48. Persetan

4.8K 471 139
                                        

11 November 2024. Kinda boring, bear with it.

Helaan nafas keluar sekali lagi dari celah belah bibir yang sama. Sepertinya hitungan ke 30 sudah lewat beberapa helaan nafas yang lalu. Terhitung sudah 2 jam sejak awal rantai helaan nafas itu dimulai. Sejak Niana dan Liam memasuki ruang kerja Pak Arya. Dan sejak saat itu pula Dion belum beranjak dari depan pintu ruang kerja Pak Arya. Duduk bersila di lantai dengan punggung bersandar pada pintu.

Sedangkan Pak Arya entah sudah berada di belahan bumi mana. Yang Dion tahu Pak Arya dan Ibu tirinya dengan segera pergi untuk memeriksa leher Liliana yang terlihat memerah. Tidak terlihat buruk namun mungkin besok akan meninggalkan bekas memar.

Bukannya Dion tidak lagi peduli pada Liliana, hanya saja-entah lah Dion juga tidak paham kenapa tadi dia menolak ajakan papanya untuk ikut ke rumah sakit. Tentu rasa khawatir itu masih ada, tapi tak seberapa dibanding dengan rasa khawatirnya pada adik-adiknya yang lain. Setidaknya untuk saat ini begitulah yang dirasakannya. Entah nanti.

Dion tak paham dengan perasaannya. Entah ini murni perasaan sayang seorang kakak atau perasaan yang timbul karena rasa bersalah.

Hipotesis-hipotesis terus bermunculan dan baru berhenti ketika Dion merasakan pergerakan pada pintu yang disandarinya. Seakan sebuah keharusan, tubuhnya dengan spontan berdiri. Dalam perasaan gugup yang menguasai, dia dengan sabar menunggu untuk pintu benar-benar terbuka.

Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah mata Niana yang memerah. Sepertinya sudah sangat lama dia tidak melihat Niana menangis hingga dia lupa jika Niana juga adik kecilnya.

Perasaan sendu segera berubah menjadi horor ketika Dion melihat luka yang berada pada betis Lucas. Dalam gendongan Niana, Lucas tertidur sangat lelap, entah karena terlalu lelah atau karena merasa lega. Dion ingin bertanya, namun lidahnya kelu oleh tatapan tak bersahabat yang dilontarkan Niana dan Liam. Dia hanya bisa mematung seperti orang bodoh bahkan ketika mereka berjalan melewatinya. Yang mampu dia lakukan setelah dapat kembali mengontrol tubuhnya hannyalah mengamati dan mengikuti dari jarak jauh.

Dari lantai 2 dia dapat melihat ketiga adiknya memasuki kamar Niana. Setelah dirasanya mereka tak akan keluar kembali, dia dengan langkah gontai berjalan menuju pintu kamar yang menyembunyikan adik-adiknya. Pecahan-pecahan guci yang dihancurkan Niana sudah tidak ada, meja yang digunakan untuk menempatkan guci juga sudah tidak ada. Dia juga menyuruh para pelayan untuk membersihkan kamar Niana, namun mereka menolak dengan takut-takut. Bukannya mereka tidak mau, hanya saja mereka sudah dilarang dengan sangat keras oleh Niana untuk tidak memasuki kamarnya kecuali jika mendapat ijin dari Niana langsung.

Kembali dia menunggu di depan pintu dengan pandangan sendu. Membayangkan ketiga adiknya yang tidur di kamar yang berantakan. Pasti tidak nyaman. Helaan nafas sekali lagi keluar. Kembali memejamkan mata dan merenungkan perbuatannya.

Dalam perenungannya, Dion mendengar suara gaduh yang berasal dari depan. Sepertinya papanya, mamanya dan Lili sudah pulang. Dari yang dia tangkap, mereka terdengar seperti dalam suasana hati yang baik. Dion tidak suka mendengarnya. Suara lembut mereka yang biasanya menenangkan kini terasa mengganggu. Bukan telinganya yang terganggu tapi hatinya.

Kenapa mereka mampu tertawa saat ketiga adiknya menangis di dalam sana? Jika tidak dapat menghibur ketiga adiknya, bukankah tak seharusnya mereka terlihat baik-baik saja? Bukankah seharusnya mereka seperti dirinya saat ini? Merasa bersalah seperti dirinya. Dion tidak paham. Tapi kini dia sedikit paham bagaimana perasaan Niana selama ini. Dunia seakan sedang berusaha untuk menyadarkannya jika dia seburuk itu menjadi seorang kakak.

Di sisi lain, Pak Arya dapat sedikit bernafas lega karena akhirnya suasana hati Liliana sedikit membaik setelah menangis cukup lama. Selesai pemeriksaan dari rumah sakit, Pak Arya berinisiatif untuk mengajak istrinya beserta Liliana ke pasar malam. Selama hampir dua jam mereka mencoba beberapa wahana dan beberapa makanan dan minuman. Butuh banyak usaha hingga akhirnya Liliana tersenyum kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leave me aloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang