11. 50% 'KATANYA'
-◐o◐-Pekerjaan Leonel di hari pertama berakhir pada pukul 12 malam, cukup singkat karena dia bekerja kurang lebih hanya 6 jam tapi, itu termasuk waktu yang tepat untuknya yang masih seorang pelajar. Ke depannya pun akan selalu seperti itu, mengingat dia tidak bisa mengambil jam pagi karena sekolah. Leonel baru mendapat jam pagi di hari libur, itu keputusan yang diberikan oleh pemilik coffee shop padanya.
Jam 4 pagi sudah harus bangun, Leonel harus membersihkan rumahnya dahulu sebelum berangkat sekolah. Dia juga harus membuat sarapan untuk Ibunya, belum lagi makanan untuk makan siang yang nantinya bisa dipanaskan dulu sebelum dimakan.
Sebenarnya Dyra tidak selemah itu untuk tidak bisa bangun dari kasur, hanya saja, Leonel yang terlalu protektif dan khawatir terjadi sesuatu pada Ibunya.
Sekarang Leonel sudah siap dengan seragam hari selasanya. Kemeja putih yang luarnya dilapisi oleh rompi berwarna abu. Iya, Montana High School memang identik dengan warna abu-abu. Karena itulah hampir semua seragamnya pasti ada aksen abunya.
Leonel cukup tau diri untuk tidak berangkat siang, dia bukan orang yang bisa berangkat menggunakan motor dan menyalip sana-sini. Bukan juga seseorang yang bisa berangkat menggunakan mobil dan mencari jalan pintas. Leonel harus menunggu bus, kendaraan yang jalurnya tidak bisa dia ubah sesuai keinginan sendiri. Maka dari itu, sebisa mungkin dia berangkat sebelum bus datang ke halte di daerahnya.
Leonel sudah keluar dari gang sempit rumahnya yang hanya bisa dilalui oleh motor dan pejalan kaki namun, lagi-lagi dia dikejutkan dengan tingkah seseorang yang entah bagaimana sudah ada di hadapannya.
Chelsea menyenderkan punggungnya ke bagian belakang mobil, terlihat bersedekap dada sebelum akhirnya melambai pada Leonel saat cowok itu datang.
Untuk kali ini, Leonel tidak akan kaget lagi dengan tingkah Chelsea yang benar-benar aneh dan bisa dibilang sangat random. Perasaan kemarin dia masih kesal dengan Leonel yang tidak mengizinkannya berkunjung ke tempat dia bekerja. Tapi apa sekarang? Belum juga 15 jam berlalu, Chelsea sudah berdiri di hadapan Leonel dengan senyum tulusnya.
Leonel hanya bisa mengusap wajahnya sambil menghela napas berat, tidak bisa berbicara panjang lebar karena suara seseorang menginterupsi dari dalam mobil.
"Ayo, nggak boleh nolak." Chelsea tersenyum geli, lalu berjalan lebih dulu.
Leonel menahan tangan Chelsea sebelum benar-benar masuk. "Om sama Tante mau ke sekolah?" tanya Leonel bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONEL
Teen FictionLayaknya sepasang kekasih, Leonel dan Chelsea tidak tanggung-tanggung mengumbar perhatian dan rasa saling peduli mereka terhadap satu sama lain pada khalayak umum. Namun anehnya, jika mereka ditanya perihal apa hubungan mereka? Leonel dan Chelsea d...