantika yang tengah berbaring di ruang keluarga langsung pergi menuju dapur dengan menyeret langkahnya.

"Bang Rio aja ya Bun"

"Abang kamu lagi nggak ada di rumah, sayang. Abang kamu kan OSIS, lagi sibuk urusin acara ulangtahun sekolah. Nah adek kamu badannya masih capek baru pulang pertandingan sepakbola tadi sore. Kan kasian kalau disuruh-suruh. Ika juga nggak mau kan disuruh-suruh kalau lagi capek?"

Cantika hanya mengangguk mengiyakan perkataan ibunya. Memang paling nyebelin kalau disuruh-suruh pas lagi capek.

"Nanti sekalian beli camilan, kan katanya Riana mau ke sini. Kan kasian kalau Riana nggak isi tenaga buat bacain kamu novel"

Cantika menganggukkan kepalanya lagi. Ibunya memang the best.

"Nanti jangan juga kamu tidur di jalanan. Bahaya kalau malam-malam begini tiduran di luar"

Cantika memang pemalas tapi dia anak yang berbakti dan sahabat yang baik. Gimana nggak berbakti coba kalau orang tuanya memperlakukannya sama dengan kedua saudaranya yang memiliki banyak prestasi. Saudaranya pun tak meremehkannya dan tetap menyayanginya. Lagi-lagi Cantika merasa bersyukur dengan hidupnya.

Perlahan dia menghampiri ibunya. Memeluk dan memberikan kecupan singkat di pipi ibunya.

"Sayang bunda"

"Sayang Ika juga" balasnya sambil tersenyum.

QodoQ Lu

Setelah berbelanja segala yang dibutuhkannya, sekarang dirinya tengah berdiri di pinggir jalan untuk menyebrang. Jalanan memang cukup sepi, tapi Cantika mau menunggu hingga benar-benar sepi. Dia tak mau repot-repot jalan cepat. Melelahkan.

Namun siapa sangka saat menunggu jalanan sepi sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya meskipun kini dia tengah berada di pinggir jalan. Cantika yang tak siap dengan keadaan tiba-tiba ini tak sempat untuk menghindar.

Tubuh Cantika terpental jauh dan berguling-guling.

Seluruh tubuhnya sakit. Bernafas yang biasanya hanya terasa melelahkan kini terasa sangat sangat menyakitkan. Apakah ini akhir dari hidupnya? Apakah dia akan kehilangan kehidupannya yang sempurna? Apakah dia akan meninggalkan keluarganya? Sahabatnya? Mereka pasti akan sangat sedih. Dirinya juga sedih.

"Aku belum mau pergi. Aku nggak mau bikin kalian sedih. Ya Tuhan, hambamu mohon jangan Engkau ambil nyawa hambamu ini sekarang" do'a Cantika sebelum kesadarannya menghilang.

Leave me aloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang