34. GILA + GILA = GILA KUADRAT
-◐o◐-
"Le, le, pegangin tangan gue anjir."
Leonel dengan sigap meraih lengan Baron. Ia menuntun cowok itu hingga sampai di parkiran.
"Bang--"
"Bentar Le bentar, gue masih gemeter sumpah," sela Baron sambil menahan kedua tangannya di atas motor.
Cowok itu mengulang hembusan napas berat berkali-kali, membuat Leonel yang memperhatikan jadi mengernyit bingung.
"Kenapa gemeternya baru sekarang?"
"Matamu!" decak Baron. "Gue dah gemeter dari tadi, cuma ditahan-tahan aja. Malu sama si Om."
"Kenapa sih Bang? Kayak Chelsea aja lu."
Baron mendelik, agak kaget mendengar ucapan ceplas-ceplos Leonel.
"Gue tuh gak tahan liat wajah si Om, ngerasa bersalah banget, makanya gemeter gini."
Leonel jadi menghela napas. Ia mengerti perasaan Baron, sebagaimana dirinya yang merasa bersalah juga karena kecolongan kehilangan Chelsea. Namun, ia tidak mungkin selebay itu, sampai gemetar dan pelipis penuh keringat.
"Bawa motor gue bisa?" tanya Baron, memberikan kunci motornya pada Leonel. "Gue gak sanggup."
Leonel berdecak malas namun, tangannya menerima kunci motor yang Baron beri. Untuk hari ini, ia akan bilang bahwa Baron sedikit menyusahkan. Jika diteliti, ia tidak beda jauh dengan Chelsea.
Bedanya, Leonel tidak masalah dengan Chelsea yang menyusahkan. Ia masih bisa meladeni gadis itu dengan baik. Namun untuk Baron, sepertinya dia akan memilih angkat tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONEL
Teen FictionLayaknya sepasang kekasih, Leonel dan Chelsea tidak tanggung-tanggung mengumbar perhatian dan rasa saling peduli mereka terhadap satu sama lain pada khalayak umum. Namun anehnya, jika mereka ditanya perihal apa hubungan mereka? Leonel dan Chelsea d...