47. Pelukan

3.3K 358 92
                                        

21 Oktober 2024

“Di mana Lucas?” Cantika bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari brownies yang berserakan di lantai.

Dion ingin menjawab pertanyaan Niana, namun menjawab dengan jujur bukanlah tindakan yang bijak untuk situasi saat ini. Lihat saja wajah Niana yang terlihat seperti akan mengunyahnya itu. Sedikit saja salah ucap akan berakibat buruk. Dion berdoa semoga Niana tidak akan benar-benar mengunyahnya.

“Ni—” Dion kicep mendapat tatapan maut Niana. Ini jawabnya bagaimana?

“Mana Lucas?”

“I...itu...anu...itu...apa ya?”

Jawaban ragu-ragu Dion membuat Niana semakin yakin jika Dion tahu keadaan dan keberadaan Lucas saat ini.

“Lo jawab atau gue cari cara lain yang Lo nggak suka untuk dapat jawaban?”

Dion takut. Benar-benar takut yang takuuut pake banget. Tapi dengan tekad kuat dan bulat Dion akan mengatasi rasa takutnya sekarang. Dia akan menghadapi Niana meski nyawa taruhannya. Lupakan konsekuensi untuk saat ini. Dia hanya perlu menjawab Niana dengan jelas, lugas dan tegas.

‘Ayo Dion kamu pasti bisa!’ Dion berusaha untuk menyemangati diri sendiri.

“Itu..Lucas..anu..dia..ada kok. Ada!” jawab Dion dengan JELAS, LUGAS DAN TEGAS.

Suasana menjadi hening setelahnya. Dion dan Niana hanya saling tatap sebelum tiba-tiba Niana melemparkan tasnya tepat mengenai wajah Dion. Perlu diingatkan jika Niana adalah seorang atlet. Alhasil Dion yang tidak siap langsung jatuh ke belakang dengan kepala bagian belakang yang membentur lantai.

Beruntungnya dia tidak  kehilangan kesadaran, sialnya Niana tidak memberikan sedikit jeda. Baru juga berusaha memproses apa yang terjadi, Niana sudah terlebih dahulu menginjak dada Dion dengan salah satu kakinya. Injakan Niana tidak menyakitkan, namun cukup untuk membuat Dion tidak mampu berkutik. Sepertinya Dion harus bersyukur karena Niana tidak menginjaknya sekuat tenaga meski dalam keadaan marah.

Niana tidak bicara apapun. Hanya diam menatap Dion dengan tatapan campuran antara marah, benci dan kecewa. Tatapan kecewa yang membuat jantung Dion seperti disiram oleh air es. Terasa dingin dan menusuk.

Suasana tegang antara Dion dan Niana dapat dirasakan oleh para staf yang menyaksikan pertengkaran antar saudara tersebut. Mereka hanya bisa diam melihat keadaan tuan muda mereka. Jangankan untuk menolong mereka, untuk bersuara saja mereka tidak berani. Berbulan-bulan mereka jalani dengan tenang membuat mereka lupa seberapa menakutkannya nona muda mereka ketika marah.

“Ada apa ini?!”

Atensi semua orang teralih kan oleh suara menggelegar yang berasal dari lantai 2. Di sana terlihat Pak Arya yang menatap nyalang Niana.

Dengan nafas yang memburu dan langkah tergesa Pak Arya menuruni tangga dengan diikuti sang istri dan Liliana di belakangnya.

“INI PASTI KARENA KAMU!!” tunjuk Pak Arya sarat emosi kepada Niana.

Cantika bergeming tak mengindahkan emosi Pak Arya. Seakan menantang, Cantika menatap balik Pak Arya dengan tatapan tak kalah mengintimidasi.

Dion harus melakukan sesuatu, jika tidak maka hubungan keluarga mereka akan benar-benar hancur. Dion harus mengingatkan papanya bahwa yang mereka hadapi saat ini bukanlah Niana tapi Cantika. Berbeda dengan Niana yang menyayangi keluarganya unconditionally, Cantika bahkan tak menganggap keluarganya sebagai keluarga selain Liam dan Lucas. Dion tidak ingin Niana semakin menjauh.

“Mana Lucas?”

Liliana merasa takut mendengar nada dingin yang keluar dari Niana, tanpa sadar dia menyembunyikan dirinya di belakang mamanya guna mencari perlindungan.

Leave me aloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang