PANGLIMA TEMPUR?

584 36 1
                                    

Tepat pukul 00.30 Rayhan, Gerald, Nathan, Raka, Tama, dan Alan berangkat dari apartemen yang mereka tempati menuju ke Jalan Lettu Suyitno di Jakarta Pusat. Setelah mencari petunjuk dari clue yang mereka dapat, akhirnya mereka memilih untuk langsung mendatanginya malam ini.

Mereka berangkat dengan berboncengan dengan motor yang mereka sewa beberapa hari yang lalu. Rayhan dengan Nathan, Gerald dengan Tama, dan Alan dengan Raka. Sudah 2 hari mereka di Jakarta, jika urusan susah selesai mereka akan cepat kembali ke Bandung.

"Lo serius datengin tempat itu tanpa bawa apapun?" tanya Alan kepada Tama, selaku anggota tertua diantara mereka.

Tama menganggukkan kepalanya. "Gue yakin, kalo pun mereka bawa senjata, gue yakin kita bakal menang. Lagipula gue nggak mau ngambil konsekuensi kalo kita di keroyok warga atau nggak polisi patroli kalo kita bawa senjata, cari aman aja."

"Gue setuju, gue yakin kita bisa," tambah Nathan.

"Berangkat sekarang?" tanya Rayhan.

Mereka mengangguk lalu menaiki motor dan boncengannya masing-masing. "Sebelum berangkat lo udah kabarin Freya?" tanya Nathan.

Rayhan menggelengkan kepalanya. "Gue nggak mau bikin dia khawatir, tenang aja nggak akan terjadi apa-apa kalo kita waspada."

Setelah beberapa menit mereka menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai tepat pukul 1 pagi, di Jakarta Pusat.

"Kok sepi?" guman Alan.

"Gue yakin sih ini tempat yang di maksud di clue itu, tapi kenapa sepi banget," ucap Raka.

"Waspada, musuh bisa datang kapan aja dan dimanapun itu," ujar Gerald.

Mereka mengangguk dan langsung membentuk formasi lingkaran dengan membelakanginya satu sama lain. Beberapa menit kemudian, muncul lah sekitar 50 orang berbaju hitam serta ikat kepala hitam yang bercorak darah.

"Bangsat, ini 6 lawan 50 gila apa gimana," umpat Alan.

"Gue masih bingung ini cara nafas gimana," disaat seperti ini Raka masih sempat-sempatnya bercanda, langsung saja Tama yang berada di sebelahnya memukul pelan lengan cowok itu.

"Lawan ya lawan aja udah, masalah menang atau kalah itu nanti."

Rayhan memejamkan matanya sejenak, lalu menatap mereka satu persatu dengan tatapan tajamnya. Ia tersenyum miring melihat salah satu dari mereka membawa pisau lipat, sedangkan yang lainnya hanya tangan kosong.

"Bagus, lo langsung bisa pecahin clue pertama gue," ucap salah satu dari mereka, suaranya asing di telinga Rayhan.

"To the point aja nih ya bangsat, kita kesini cari bos lo anjing!" ucap Nathan.

"Nggak semudah itu kalian ketemu atasan kita," setelah mengucapkan itu, kubu lawan langsung saja menyerang Panglima tempur Rebelde.

Rayhan melawan 8 orang sekaligus, mereka bahkan sudah mengelilingi Rayhan. "Lo bakalan kalah, secara ini 1 lawan 8," ucap salah satu dari mereka.

"Bacot lo banci," geram Rayhan.

Ia malah tidak fokus karena mereka terus saja mengoceh dan sesekali melawan Rayhan seraya membicarakan janda pemilik warung kopi.

"Lo kayaknya harus ikut kita ngopi sih di persimpangan depan, jandanya cantik banget," ucap orang yang berambut ikal.

"Cewek gue lebih cantik," jawab Rayhan.

Nathan yang sedang melawan 8 orang juga menoleh ke arah Rayhan yang malah diajak bertengkar seraya ngobrol. "Tuh anak malah ditanggepin lagi," keluhnya.

RAYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang