Malam ini Freya dan teman-temannya memilih untuk tidak ikut anak cowok nongkrong di sekitaran villa. Mereka memilih untuk jalan-jalan ber-empat di sekitaran Malioboro. "Besok kita ke pantai aja gimana? Sore-sore gitu, kayaknya enak," usul Davina.
Naya dan Kayla mengangguk antusias. "Lama nggak ke pantai, terakhir juga sama kalian,"
"Boleh, nanti gue bilang ke yang lainnya. Semoga aja mereka setuju," ucap Freya.
"Kemarin kan juga kita udah ngunjungin banyak tempat, kenapa gue nggak capek?" celetuk Kayla.
"Lo pake obat kuat kali," jawab Freya membuat Davina mencubit lengan cewek itu.
"Ngomong lo, obat kuat apaan?"
"Udah lupain, lo masih polos jadi nggak baik buat lo,"
Freya berjongkok membuat langkah Davina yang berada di sebelahnya berhenti. "Kenapa lo?" tanya Davina.
Freya mendongak, ia lalu menunjuk seseorang yang sedang berjalan sendirian. "Itu bukannya orang di kereta yang satu bangku sama kita?"
Davina mengikuti pandangan Freya, lalu mengangguk membenarkan. "Iya bener,"
Cowok itu tak sengaja menatap mata coklat Freya. Menyunggingkan senyumnya lalu berjalan menghampiri Freya. "Ketemu lagi," ucapnya.
Freya berdiri lalu menoleh ke arah kedua temannya yang bingung. "Siapa Fre?" tanya Naya.
"Gue yang waktu itu satu bangku kereta sama temen lo ini," jawab cowok itu seraya menunjuk Freya.
Cowok itu mengulurkan tangannya. "Gue Abdi,"
Freya menerima jabatan tangan itu. "Freya,"
Lalu Abdi memperkenalkan dirinya kepada teman-teman Freya yang lainnya. "Lo asli sini apa pendatang dari luar?" tanya Naya.
"Gue sebenernya asli Jakarta, di sini kuliah," jawab Abdi.
Freya menganggukkan kepalanya, ia tersenyum tipis. "Abdi, kita duluan ya," pamitnya.
Naya, Kayla dan Davina sudah berjalan duluan di depan. Mereka katanya mau membeli gelang couple ber-empat. Abdi menahan tangan Freya ketika gadis itu hendak pergi. "Eh sorry, lo asli mana?" tanya Abdi.
"Bandung," jawab Freya.
Mulut abdi terbuka kecil, cowok itu lalu terkekeh seraya menganggukkan kepalanya. "Lumayan deket sama Jakarta dong, gue juga sering main ke Bandung kalo libur."
"Ouh," jawab Freya.
"Boleh minta nomor lo? Gue pengen jadi temen lo," ucap Abdi.
.....
Rayhan menghembuskan asap vapenya. Ia melirik ke arah Langit yang sedang sibuk dengan ponselnya. "Kenapa lo?" tanyanya.
Malam ini mereka nongkrong di Coffee shop yang berada di Jogja. Ini sebenarnya rencana Ojan yang tadi sore bersepeda bersama Langit dan menemukan Coffee shop ini. Mereka merekomendasikan untuk Rayhan dan cowok itu menyetujui.
Gerald mengintip ponsel Langit yang berada di depannya. "Naya?" gumannya yang di dengar mereka.
Axel mendekatkan wajahnya ke arah Daniel. "Dia deket sama Naya?" tanyanya.
Daniel mengedikkan bahunya. "Mana gue tau," jawabnya.
Langit menggelengkan kepalanya panik, ia lalu mengambil ponselnya dan menyimpannya di saku celananya. "Enggak kok bang," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYHAN
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❗ DON'T COPY MY STORY ❗ ‼️ CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA SENDIRI.‼️ ⚠️ WARNING ⚠️ (Cerita ini mengandung kata-kata kasar, banyak umpatan dan kejadian yang tidak patut ditiru!!) "Freya" panggil Rayhan Fre...