PMS

788 58 12
                                    

Koridor kelas 11 siang ini cukup ramai, tadi baru saja di umumkan di speaker sekolah bahwa mereka akan jamkos di 2 mata pelajaran dikarenakan guru-guru sedang mengadakan rapat untuk agenda kegiatan di bulan mendatang.

Kelas Freya siang ini memilih untuk membersihkan area kelasnya, dikarenakan ketua kelas yang marah kepada penghuni kelasnya yang jarang sekali bersih-bersih. Danu, sang ketua kelas itu pun hanya bisa mengelus dadanya, sesabar mungkin ia menghadapi anak-anaknya yang super ajaib.

"Heh paijo, itu di belakang pot masih ada pohon yang kering. Buruan ambil, kerja yang bener jangan nonton anime terus lo, sekali-kali kek bersihin kelas," Danu mendorong pundak Fadlan. Danu sering kali memanggil Fadlan dengan 'Wibu' tetapi Fadlan tak pernah menggubrisnya. Fadlan tuh kelewat cuek, teman sebangkunya lagi sakit aja dia enggak peduli.

"Berisik!" sahut Fadlan membuat Danu merapatkan bibirnya. Ia kemudian berdecak, beranjak dari tempatnya lalu menghampiri Freya yang sedang berdebat dengan Iqbal.

"Cacingnya biarin Iqbal, ini buat kesuburan tanah." Freya mencoba menghentikan Iqbal yang sedang mencari cacing di pot besar depan kelas. Bukannya membantu membersihkan sekitar kelas, Iqbal malah menambah beban disini, Danu berdecak kemudian menutup mata Iqbal.

"Elo kalo mau mancing cari cacingnya ya di sawah atau dimana kek, jangan disini bodoh!"

Iqbal mencoba melepaskan tangan Danu yang menutupi matanya. "Heh tangan lo Dan bau sambel terasi, lepasin weh." Iqbal terus mencubit lengan Danu membuatnya menjerit. "Eh asu sakit goblok!"

Freya tertawa kemudian berdiri. "Beresin bal habis ini gue sapu." setelah itu Freya meninggalkan kedua orang itu.

Tak sengaja kaki Freya tersiram air ketika lewat kelas sebelah untuk mengambil sapu lidi yang berada di depan kelas MIPA 4, untung airnya tidak mengenai seragam sekolahnya, hanya saja sepatunya lumayan basah. Cowok dengan boxer hitam itu buru-buru menghampiri Freya, ia tadi yang tak sengaja menyiram Freya.

"Duh gue minta maaf, enggak sengaja. Gue engga lihat lo lewat tadi, maaf ya sepatu lo jadi basah," ucap cowok itu.

Freya memperhatikan cowok itu, mengapa cowok itu tidak malu hanya memakai boxer hitam di lingkungan sekolah. Freya hanya mengangguk lalu kembali ke kelasnya, ia akan meminta bantuan Iqbal nanti untuk menaruh sepatutnya di atas pohon depan kelas.

"Bal, bantuin gue dong," ucap Freya seraya menghampiri Iqbal yang sedang membersihkan tanah yang tercecer di lantai. "Dih ada maunya lembut ke gue, mau minta bantuan apa?"

"Ck, ini sepatu gue taruh di atas pohon aja biar cepet kering, tadi basah enggak sengaja kesiram."

"Dih, enggak ah males gu- Iya iya ah lo mah!" Iqbal sebenarnya hendak menolak tapi melihat tatapan tajam Freya membuatnya nurut.

"Tuh udah, bilang makasih kek," sindir Iqbal membuat Freya tertawa kecil. "Iya makasih deh."

"Aduh, kumaha ngabersihkeunana? Éta sadayana kotor." Bu Wina datang dengan membawa bola dunia di tangannya.

Danu menghembuskan nafasnya. "Iya bu maafin, ini anak-anak kelas pada nggak bisa diajak serius bersih-bersihnya," adunya.

"Dih cepu, padahal lo dari tadi juga cuman nyuruh-nyuruh doang, nggak ikut bantuin sama sekali," cibir Freya.

Danu menatap Freya tajam. "Wajar dong gue ketua kelas," jawabnya.

Freya terkekeh, ia menggigit kecil kuku telunjuknya. "Ketua kelas seharusnya jadi contoh yang baik, sorry lo bukan kasih contoh yang baik sama sekali dari tadi." Freya mulai kesal, karena sedari tadi Danu hanya bisa membentak, menyuruh bahkan cowok itu tak segan-segan untuk bermain tangan dengan anak laki-laki. Ya walaupun mereka salah, tapi seharusnya Danu tidak berbuat seperti itu juga.

RAYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang