[ 45. AWFUL ]

69 8 0
                                    

45

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

45. AWFUL

-◐o◐-






Tidak ada manusia yang sempurna. Kita tau itu.

Bahkan Leonel sendiri mengakui bahwa dirinya sangat payah dalam urusan perasaan. Dia mungkin bisa mengatasi soal olimpiade yang berbagai macam tipenya, bukan bisa lagi, dia sudah ahli dalam hal itu.

Tapi untuk masalah yang sekarang ini, Leonel benar-benar bisa kalian anggap sebagai cowok payah. Bukan masalah permintaan seseorang dia tidak boleh bagaimana, tapi hatinya sendiri yang tidak tau apa yang sebaiknya ia lakukan.

Menganggap masalah perasaan sebagai masalah yang enteng, tidak memikirkan dampak bagi orang yang bersangkutan.

Leonel sudah bilang, dia pun sudah mengakui bahwa sikapnya selama ini pada Chelsea bukan semata-mata hanya sebagai seorang teman. Dia tau yang itu. Leonel menaruh perasaan yang lebih dari sekadar teman, iya atau tanpa dia sadari sejak dulu.

Hanya saja dia terlalu takut, tidak tau bagaimana cara mengungkapkannya dengan benar karena, sejauh ini perhatian yang dia beri pada Chelsea masih berlindung dibalik slogan we're just friend-nya.

Sialnya sekarang malah ditambah dengan permintaan Tante Phoebe, Leonel yang sudah payah makin payah saja karena dari awal sudah tidak tau harus bagaimana.

Demi apapun, Leonel benar-benar kesal dengan dirinya sendiri. Bahkan saat melihat Chelsea dirangkul oleh teman sekelasnya pun dia tidak bisa apa-apa, hanya diam membisu dan mengikuti dari belakang seolah sedang menonton sebuah pertunjukkan.

Bohong jika Leonel bilang ia tidak cemburu, tangannya bahkan sudah gatal ingin menepis tangan Dhika yang bertengger sembarangan di pundak Chelsea.

Namun mengingat kembali posisinya saat ini, Leonel lebih berhak untuk menahan itu semua sebagaimana persetujuannya atas permintaan Tante Phoebe.

Waktu pulang sekolah tiba, Leonel tidak langsung keluar kelas setelah berhasil mengusir Ridea yang mengunjunginya. Bahkan cowok itu mulai muak dengan tingkah laku Ridea yang makin hari makin keluar kesepakatan.

Rasanya, ia ingin meminta Radea untuk kembali saja. Leonel rasa Radea jauh lebih baik daripada kembarannya yang satu ini.

Meraih tasnya dengan ogah-ogahan, Leonel keluar dari kelas yang sudah kosong sepuluh menit lalu. Pandangannya lurus ke depan hingga menyadari ada seseorang yang baru saja ia pikirkan tadi. 

Awalnya biasa saja, Leonel melangkah di belakang Chelsea tanpa suara. Namun beberapa detik setelah itu ia baru menyadari bahwa Chelsea tidak fokus pada jalan.

LEONEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang