[ 03. INSIDEN KANTIN ]

180 13 0
                                    

03

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03. INSIDEN KANTIN

-◐o◐-












"Om anter aja, ya, Le?"

"Makasih banyak, Om, nggak usah repot-repot."

Leonel menyalimi Papa Chelsea yang mengantarnya sampai depan rumah. Pria dua anak itu memang terbilang santai, bahkan saat matahari belum terbenam pun kadang sudah menguasai rumah. Dan benar saja, saat Leonel mengantar Chelsea pulang, Papanya sedang duduk santai di teras depan.

Ghazala mengajak Leonel untuk berbincang dahulu, hingga tak terasa kini waktu sudah hampir menunjukkan pukul setengah enam petang. Ghazala jadi merasa bersalah, ditambah Leonel tidak memakai kendaraan pribadi, yang mana harus lebih gesit agar tidak ketinggalan kendaraan umum.

"Sama supir deh, kalau nggak mau sama Om." Usul Papa Chelsea. "Takutnya udah nggak ada bus."

Leonel menggeleng lagi, cowok itu merasa tidak enak selalu diperlakukan khusus oleh keluarga Chelsea. Walaupun mereka memang sudah lama kenal tapi, Leon tetap tidak enak jika terus-terusan diistimewakan sementara keluarganya tidak memberi timbal balik kepada Chelsea.

"Sebelum jam 7 malem sih kayaknya masih ada Om, paling lama. Tapi gapapa, Leon sendiri aja. Makasih ya, Om. Leon pamit."

Cowok itu mulai melangkah keluar dari pekarangan rumah Chelsea setelah mendapat anggukan persetujuan dari Ghazala. Ia juga menarik sudut bibirnya saat tak sengaja melihat Chelsea yang melambai ke arahnya dari lantai dua.

Leonel menggeleng geli. Kadang masih suka terkejut dengan tingkah Chelsea yang menurutnya unik dan berbeda. Memang suka merepotkan tapi, jangan salah, malah karena tingkahnya itu, Leonel mau menerima Chelsea jadi temannya sampai sekarang.  

Di tengah perjalanannya menuju halte, Leonel merasa ponselnya yang disimpan di saku jaket bergetar. Tanpa pikir panjang dia mengambil ponselnya dan menggeser ikon berwarna hijau setelah membaca siapa yang menghubunginya.

"Halo .... Leon?" Suara wanita muncul setelahnya.

"Hem?"

"Lo masih nggak ngerti maksud ucapan gue, Le?"

Leonel spontan mengepalkan tangan, rahangnya mengeras disertai dengusan tak suka dari mulutnya.

"Gu--"

"Dua bulan lagi gue kunjungin. Jangan ganggu gue apalagi nyuruh telepon Ibu. Ngerti 'kan?" Leonel mendengus saat ucapannya disela begitu saja.

LEONEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang