Dengan tergesa seseorang berjalan menahan emosinya. Menahan segala amarah agar tidak lepas kendali. Menoleh ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang menjadi penyebab segala amarahnya. Dan sialnya seseorang yang bertanggung jawab atas rasa marahnya kini tengah asik memakan salad buah. Tak ayal dia segera menghampiri dengan emosi yang semakin memuncak.
"Gila lo Na! Kenapa pake berantem sama Satria segala? Kan nanti Lili jadi makin deket sama Satria" Gladis langsung marah-marah ketika baru saja datang menghampiri Cantika dan Dirga yang tengah memakan salad buah yang baru mereka pesan.
"Kalo sampai pertunangan lo sama Satria beneran batal gimana?" lanjut Gladis semakin heboh.
"Ya bagus dong. Gue jadi nggak perlu repot-repot berurusan dengan dia" jawab Cantika santai sembari menaruh apel dari piringnya ke piring Dirga.
"Lo kenapa berubah gini sih?"
"Gue bukannya berubah, gue cuma sadar kalau gue terlalu berharga untuk disia-siakan. Lihat aja muka gue, lo pikir muka kayak gini pantes disia-siain?"
Dengan genit Cantika mengedipkan sebelah matanya kepada Gladis. Gladis yang sedang dalam keadaan emosi merasa semakin marah dengan tanggapan Cantika yang terasa menyepelekan masalah yang baru diperbuatnya. Bagi Gladis ini bukan masalah sepele yang bisa diabaikan.
"Tapi kan lo dulu pernah bilang cowok kayak Satria pantes buat diperjuangkan" kekeuh Gladis.
"Dia emang pantas buat diperjuangkan tapi gue nggak pantas buat diinjak-injak. Coba hitung berapa kali gue dihina selama gue memperjuangkan dia?"
Gladis hanya diam menanggapi pertanyaan Cantika. Antara ingin menyangkal dan mengiyakan.
"Apa menurut lo, gue pantes digituin?"
Gladis mendudukkan dirinya di samping Cantika. Menatap lekat-lekat ke arah sahabatnya itu. Wajah marahnya kini berubah menjadi raut sendu.
"Tapi kan lo cinta sama Satria. Lo nggak boleh nyerah gitu aja" lirih Gladis seperti orang tua yang tengah menasehati anaknya.
"Apa gunanya cinta kalau cuman bisa bikin sakit?"
"Tapi kalau terus usaha lo pasti bisa luluhin hatinya"
"Dan kalau nggak?"
"Pasti bisa! Kalo lo tetep berusaha pasti bisa! Lo bisa dapetin perhatian Satria! Lo bisa dapetin cinta Satria! Lo bisa dapetin Satria! LO BISA! PASTI!" sangkal Gladis.
Dirga heran dengan tingkah Gladis. Kenapa seakan dia tidak rela jika Niana berhenti mengejar Satria? Bukannya bagus jika Niana berhenti mengejar Satria dan menemukan kebahagiaannya? Kenapa Gladis ingin Niana terus tersiksa dengan mengejar-ngejar Satria?
"Kalau lo masih belum baikan sama Satria, jangan harap gue mau bicara sama lo lagi!" ancam Gladis sebelum dia pergi dengan amarahnya.
"Kamu beneran nggak pa-pa berantem sama Gladis?" tanya Dirga khawatir.
Dirga bukan khawatir dengan nasib pertemanan Gladis dan Niana, dia hanya khawatir jika Niana akan semakin menempelinya karena tidak memiliki teman. Dirga benar-benar berharap Niana dan Gladis cepat berbaikan agar dirinya segera dapat kembali ke kehidupannya yang tenang.
"Menurut lo kenapa dia marah?" tanya Cantika balik tanpa menjawab pertanyaan Dirga.
"Bukannya karena kamu bertengkar dengan Satria?"
Cantika hanya tersenyum menanggapi jawaban Dirga. Cantika tahu bukan itu alasan Gladis marah. Ada alasan lain. Dan Cantika perlu untuk menyelidikinya guna membuktikan apakah hipotesisnya benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave me alone
FantasyNiana Putri Joyodiningrat, seorang tokoh antagonis dalam sebuah novel. Sesuai dengan perannya, Niana akan selalu berusaha membuat masalah untuk sang protagonis. Hingga akhirnya datanglah sang pangeran berkuda putih yang akan datang menyelamatkan san...